Selasa, 31 Maret 2015

CINTA TANAH AIR




KITA MESTI CINTA TANAH AIR ?


وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim As. berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”(AL-Baqara:126)

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim As. berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman. Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.”(Ibrahim:35)

Muqaddimah
Al-Hafidz Ibn Hajar dalam Fath al-Bari juz 3 halaman 261, ketika mensyarahi hadits Imam Bukhari dari sahabat Anas Ra.:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَأَبْصَرَ دَرَجَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَتْ دَابَّةً حَرَّكَهَا

“Adalah Rasulullah Saw. jika pulang dari bepergian dan melihat dataran tinggi kota Madinah mempercepat jalan untanya dan bila menunggang hewan lain beliau memacunya.”

Al-Hafidz Ibn Hajar berkata:

وفي الحديث دلالة على فضل المدينة ، وعلى مشروعية حب الوطن والحنين إليه

“Dalam hadits tersebut menunjukkan tentang keutamaanya kota Madinah, dan disyariatkannya cinta tanah air dan rindu kepadanya.”
Jadi seperti Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari nampak sering berrbicara dengan ungkapan “Hubbul wathan minal iman”. Bukan berarti beliau berdalil dan mengatakan bahwa itu adalah hadits. Akan tetapi beliau mengajak rakyat untuk mencintai negeri ini. Beliau menggunakan motto itu karena benar adanya secara makna.
Seperti halnya kedudukan motto-motto yang lain seperti hadits-hadits maudhu’ yang lain tapi maknanya shahih seperti “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahad”, walaupun maudhu’ tapi maknanya benar bahwa jika menuntut ilmu itu tak akan pernah terikat dengan waktu, usia dan keadaan.

Kemudian dalam kitab Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihin jilid 1 halaman 27 disebutkan: “Maka semestinya bagi orang yang sempurna imannya hendak membuat kemakmuran akan tanah airnya dengan amal shaleh.”

Yang dimaksudkan dengan cinta tanah air itu adalah memakmurkan tanah airnya, memakmurkan dengan amal-amal shaleh atau amal-amal yang baik. Sedangkan tanah air manusia itu ada dua macam: 1) Tanah air jasmani, yaitu bumi tempat kita lahir dan berpijak, dan 2) Tanah air ruhani, yaitu tanah air akhirat, tempat dimana ruh kita berasal dan akan kembali nantinya.
Kedua tanah air kita ini harus dimakmurkan, baik tanah air ruhani maupun jasmani. Dimakmurkan dengan perbuatan-perbuatan baik. Sehingga nantinya kita bisa menuai buahnya:

رَبَّنَا اَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلاَحِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Membela Tanah Air ?
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّصلى الله عليه وسلمفَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ شَجَاعَةً وَيُقَاتِلُ رِيَاءً ، فَأَىُّ ذَلِكَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِىَ الْعُلْيَا ، فَهْوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ »
Dari Abu Musa, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas ia berkata, ada seseorang yang berperang (berjihad) untuk membela sukunya (tanah airnya); ada pula yang berperang supaya disebut pemberani (pahlawan); ada pula yang berperang dalam rangka riya’ (cari pujian), lalu manakah yang disebut jihad di jalan Allah? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Siapa yang berperang supaya kalimat Allah itu mulia (tinggi) itulah yang disebut jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari no. 7458 dan Muslim no. 1904).
“Bukan dari golongan kami orang yang berperang semata-mata atas dasar kebangsaan, dan bukan golongan kami yang matinya karena fanatik kebangsaannya.” (HR. Abu Dawud). Ada hadits lagi yang artinya: “Cinta tanah air itu sebagian dari iman.” Pertanyaannya, kedua hadits tadi bertentangan. Bagaimana penjelasannya dan bagaimana pula nilai keduanya?”

Sedangkan dalam kitab Asna al-Mathalib hadits ini memang masuk dalam kategori maudhu’. Tapi menurut pentahqiqnya Syaikh Mahmud al-Arnauthi dan Imam as-Sakhawi dalam kitab Maqashid al-Hasanah mengatakan “tidak mengenal hadits ini” (
لم اقف عليه), tapi makna haditsnya shahih.

KH. Ahmad Baso menuliskan bahwa dalam ilmu hadits dibedakan dua jenis penilaian periwayatan, riwayat bissanad dan riwayat bilmatan; ada yang shahih dua-duanya, ada yang salah satunya; misal riwayat bilmatan shahih meski tidak shahih bissanad. Hadits “Hubbul Wathan” ini masuk kategori terakhir itu. Dan ulama pendiri NU tidak mungkin mencomot ungkapan itu tanpa sadar akan perbedaan ini.

Rasulullah Saw. bersabda: “Hubbul wathan minal iman” (Cinta tanah air itu bagian dari iman). Cinta adalah sumber dari rasa tanah air adalah sumber dari materi. Iman adalah sumber dari semua agama. Hadits di atas termaktub setidaknya di 6 kitab, yaitu:
1)    Dalil al-Falihin Syarh Riyadh ash-Shalihin jilid 1 halaman 26.
2)    Ad-Durar al-Muntasyirah hadits nomor 189.
3)    Al-Maqashid al-Hasanah hadits nomor 391.
4)    Kasyf al-Khafa hadits nomor 2011.
5)    Al-Asrar al-Marfu’ah hadits nomor 168.
6)    Tadzkirat al-Maudhu’ah jilid 2 halaman 128.

Cinta tanah air dalam pandangan Islam ?
Tokoh-tokoh islam tidak kalah heboh ikut memperbincangkan tentang jiwa cinta tanah air ini. lalu bagaimana mereka memandang kecintaan akan tanah air dengan diselaraskan oleh ayat-ayat alQur’an dan Sunnah Nabi?
Secara umum, ada dua pendapat mengenai rasa cinta akan tanah air. Pendapat pertama, mengatakan bahwa rasa cinta tanah air dan perwujudannya tidak ada kaitannya sama sekali dengan islam. Namun, jika kita melihat bagaimana Nabi menyinggung sendiri tentang ‘hubbul wathan’, jelas sudah bahwa pendapat kedua, yang mengatakan bahwa islam dan kecintaan pada tanah air adalah sangat erat hubungannya.

Jauh sebelum kita mengenal istilah-istilah seputar jiwa cinta tanah air seperti patriotisme, nasionalisme, idealisme, dll, islam sudah lebih dahulu mengajarkan kepada umatnya untuk mencintai tanah air. Seperti yang dikisahkan dalam suatu hadits bahwa Nabi Muhammad saw apabila beliau pulang dari bepergian, ketika beliau mendekati kota Madinah dan melihat jalan yang menanjak yang menunjukkan bahwa kota Madinah semakin dekat, maka beliau mempergegas langkahnya. Dalam penjelasan hadits ini, Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits ini jelas menunjukkan tentang keutamaan kota Madinah dan sebagai pensyariatan cinta dan rasa peduli terhadap tanah air.
Selain itu, alQuran juga ikut membicarakan tentang cinta terhadap tanah air, sebagai bukti bahwa Allah sangat menganjurkan hambanya untuk cinta terhadap bangsanya. Seperti kisah Nabi Ibrahim as dalam surat Al Baqarah ayat 126, Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
Artinya: “Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim as berdoa, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizqi dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka, kepada Allah dan hari kemudian.”
Dalam ayat ini jelas menunjukkan bagaimana wujud cinta Nabi Ibrahim kepada tanah airnya dengan mendoakannya dalam tiga hal: menjadi negeri yang aman sentosa, penduduknya dilimpahi rizqi, dan penduduknya beriman kepada Allah dan hari akhir. Tidaklah Nabi Ibrahim as mendoakan seperti itu kecuali di hatinya telah tumbuh kecintaan terhadap negerinya.
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah ayat 148)

Islam adalah agama yang lengkap-komprehensif. Segala ajaran, arahan, dan larangannya merangkum segala aspek kehidupan manusia. Termasuk didalamnya terdapat konsep mengenai bela negara. Banyak orang mengira bahwa konsep bela negara bertentangan dengan Islam yang mengharuskan berukhuwah antar sesama muslim tanpa ada sekat negara.

Bela negara merupakan salah satu perwujudan berukhuwah dalam Islam, yakni ukhuwah wathoniyah yang berarti mencintai dan bersaudara dengan yang sebangsa dan setanah air.

Dosen filsafat Islam Fakultas Dakwah UIN Bandung Wawan Gunawan, M Ud, menuturkan wujud bela negara di Indonesia oleh kaum muslimin sudah di gemakan sejak zaman kemerdekaan. “Pada saat itu peristiwa 10 November, Bung Tomo bersama para pembela tanah air lainnya, Ia bertakbir, menyerukan pembebasan tanah air dan mengusir para penjajah.”
Bagaimanakah mengaplikasikan rasa cinta tanah air itu ?
Didalam kitab Dalilul Falihin karangan Muhammad Ibnu `Alan Ash Shiddiqi, diterangkan : “An yanbaghii likaamilil iimaani an ya`muro wathonahu bil `amalish shoolihi wal ihsaani”. Artinya : “Seyogyanya bagi orang yang sempurna imannya akan berbuat kemakmuran tanah airnya dengan amal sholeh dan kebajikan”. Menurut ta`lif diatas, untuk merealisasikan wujud cinta tanah air adalah dengan cara memakmurkan tanah airnya dengan : (1).Amal sholeh, dan (2). Kebaikan. Memakmurkan dalam arti bahasa (arab) ialah “meramaikan”. Dengan kata lain, realisasi wujud cinta tanah air ialah dengan meramaikan/mengisi negeri ini dengan amal sholeh dan kebaikan.
Dengan cara apa ?
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk itu, seperti : semangat bela negara, menjaga kelestarian ekosistem alamnya, turut serta mencerdaskan masyarakat dengan ilmu yang dimilikinya, ikut membantu membenahi moral penduduk di lingkungannya, mencegah hal-hal buruk yang mengganggu tanah airnya, dan yang tidak kalah penting ialah menjaga dan melestarikan kesucian Negara Republik Indonesia. Adapun kesucian dan kemulyaan Negara Republik Indonesia telah terpuntal didalam Pancasila dan Pembukaan UUD`45. Pancasila dan Pembukaan UUD`45 adalah mutiara kilau kemilau yang harus dijaga sampai kapanpun sebagai bukti cinta tanah air kita.
Ikhtitam
رَبَّنَا اَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلاَحِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://www.republika.co.id
JAKARTA 1/4/2015

1 komentar:

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman