Rabu, 04 November 2015

TASAWUF ALFALSAFATI:AL-JILLI




PEMIKIRAN DAN AJARAN AL-JILLI ?


Muqaddimah
Tasawwuf ATAU sufisme sebagaimana halnya DENGAN mistisme PENGOPERASIAN agama Islam,
mempunyai tujuan memperoleh Hubungan Langsung Dan disadari DENGAN Tuhann,
sehingga disadari Benar bahwa Seseorang berada di Hadirat Tuhan. Sedangkan intisari Dan
mistisme, termasuk didalamnya sufisme ialah Kesadaran akan adanya Komunikasi DENGAN
Tuhan DENGAN jalan mengasingkan Diri Dan berkotemplasi.
Keinginan untuk review berada sedekat mungkin DENGAN Tuhan ITU, dikalangan sufi biasa
disebut Kehidupan menyuci. Dan hearts menjalani Kehidupan menyuci ITU, mereka (kaum
sufi) berusaha untuk review memalingkan Dirinya Dari Kehidupan duniawi disamping Senantiasa
berkontemplasi, yakni DENGAN jalan mendekati Sifat Yang mirip DENGAN Yang Mutlak.
Untuk ITU TIDAK Sembarang orangutan Yang DAPAT melakukannya. * Menurut kaum sufi, Tingkat
Pertama Manusia Yang Hidup DENGAN mendekati kemiripan DENGAN Tuhan Adalah Nabi,
kemudian para sufi Istimewa Dari Yang Istimewa, Dan para wali. Hearts Keberhasilan
mencapai Tingkat Hidup Yang Sempurna demikian tidaklah TIMAH KARENA kapasitasnya
SEBAGAI Manusia. Kaum sufi mengetahui bahwa HAL ITU dimungkinkan KARENA Seseorang
melalui Proses penyucian Hatinya kata lalu mencapai Tingkat suci DENGAN jiwa sucinya Lalu
Mampu mengadakan Kontak DENGAN Yang Mutlak. Itulah Cara Hidup Yang mendekati
"Kemiripan DENGAN Tuhan."
Dalam halaman WordPress sufi Jazz RS Aliran Yang memiliki jalan Yang BERBEDA untuk review
DAPAT berada sedekat mungkin DENGAN Tuhan. Salah Satunya, Yang akan penyusun Bahas
Adalah jalan (gagasan) Yang dikemukakan Seorang tokoh sufi, Al-Jili DENGAN gagasannya
Insan Kamil.

l-Jili (1365-1417)[13]
Nama lengkapnya adalah Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili. Ia lahir pada tahun 1365 M. di Jilan (Gilan), sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspia dan wafat pada tahun 1417 M. Nama Al-jili diambil dari tempat kelahirannya di Gilan. Ia adalah seorang sufi yang terkenal dari Bagdad. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah sumber mengatakan bahwa ia pernah melakukan perjalanan ke India tahun 1387 M. kemudian belajar tasawuf di bawah bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani, seorang pendiri dan pemimpin tarekat Qadiriyah yang sangat terkenal. Di samping itu, berguru pula pada Syeh Syarafuddin Isma’il bin Ibrahim Al-Jabarti di Zabid (Yaman) pada tahun 1393-1403 M.[14]
Pemikiran Al-Jili ?
Abdul Karim Al Jily menulis buku Al-Insan Al-Kamil DENGAN mengakui bahwa besarbesaran memperolehnya Dari Allah. Ia Mengaku Allah. Ia Mengaku, Allah memerintahkannya untuk review mengajarkan buku Suami Kepada   Manusia, Dan SETIAP hari isi Dari buku Suami besarbesaran Dukung DENGAN al-Qur'an Dan Sunnah. Ia menyatakan "kemudian aku meminta Dari hyang mengkaji buku Suami Penghasilan kena pajak aku mengajarinya bahwa Sesungguhnya Aku Tidak meletakkan sesuatua apapun hearts kitab Suami, kecuali besarbesaran terdukung Diposkan kitab Allah Dan sunnah Rasulullah SAW. Jika Tampak Bagi Seseorang Satu HAL hearts ucapanku Yang bertentangan Dari Sisi pemahamannya, Bukan maksudku Yang untuknya aku menorehkan kalam, Dan besarbesaran pengalamannya menghindari, Disertai tindakan Penyerahan Kepada Allah semoga dia Membuka makrifat padanya, Dan memperoleh Bukti akan HAL tersebut hearts kitab Allah Dan sunnah Nabinya .
Manfaat Dari Penyerahan disini Adalah agar besarbesaran TIDAK terhalangi untuk review mencapai Pengetahuan TENTANG HAL tersebut. Karena, siapa Yang mengingkari Sesuatu Dari ilmu Kami Suami, Maka besarbesaran terhalangi untuk review mencapainya selama besarbesaran mengingkari.tidak ADA Cara memperolehn ya, melainkan dikhawatirkan besarbesaran terhalang untuk review mencapainya SECARA Mutlak sebab penolakan PADA Saat Pertama. Padahal, TIDAK ADA jalan berbaring baginya kecuali beriman Dan menyerahkan Diri.
Ketahuilah bahwa SETIAP ilmu Yang TIDAK didukung DENGAN Al-qur'an Dan sunnah, Maka Berarti sesat, Bukan karen Andari TIDAK mendapati APA Yang mendukungnya. Terkadang Suatu ilmu DENGAN sendirinya terdukung denmgan Al-Qur'an Dan Sunnah. Tetapi, sedikit kesiapan Telah menghalangi Andari untuk review Memahami, sehingga Andari TIDAK akan menerimanya. Andari mengira bahwa ilmu ITU TIDAK terdukung DENGAN Al-qur'an Dan sunnah. Maka, Penyelesaian masalah Suami Adalah DENGAN Cara menyerahkan Diri, TIDAK mengamalkan Tanpa menolak, Hingga Allah Menuntun tanganmu untuk review mncapainya ". [1][2]
Proses Munculnya Insan Kamil
Seperti Ibn 'Arabi, al-Jili membawa Teori tajalli Dan taraqqi hearts Proses munculnya insan kamil. * Menurut al-Jili, tajalli Ilahi Yang berlangsung SECARA Terus-menerus PADA alam semesta terdiri differences lima martabat, di antaranya Adalah:
Pertama, uluhiyah, Tahap Suami Adalah Tingkat tertinggi hearts Proses tajjali Tuhan, Dimana uluhiyah merupakan esensi (quidity) sas primordial Dan merupakan wujud primer Yang Menjadi Sumber Segala Yang ADA Dan TIDAK ADA. Nama Yang digunakan hearts peringkat Suami Adalah "Allah", KARENA hearts pandangan al-Jilli Sendiri, sebutan "Allah" merupakan nāma tertinggi Bagi Tuhan di differences nama-Nya al-Ahad, Yang Diposkan digunakan Ibn 'Arabi SEBAGAI Tingkat tajjali tertinggi Tuhan (Ahadiyyah ).
Kedua, Ahadiyyah, Tahap inisial Muncul Dari Tahap sebelumnya (uluhiyah), Dimana Tingkatan inisial merupakan sebutan Dari zat murni (al-dzat al-sadzi) Yang TIDAK memiliki nāma Dan Sifat, Dan Tahap inisial TIDAK Bisa dicapai Diposkan Pengetahuan Manusia KARENA TIDAK ADA kalimat Dan kata-kata Yang DAPAT menggambarkan-Nya. Dan hearts Tahap inisial * Menurut al-Jilli mengalami Tiga Penurunan (tanazzul):
Sebuah. Ahadiyyah, Zat Mutlak menyadari ke-Esa-an Dirinya
b. Huwiyah, Kesadaran Zat Mutlak Terhadap ke-Esa-an-Nya gaib Yang
c. Aniyah, Zat Mutlak menyadari Diri-Nya SEBAGAI Kebenaran
Ketiga, Wahidiyah, Dimana PADA Tahap inisial zat Tuhan menampakan Diri-Nya PADA Sifat Dan asma (nama), tetapi Sifat Dan asma ITU Sendiri Masih identik DENGAN zat Tuhan KARENA zat Suami pun Masih Berupa Potensi-Potensi Dan Belum Mampu mengaktual SECARA keseluruhan. Keempat, Rahmaniyah, PADA Tahap inisial Tuhan PADA ber-tajjali Realitas asma Dan Sifat, Dan DENGAN kalimat "kun" (jadilah), muncullah Realitas-Realitas potensial Yang Terdapat hearts Tahap Wahidiyah Tadi Menjadi wujud Yang Aktual, yakni alam semesta. Tetapi aktualitas Suami Masih bersifat universal, KARENA bersamaan DENGAN Proses penciptaan alam SECARA keseluruhan. Kelima, rububiyah, hearts Tahap inisial Tuhan ber-tajjali PADA alam semesta Yang Sudah mengalami partikularisasi (terbagi-Bagi) Dan Sudah Beragam, khususnya PADA Diri Manusia (SEBAGAI Makhluk Yang Terbatas) untuk review memanifestasikan Diri-Nya Yang TIDAK Terbatas ITU DENGAN menunjukan citra- nya hearts Diri Manusia, Dan citra Tuhan Yang memucat Utuh Bisa kitd temukan hearts Diri Seorang Insan Kamil. Adapun tajjali Suami akan mengalami Pantulan Yang akan berbalik Arah kearah Semula (Dari zat Sampai Perbuatan, kemudian berbalik Dan memantul Dari Perbuatan Menuju zat); Pertama tajjali Perbuatan (tajjali al-af'al), kedua tajjali nama-nama (tajjali al-asma), Ketiga tajjali Sifat-Sifat (tajjali al-shifat), keempat tajjali zat (tajjali al-dzat).
Ajaran Tasawuf Al-Jili ?
 Insan Kamil
Ajaran tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah faham Insan Kamil (manusia sempurna). Menurut Al-jili, insan kamil adalah nuskhah atau copy Tuhan, Al-jili memperkuatnya dengan hadits; “Allah menciptakan adam dalam bentuk yang Maharahman.” Hadits lainnya; “Allah menciptakan Adam dalam bentuk diri-Nya.”
Sebagaimana diketahui, Tuhan memiliki sifat-sifat seperti hidup, pandai, mampu berkehendak, mendengar, dan sebagainya. Manusia (adam) pun memiliki sifat-sifat seperti itu. Proses yang terjadi setelah ini adalah setelah Tuhan menciptakan subtansi, Huwiyah Tuhan dihadapkan dengan Huwiyah Adam, dan Dzat-Nya dihadapkan pada dzat Adam, dan akhirnya Adam berhadapan dengan Tuhan dalam segala hakikat-Nya.[15] Melaui konsep ini, kita memahami bahwa Adam dilihat dari sisi penciptaannya merupakan salah seorang insan kamil dengan segala kesempurnaannya. Sebab, pada dirinya terdapat sifat dan nama Ilahiah. Al-Jili berpendapat bahwa nama-nama dan sifat-sifat Ilahiah itu pada dasarnya merupakan milik insan kamil sebagai suatu kemestian yang inheren dengan esensinya. Sebab, sifat-sifat dan nama-nama tersebut tidak memiliki tempat berwujud, melainkan kepada insan kamil.
Labih lanjut, Al-Jili mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan Tuhan dengan insan kamil adalah bagaikan cermin  di mana seseorang tidak akan dapat melihat bentuk dirinya kecuali melihat cermin itu. begitu pula halnya dengan insan kamil, sebagaimana Tuhan tidak dapat melihat dirinya, kecuali dengan cermin nama Tuhan, sebagaimana Tuhan tidak dapat melihat diri-Nya, kecuali melalui cermin insan kamil. Inilah maksud ayat: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.” (Q.S Al-Ahzab: 33). Al-jili berkata bahwa duplikasi Al-kamal (kesempurnaan) dimiliki oleh manusia, bagaikan cermin yang saling berhadapan. Ketidaksempurnaan manusia disebabkan oleh hal-hal yang bersifat ‘aradhi, termasuk bayi yang berada dalam kandungan ibunya. Al-Kamal dalam konsep Al-Jili mungkin dimiliki oleh manusia secara professional (bi al-quwah) dan mungkin pula secara aktual (bi al-fiil) seperti yang terdapat dalam wali-wali dan nabi-nabi meskipun dalam intensitas yang berbeda. Intensitas Al-Kalam yang paling tinggi terdapat dalam diri Nabi Muhammad SAW sehingga manusia lain, baik nabi-nabi ataupun wali-wali, bila dibandingkan dengan Muhammad bagaikan al-kamil (yang sempurna) dengan al-kamal (yang paling sempurna) atau al-fadhil (yang utama) dengan al-afdhal (yang paling utama).
Insan kamil menurut konsep Al-Jali ialah perencanaan dzat Allah(nuktah Al-Haqq) melalui proses empat tajalli seperti tersebut di atas sekaligus sebagai proses maujudat yang terhimpun dalam diri Muhamad SAW.
Menurut Arberry, konsep insan kamil Al-Jili dekat dengan konsep hulul Al-Hallaj dan konsep ittihad Ibn Arabi, yaitu integrirasi sifat lahut dan nasut dalam suatu pribadi sebagai pancaran dari Nur Muhammad. Adapun Ibn Arabi mentransfer konsep hulul Al-Hallaj dalam paham ittihad, ketika menggambarkan insan kamil sebagai wali-wali Allah, yaitu diliputi oleh Nur Muhammad SAW.
 Maqamat (al-Martabah) ?
Al-Jili dengan filsafat insan kamilnya, merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui seorang sufi, yang menurut istilahnya ia sebut al-martabah (jenjang atau tingkat). Tingkat-tingkat itu adalah:
Pertama, islam yang didasarkan pada lima pokok atau rukun dalam pemahaman kaum sufi tidak hanya dilakukan ritual saja, tetapi harus dipahami dan dirasakan lebih dalam.
Kedua, iman yakni membenarkan dengan sepenuh keyakinan akan rukun iman, dan melaksanakan dasar-dasar Islam. Iman merupakan tangga pertama  mengungkap tabir alam gaib, dan alat yang membantu seseorang mencapai tingkat atau maqam yang lebih tinggi.
Ketiga, ash-shalah, yakni dengan maqam ini seorang sufi mencapai tingkat ibadah yang terus-menerus kepada Allah dengan penuh perasaan khauf dan raja’. Tujuan ibadah maqam ini adalah mencapai nuqtah Ilahiah pada lubuk hati sang hamba, sehingga ketika mencapai kasyaf, ia akan memtaati syariat Tuhan dengan baik.
Keempat, ihsan, yakni dengan maqam ini menunjukan bahwa seorang sufi telah mencapai tingkat menyaksikan efek(atsar) nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya, ia merasa seakan-akan berada dihadapan-Nya. Persyaratan yang harus ditempuh pada maqam ini adalah sikap istiqamah dalam tobat, inabah, zuhud, tawakal, tafwidh, rida, dan ikhlas.
Kelima, syahadah, seorang sufi dalam maqam ini telah mencapai iradah yang bercirikan; mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih, mengingat-Nya secara terus-menerus, dan meninggalkan hal-hal yang menjadi keinginan pribadi. Syahadah terbagi kedalam dua tingkatan, yaitu mencapai mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih. Ini adalah tingkat yang paling rendah, dan menyaksikan Tuhan pada semua makhluk-Nya secar ‘ainul yaqin. Ini adalah yang paling tinggi.
Keenam, shiddiqiyah, Istilah ini mengagambarkan tingkat pencapaian hakikat yang makrifat yang diperoleh secara bertahap dari ilmu al-yaqin, ain al-yaqin, sampai haqul yakin. Menurut Al-Jili seorang sufi yang telah mencapai derajat shiddik akan menyaksikan hal-hal yang ghaib, kemudian melihat rahasia-rahasia Tuhan sehingga mengetahui hakikat diri-Nya.
Ketujuh, qurbah. Maqam ini merupakan maqam yang memungkinkan seorang dapat menampakan diri dalam sifat dan nama yang mendekati sifat dan nama Tuhan.
Demikianlah, maqam-maqam yang dirumuskan Al-Jili dalam upaya dekat kepada Tuhan. Namun, satu hal yang kita ketahui bahwa Al-Jili mengatakan, “Mengetahui dzat yang Mahatinggi itu secara kasyaf Ilahi, yaitu kamu dihadapan-Nya dan Dia dihapanmu tanpa hulul dan ittihad. Sebab hamba adalah hamba dan Tuhan adalah Tuhan. Oleh karena itu, tidaklah mungkin hamba menjadi Tuhan atau sebaliknya.[17] Dengan pernyataan ini, kita pahami bahwa sungguhpun manusia mampu berhias dengan nama dan sifat Tuhan, ia tetap tidak bisa menyamai sifat dan nama-nama-Nya.
INSAN KAMIL * Menurut AL-Jili
* Menurut Khan Sahib Khaja Khan, kata "insan" dipandang berasal Dari turunan
beberapa kata. Misalnya "uns" Yang Artinya Cinta. Sedangkan yang lain memandangnya
berasal kata "nas" Yang artinya pelupa, KARENA Manusia Hidup di Dunia dimulai Dari
terlupa Dan Berakhir DENGAN terlupa. Yang lain Lagi Berkata asalnya Adalah "ain san",
"Seperti mata". Manusia Adalah mata, with nāma Tuhan Sifat Menurunkan Dan asma-
Nya SECARA Terbatas. Insan Kamil, karenanya merupakan cermin Yang merupakan
Pantulan Dari Sifat Dan asma Tuhan ".
Dalam Insan Kamil, Tuhan bukanlah SEBUAH Layar Bagi Makhluk-Nya, Dan
Makhluk TIDAK akan tertabiri Dari Khalik. Ia Menjadi Seimbang hearts kedua Arah. Ia
Adalah Seseorang Yang vtelah suluk melaksanakan (Perjalanan Pencarian) Menuju Tuhan
Dan Bersama Tuhan, Dan mencapai Titik haqiqat-i-Muhammadi, Yang ____________ (Al
Quran 53: 9), SEBUAH Titik Yang berjarak doa Busur ATAU bahkan Lebih Dekat Lagi. Ia
Menjadi poros disekeliling Dimana Seluruh Eksistensi mengelilingi Dan menyinari hati
Makhluk-Makhluk lainnya. Dalam kenyataannya, Suami Adalah Pola TIDAK Langsung ATAU
Tiruan individualitasnya Dari. Suami Adalah APA Yang disebut Ibn Arabi SEBAGAI kebijaksanaan
individualitas. Penciptaan Mulai dari Muhammad melihat, artinya melalui haqiqat
Muhammad, kebijaksanaan Eksistensi mewujud SECARA Lengkap hearts individualitasnya.
"Aku Sudah Menjadi nabi" ujar Rasul "ketika Adam Masih ANTARA udara Dan lempung",
artinya Aku Sudah Menjadi nabi ketika Adam Masih Belum hearts Pengetahuan Tuhan,
Dan Belum get bentuknya mendunia.
Gagasan Insan Kamil al-Jili sebenarnya gagasan melanjutkan Yang Telah
dikemukakan Ibn Arabi. * Menurut Ibnu Arabi, Manusia Sempurna Adalah alam Seluruhnya.
KARENA Allah Ingin Melihat hal substansi-Nya hearts alam Seluruhnya, Yang meliputi Seluruh
HAL Yang ADA, Yaitu KARENA HAL Suami bersifat wujud Serta kepadanya ITU Dia mengemukakan
rahasia-Nya, Maka kemunculan Manusia Sempurna (Insan Kamil) * Menurut Ibn Arabi
Adalah esensi kecermelangan cermin alam. Ibn Arabi membedakan Manusia Sempurna
doa Menjadi. Pertama Manusia Sempurna hearts kedudukannya SEBAGAI Manusia baru.
Kedua, Manusia Sempurna hearts kedudukannya SEBAGAI Manusia abadi. KARENA ITU
Manusia Sempurna Adalah Manusia baru Yang abadi, Yang Muncul, Bertahan, Dan Abadi.
Bagi Ibnu Arabi, tegaknya alam justru Diposkan Manusia dan alam Suami akan Tetap
terpelihara selama Manusia Sempurna Masih Ada. Manusia Sempurna ATAU haqiqat
Muhammad Adalah Sumber Seluruh hukum, kenabian, SEMUA wali, ATAU individu-individu
Manusia Sempurna (Yaitu para sufi Yang wali).
Kemudian al-Jili mempertegas gagasan Mengenai Insan Kamil. Menurutnya,
Insan Kamil Adalah Muhammad, KARENA mempunyai Sifat-Sifat al-Haq (Tuhan) Dan al-
Khaliq (Makhluk) Sekaligus. Dan Sesungguhnya Insan Kamil ITU Adalah Ruh Muhammad
Yang diciptakan hearts Diri nabi-nabi, wali-wali, Serta orang-orangutan soleh. Insna Kamil
cermin merupakan Tuhan (copy Tuhan) Yang diciptkan differences nama-Nya, SEBAGAI refleksi
Gambaran nāma-nama Dan sifat0sifat-Nya. Insan Kamil memiliki doa dimensi Yaitu
Kanan Dan kiri. Yang Kanan merupakan ASPEK lahir, seperti Melihat hal, mendengar,

berkehendak. Sedangkan dimensi kirinya bercorak batin Dan Mutlak, seperti azali, baqa,
Awal, Dan Akhir.
* Menurut al-Jili, Insan Kamil Adalah dia Yang berhadapan DENGAN Pencipta Dan
PADA Saat Yang sama JUGA DENGAN Makhluk. Insan Kamil ATAU Manusia Sempurna
merupakan quib ATAU sumbu, Tempat Segala Sesuatu berkeliling Dari mula Hingga Akhir. Oleh
KARENA ITU Segala Sesuatu Menjadi ADA, Maka dia Adalah Satu (wahid) selamanya untuk review. Ia
memiliki BERBAGAI Bentuk Dan besarbesaran hearts Muncul kana'is ATAU rupa Yang bermacam-
macam. Untuk HAL menghormati Yang demikian, Maka Namanya dipanggil SECARA BERBEDA
Dan untuk review menghormati selain daripadanya, Maka Panggilan nāma Yang demikian TIDAK
dipergunakan mereka pãda. Siapakah dia? Nama sebenarnya Adalah Muhammad, nāma
untuk review kehormatannya Adalah Abdul Qosim, Dan gelarnya Syamsudin ATAU Sang Menteri
Agama.
Suatu Pengalaman PERNAH dikemukakan Diposkan al-Jili, yakni menurutnya: "Sekali
Waktu Saya Bertemu DENGAN dia hearts wujudnya yang terus menerus seperti syekh Saya, Syarifuddin
Ismail al-Jabarti, tetapi Saya TIDAK mengetahui bahwa dia (syekh) ITU sebenarnya nabi,
padahal Saya mengetahui bahwa dia (nabi) Adalah syekh. Suami Adalah Satu penglihatan Yang
Saya dapati di zabit PADA Tahun 796 H. Makna Yang Hakiki Yang Terdapat hearts Peristiwa
Suami Adalah bahwsa nabi memiliki kekuatan untuk review menampilkan Diri hearts SETIAP Bentuk.
Keadaan Demikian Muhammad. Tetapi manakala besarbesaran hearts Bentuk berbaring Dan diketahui
bahwa besarbesaran Muhammad, Maka akan besarbesaran Panggil DENGAN nāma sebagaimana Yang Terdapat
hearts Bentuk tersebut. Nama Muhammad tidaklah Bisa diterapkan Kepada Sesuatu
Kepada kecuali "ide TENTANG Muhammad" (al-Haqiqatul Muhammadiyya). Mencari Google Artikel
demikian, ketika Muncul hearts Bentuk Syibli, Maka Syibli Berkata Kepada kawannya:
"Saksikanlah bahwa Saya Adalah Utusan Tuhan", Dan orangutan tersebut SEBAGAI orangutan Yang
Telah bersatu DENGAN roh Muhammad mengenali Muhammad. Dan besarbesaran Berkata: "Saya
bersaksi bahwasannya Andari Adalah Utusan Tuhan. "
Dari Keterangan di differences Nampak bahwa haqiqat Muhammad Nur Muhammad ATAU
qadim ITU, sebab dia sebagian Dari Ahadiyyah. Sebagian Dari Suatu Dan Satu. Dia Tetap ADA,
Haqiqat Muhammad itulah Yang memenuhi Tubuh Adam Dan Tubuh Muhammad. Dan
apabila Muhammad Telah Mati Seluruh Tubuh namun Nur Muhammad ATAU haqiqat
Muhammad Tetap ADA sebab dia sebagian Dari Tuhan. Jadi, Allah, Adam, Muhammad

Adalah Satu. Dan Insan Kamil-pun Adalah Allah JUGA Dan Adam PADA hakikatnya. Jadi,
* Menurut al-Jili, sebagaimana dikutip Diposkan Harun Nasution, Manusia Sempurna) Insan
Kamil) ITU merupakan copy (nuskha) Tuhan.
Namun demikian * Menurut Keyakinan al-Jili, Manusia TIDAK PERNAH akan Sampai
Kepada mengidentifikasi bahwa Dirinya Adalah sepenuhnya Tuhan. Dalam Terminologi
kauum sufi, berpindahnya Tuhan KE hearts Manusia sehingga Terjadi persatuan ANTARA
hamba Tuhan Dan disebut esensi. Al-Jili Dan kaum sufi PADA umumnya merumuskan
Tuhan senagai esensi Dan Segala Sesuatu Yang ADA hearts jagat raya memiliki Unsur esensi
ilahi, sehingga Makhluk Manusia Sangat dimungkinkan melakukan persatuan ATAU
Pertemuan esensi Dirinya DENGAN esensi Tuhan

Sumber:1.zeeaziral.blogspot.com
2.langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co
3.https://kuliahpemikiran.wordpress.com
Jakarta 5/11/2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman