PEMIKIRAN DAN
AJARAN AL-JILLI ?
Muqaddimah
Tasawwuf ATAU sufisme sebagaimana
halnya DENGAN mistisme PENGOPERASIAN agama Islam,
mempunyai tujuan
memperoleh Hubungan Langsung Dan disadari DENGAN Tuhann,
sehingga disadari
Benar bahwa Seseorang berada di Hadirat Tuhan. Sedangkan intisari Dan
mistisme, termasuk
didalamnya sufisme ialah Kesadaran akan adanya Komunikasi DENGAN
Tuhan DENGAN jalan
mengasingkan Diri Dan berkotemplasi.
Keinginan untuk
review berada sedekat mungkin DENGAN Tuhan ITU, dikalangan sufi biasa
disebut Kehidupan
menyuci. Dan hearts menjalani Kehidupan menyuci ITU, mereka (kaum
sufi) berusaha untuk
review memalingkan Dirinya Dari Kehidupan duniawi disamping Senantiasa
berkontemplasi, yakni
DENGAN jalan mendekati Sifat Yang mirip DENGAN Yang Mutlak.
Untuk ITU TIDAK
Sembarang orangutan Yang DAPAT melakukannya. * Menurut kaum sufi, Tingkat
Pertama Manusia Yang
Hidup DENGAN mendekati kemiripan DENGAN Tuhan Adalah Nabi,
kemudian para sufi
Istimewa Dari Yang Istimewa, Dan para wali. Hearts Keberhasilan
mencapai Tingkat
Hidup Yang Sempurna demikian tidaklah TIMAH KARENA kapasitasnya
SEBAGAI Manusia. Kaum
sufi mengetahui bahwa HAL ITU dimungkinkan KARENA Seseorang
melalui Proses
penyucian Hatinya kata lalu mencapai Tingkat suci DENGAN jiwa sucinya Lalu
Mampu mengadakan
Kontak DENGAN Yang Mutlak. Itulah Cara Hidup Yang mendekati
"Kemiripan
DENGAN Tuhan."
Dalam halaman
WordPress sufi Jazz RS Aliran Yang memiliki jalan Yang BERBEDA untuk review
DAPAT berada sedekat
mungkin DENGAN Tuhan. Salah Satunya, Yang akan penyusun Bahas
Adalah jalan
(gagasan) Yang dikemukakan Seorang tokoh sufi, Al-Jili DENGAN gagasannya
Insan Kamil.
l-Jili (1365-1417)[13]
Nama
lengkapnya adalah Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili. Ia lahir pada tahun 1365 M.
di Jilan (Gilan), sebuah provinsi di sebelah selatan Kaspia dan wafat pada
tahun 1417 M. Nama Al-jili diambil dari tempat kelahirannya di Gilan. Ia adalah
seorang sufi yang terkenal dari Bagdad. Riwayat hidupnya tidak banyak diketahui
oleh para ahli sejarah, tetapi sebuah sumber mengatakan bahwa ia pernah
melakukan perjalanan ke India tahun 1387 M. kemudian belajar tasawuf di bawah
bimbingan Abdul Qadir Al-Jailani, seorang pendiri dan pemimpin tarekat
Qadiriyah yang sangat terkenal. Di samping itu, berguru pula pada Syeh
Syarafuddin Isma’il bin Ibrahim Al-Jabarti di Zabid (Yaman) pada tahun
1393-1403 M.[14]
Pemikiran Al-Jili ?
Abdul Karim Al Jily menulis buku Al-Insan Al-Kamil DENGAN
mengakui bahwa besarbesaran memperolehnya Dari Allah. Ia Mengaku Allah. Ia
Mengaku, Allah memerintahkannya untuk review mengajarkan buku Suami Kepada Manusia, Dan SETIAP hari isi Dari buku Suami
besarbesaran Dukung DENGAN al-Qur'an Dan Sunnah. Ia menyatakan "kemudian
aku meminta Dari hyang mengkaji buku Suami Penghasilan kena pajak aku
mengajarinya bahwa Sesungguhnya Aku Tidak meletakkan sesuatua apapun hearts
kitab Suami, kecuali besarbesaran terdukung Diposkan kitab Allah Dan sunnah
Rasulullah SAW. Jika Tampak Bagi Seseorang Satu HAL hearts ucapanku Yang
bertentangan Dari Sisi pemahamannya, Bukan maksudku Yang untuknya aku
menorehkan kalam, Dan besarbesaran pengalamannya menghindari, Disertai tindakan
Penyerahan Kepada Allah semoga dia Membuka makrifat padanya, Dan memperoleh
Bukti akan HAL tersebut hearts kitab Allah Dan sunnah Nabinya .
Manfaat Dari Penyerahan disini Adalah agar besarbesaran
TIDAK terhalangi untuk review mencapai Pengetahuan TENTANG HAL tersebut. Karena,
siapa Yang mengingkari Sesuatu Dari ilmu Kami Suami, Maka besarbesaran
terhalangi untuk review mencapainya selama besarbesaran mengingkari.tidak ADA
Cara memperolehn ya, melainkan dikhawatirkan besarbesaran terhalang untuk
review mencapainya SECARA Mutlak sebab penolakan PADA Saat Pertama. Padahal,
TIDAK ADA jalan berbaring baginya kecuali beriman Dan menyerahkan Diri.
Ketahuilah bahwa SETIAP ilmu Yang TIDAK didukung DENGAN
Al-qur'an Dan sunnah, Maka Berarti sesat, Bukan karen Andari TIDAK mendapati
APA Yang mendukungnya. Terkadang Suatu ilmu DENGAN sendirinya terdukung denmgan
Al-Qur'an Dan Sunnah. Tetapi, sedikit kesiapan Telah menghalangi Andari untuk
review Memahami, sehingga Andari TIDAK akan menerimanya. Andari mengira bahwa
ilmu ITU TIDAK terdukung DENGAN Al-qur'an Dan sunnah. Maka, Penyelesaian
masalah Suami Adalah DENGAN Cara menyerahkan Diri, TIDAK mengamalkan Tanpa
menolak, Hingga Allah Menuntun tanganmu untuk review mncapainya ". [1][2]
Proses Munculnya Insan Kamil
Seperti
Ibn 'Arabi, al-Jili membawa Teori tajalli Dan taraqqi hearts Proses munculnya
insan kamil. * Menurut al-Jili, tajalli Ilahi Yang berlangsung SECARA
Terus-menerus PADA alam semesta terdiri differences lima martabat, di antaranya
Adalah:
Pertama, uluhiyah, Tahap Suami Adalah Tingkat
tertinggi hearts Proses tajjali Tuhan, Dimana uluhiyah merupakan esensi
(quidity) sas primordial Dan merupakan wujud primer Yang Menjadi Sumber Segala
Yang ADA Dan TIDAK ADA. Nama Yang digunakan hearts peringkat Suami Adalah
"Allah", KARENA hearts pandangan al-Jilli Sendiri, sebutan
"Allah" merupakan nāma tertinggi Bagi Tuhan di differences nama-Nya
al-Ahad, Yang Diposkan digunakan Ibn 'Arabi SEBAGAI Tingkat tajjali tertinggi
Tuhan (Ahadiyyah ).
Kedua, Ahadiyyah, Tahap inisial Muncul Dari
Tahap sebelumnya (uluhiyah), Dimana Tingkatan inisial merupakan sebutan Dari
zat murni (al-dzat al-sadzi) Yang TIDAK memiliki nāma Dan Sifat, Dan Tahap inisial
TIDAK Bisa dicapai Diposkan Pengetahuan Manusia KARENA TIDAK ADA kalimat Dan
kata-kata Yang DAPAT menggambarkan-Nya. Dan hearts Tahap inisial * Menurut
al-Jilli mengalami Tiga Penurunan (tanazzul):
Sebuah.
Ahadiyyah, Zat Mutlak menyadari ke-Esa-an Dirinya
b.
Huwiyah, Kesadaran Zat Mutlak Terhadap ke-Esa-an-Nya gaib Yang
c.
Aniyah, Zat Mutlak menyadari Diri-Nya SEBAGAI Kebenaran
Ketiga, Wahidiyah, Dimana
PADA Tahap inisial zat Tuhan menampakan Diri-Nya PADA Sifat Dan asma (nama),
tetapi Sifat Dan asma ITU Sendiri Masih identik DENGAN zat Tuhan KARENA zat
Suami pun Masih Berupa Potensi-Potensi Dan Belum Mampu mengaktual SECARA
keseluruhan. Keempat, Rahmaniyah,
PADA Tahap inisial Tuhan PADA ber-tajjali Realitas asma Dan Sifat, Dan DENGAN
kalimat "kun" (jadilah), muncullah Realitas-Realitas potensial Yang
Terdapat hearts Tahap Wahidiyah Tadi Menjadi wujud Yang Aktual, yakni alam
semesta. Tetapi aktualitas Suami Masih bersifat universal, KARENA bersamaan
DENGAN Proses penciptaan alam SECARA keseluruhan. Kelima, rububiyah, hearts
Tahap inisial Tuhan ber-tajjali PADA alam semesta Yang Sudah mengalami
partikularisasi (terbagi-Bagi) Dan Sudah Beragam, khususnya PADA Diri Manusia
(SEBAGAI Makhluk Yang Terbatas) untuk review memanifestasikan Diri-Nya Yang TIDAK
Terbatas ITU DENGAN menunjukan citra- nya hearts Diri Manusia, Dan citra Tuhan
Yang memucat Utuh Bisa kitd temukan hearts Diri Seorang Insan Kamil. Adapun
tajjali Suami akan mengalami Pantulan Yang akan berbalik Arah kearah Semula
(Dari zat Sampai Perbuatan, kemudian berbalik Dan memantul Dari Perbuatan
Menuju zat); Pertama tajjali Perbuatan (tajjali al-af'al), kedua tajjali
nama-nama (tajjali al-asma), Ketiga tajjali Sifat-Sifat (tajjali al-shifat),
keempat tajjali zat (tajjali al-dzat).
Ajaran Tasawuf Al-Jili ?
Insan Kamil
Ajaran
tasawuf Al-Jili yang terpenting adalah faham Insan Kamil (manusia sempurna). Menurut
Al-jili, insan kamil adalah nuskhah atau
copy Tuhan, Al-jili memperkuatnya
dengan hadits; “Allah menciptakan adam dalam bentuk yang Maharahman.” Hadits
lainnya; “Allah menciptakan Adam dalam bentuk diri-Nya.”
Sebagaimana
diketahui, Tuhan memiliki sifat-sifat seperti hidup, pandai, mampu berkehendak,
mendengar, dan sebagainya. Manusia (adam) pun memiliki sifat-sifat seperti itu.
Proses yang terjadi setelah ini adalah setelah Tuhan menciptakan subtansi,
Huwiyah Tuhan dihadapkan dengan Huwiyah Adam, dan Dzat-Nya dihadapkan pada dzat
Adam, dan akhirnya Adam berhadapan dengan Tuhan dalam segala hakikat-Nya.[15] Melaui konsep ini, kita memahami bahwa
Adam dilihat dari sisi penciptaannya merupakan salah seorang insan kamil dengan
segala kesempurnaannya. Sebab, pada dirinya terdapat sifat dan nama Ilahiah.
Al-Jili berpendapat bahwa nama-nama dan sifat-sifat Ilahiah itu pada dasarnya
merupakan milik insan kamil sebagai suatu kemestian yang inheren dengan
esensinya. Sebab, sifat-sifat dan nama-nama tersebut tidak memiliki tempat
berwujud, melainkan kepada insan kamil.
Labih
lanjut, Al-Jili mengemukakan bahwa perumpamaan hubungan Tuhan dengan insan
kamil adalah bagaikan cermin di mana seseorang tidak akan dapat melihat
bentuk dirinya kecuali melihat cermin itu. begitu pula halnya dengan insan
kamil, sebagaimana Tuhan tidak dapat melihat dirinya, kecuali dengan cermin
nama Tuhan, sebagaimana Tuhan tidak dapat melihat diri-Nya, kecuali melalui
cermin insan kamil. Inilah maksud ayat: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.”
(Q.S Al-Ahzab: 33). Al-jili berkata bahwa duplikasi Al-kamal (kesempurnaan)
dimiliki oleh manusia, bagaikan cermin yang saling berhadapan.
Ketidaksempurnaan manusia disebabkan oleh hal-hal yang bersifat ‘aradhi,
termasuk bayi yang berada dalam kandungan ibunya. Al-Kamal dalam konsep Al-Jili
mungkin dimiliki oleh manusia secara professional (bi al-quwah) dan mungkin
pula secara aktual (bi al-fiil) seperti yang terdapat dalam wali-wali dan
nabi-nabi meskipun dalam intensitas yang berbeda. Intensitas Al-Kalam yang
paling tinggi terdapat dalam diri Nabi Muhammad SAW sehingga manusia lain, baik
nabi-nabi ataupun wali-wali, bila dibandingkan dengan Muhammad bagaikan
al-kamil (yang sempurna) dengan al-kamal (yang paling sempurna) atau al-fadhil
(yang utama) dengan al-afdhal (yang paling utama).
Insan kamil
menurut konsep Al-Jali ialah perencanaan dzat Allah(nuktah Al-Haqq) melalui
proses empat tajalli seperti tersebut di atas sekaligus sebagai proses maujudat
yang terhimpun dalam diri Muhamad SAW.
Menurut
Arberry, konsep insan kamil Al-Jili dekat dengan konsep hulul Al-Hallaj dan
konsep ittihad Ibn Arabi, yaitu integrirasi sifat lahut dan nasut
dalam suatu pribadi sebagai pancaran dari Nur Muhammad. Adapun Ibn Arabi
mentransfer konsep hulul Al-Hallaj dalam paham ittihad, ketika menggambarkan
insan kamil sebagai wali-wali Allah, yaitu diliputi oleh Nur Muhammad SAW.
Maqamat (al-Martabah) ?
Al-Jili
dengan filsafat insan kamilnya, merumuskan beberapa maqam yang harus dilalui
seorang sufi, yang menurut istilahnya ia sebut al-martabah (jenjang atau
tingkat). Tingkat-tingkat itu adalah:
Pertama, islam
yang didasarkan pada lima pokok atau rukun dalam pemahaman kaum sufi tidak
hanya dilakukan ritual saja, tetapi harus dipahami dan dirasakan lebih dalam.
Kedua, iman yakni membenarkan dengan sepenuh keyakinan
akan rukun iman, dan melaksanakan dasar-dasar Islam. Iman merupakan tangga
pertama mengungkap tabir alam gaib, dan alat yang membantu seseorang mencapai
tingkat atau maqam yang lebih tinggi.
Ketiga, ash-shalah,
yakni dengan maqam ini seorang sufi mencapai tingkat ibadah yang terus-menerus
kepada Allah dengan penuh perasaan khauf dan raja’. Tujuan ibadah maqam ini
adalah mencapai nuqtah Ilahiah pada lubuk hati sang hamba, sehingga ketika
mencapai kasyaf, ia akan memtaati syariat Tuhan dengan baik.
Keempat, ihsan,
yakni dengan maqam ini menunjukan bahwa seorang sufi telah mencapai tingkat
menyaksikan efek(atsar) nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya, ia
merasa seakan-akan berada dihadapan-Nya. Persyaratan yang harus ditempuh pada
maqam ini adalah sikap istiqamah dalam tobat, inabah, zuhud, tawakal, tafwidh,
rida, dan ikhlas.
Kelima, syahadah,
seorang sufi dalam maqam ini telah mencapai iradah yang bercirikan; mahabbah
kepada Tuhan tanpa pamrih, mengingat-Nya secara terus-menerus, dan meninggalkan
hal-hal yang menjadi keinginan pribadi. Syahadah terbagi kedalam dua tingkatan,
yaitu mencapai mahabbah kepada Tuhan tanpa pamrih. Ini adalah tingkat yang
paling rendah, dan menyaksikan Tuhan pada semua makhluk-Nya secar ‘ainul yaqin.
Ini adalah yang paling tinggi.
Keenam, shiddiqiyah, Istilah ini mengagambarkan
tingkat pencapaian hakikat yang makrifat yang diperoleh secara bertahap dari
ilmu al-yaqin, ain al-yaqin, sampai haqul yakin. Menurut Al-Jili seorang sufi
yang telah mencapai derajat shiddik akan menyaksikan hal-hal yang ghaib,
kemudian melihat rahasia-rahasia Tuhan sehingga mengetahui hakikat diri-Nya.
Ketujuh, qurbah. Maqam ini merupakan maqam yang
memungkinkan seorang dapat menampakan diri dalam sifat dan nama yang mendekati
sifat dan nama Tuhan.
Demikianlah,
maqam-maqam yang dirumuskan Al-Jili dalam upaya dekat kepada Tuhan. Namun, satu
hal yang kita ketahui bahwa Al-Jili mengatakan, “Mengetahui dzat yang
Mahatinggi itu secara kasyaf Ilahi, yaitu kamu dihadapan-Nya dan Dia dihapanmu
tanpa hulul dan ittihad. Sebab hamba adalah hamba dan Tuhan adalah Tuhan. Oleh
karena itu, tidaklah mungkin hamba menjadi Tuhan atau sebaliknya.[17] Dengan pernyataan ini, kita pahami
bahwa sungguhpun manusia mampu berhias dengan nama dan sifat Tuhan, ia tetap
tidak bisa menyamai sifat dan nama-nama-Nya.
INSAN
KAMIL * Menurut AL-Jili
* Menurut Khan Sahib
Khaja Khan, kata "insan" dipandang berasal Dari turunan
beberapa kata. Misalnya
"uns" Yang Artinya Cinta. Sedangkan yang lain memandangnya
berasal kata
"nas" Yang artinya pelupa, KARENA Manusia Hidup di Dunia dimulai Dari
terlupa Dan Berakhir
DENGAN terlupa. Yang lain Lagi Berkata asalnya Adalah "ain san",
"Seperti
mata". Manusia Adalah mata, with nāma Tuhan Sifat Menurunkan Dan asma-
Nya SECARA Terbatas. Insan
Kamil, karenanya merupakan cermin Yang merupakan
Pantulan Dari Sifat
Dan asma Tuhan ".
Dalam Insan Kamil,
Tuhan bukanlah SEBUAH Layar Bagi Makhluk-Nya, Dan
Makhluk TIDAK akan
tertabiri Dari Khalik. Ia Menjadi Seimbang hearts kedua Arah. Ia
Adalah Seseorang Yang
vtelah suluk melaksanakan (Perjalanan Pencarian) Menuju Tuhan
Dan Bersama Tuhan,
Dan mencapai Titik haqiqat-i-Muhammadi, Yang ____________ (Al
Quran 53: 9), SEBUAH
Titik Yang berjarak doa Busur ATAU bahkan Lebih Dekat Lagi. Ia
Menjadi poros disekeliling
Dimana Seluruh Eksistensi mengelilingi Dan menyinari hati
Makhluk-Makhluk
lainnya. Dalam kenyataannya, Suami Adalah Pola TIDAK Langsung ATAU
Tiruan
individualitasnya Dari. Suami Adalah APA Yang disebut Ibn Arabi SEBAGAI
kebijaksanaan
individualitas. Penciptaan
Mulai dari Muhammad melihat, artinya melalui haqiqat
Muhammad,
kebijaksanaan Eksistensi mewujud SECARA Lengkap hearts individualitasnya.
"Aku
Sudah Menjadi nabi" ujar Rasul
"ketika Adam Masih ANTARA udara Dan lempung",
artinya Aku Sudah
Menjadi nabi ketika Adam Masih Belum hearts Pengetahuan Tuhan,
Dan Belum get
bentuknya mendunia.
Gagasan Insan Kamil
al-Jili sebenarnya gagasan melanjutkan Yang Telah
dikemukakan Ibn
Arabi. * Menurut Ibnu Arabi, Manusia Sempurna Adalah alam Seluruhnya.
KARENA Allah Ingin
Melihat hal substansi-Nya hearts alam Seluruhnya, Yang meliputi Seluruh
HAL Yang ADA, Yaitu
KARENA HAL Suami bersifat wujud Serta kepadanya ITU Dia mengemukakan
rahasia-Nya, Maka
kemunculan Manusia Sempurna (Insan Kamil) * Menurut Ibn Arabi
Adalah esensi
kecermelangan cermin alam. Ibn Arabi membedakan Manusia Sempurna
doa Menjadi. Pertama
Manusia Sempurna hearts kedudukannya SEBAGAI Manusia baru.
Kedua, Manusia
Sempurna hearts kedudukannya SEBAGAI Manusia abadi. KARENA ITU
Manusia Sempurna
Adalah Manusia baru Yang abadi, Yang Muncul, Bertahan, Dan Abadi.
Bagi Ibnu Arabi,
tegaknya alam justru Diposkan Manusia dan alam Suami akan Tetap
terpelihara selama
Manusia Sempurna Masih Ada. Manusia Sempurna ATAU haqiqat
Muhammad Adalah
Sumber Seluruh hukum, kenabian, SEMUA wali, ATAU individu-individu
Manusia Sempurna
(Yaitu para sufi Yang wali).
Kemudian al-Jili
mempertegas gagasan Mengenai Insan Kamil. Menurutnya,
Insan Kamil Adalah
Muhammad, KARENA mempunyai Sifat-Sifat al-Haq (Tuhan) Dan al-
Khaliq (Makhluk)
Sekaligus. Dan Sesungguhnya Insan Kamil ITU Adalah Ruh Muhammad
Yang diciptakan
hearts Diri nabi-nabi, wali-wali, Serta orang-orangutan soleh. Insna Kamil
cermin merupakan
Tuhan (copy Tuhan) Yang diciptkan differences nama-Nya, SEBAGAI refleksi
Gambaran nāma-nama
Dan sifat0sifat-Nya. Insan Kamil memiliki doa dimensi Yaitu
Kanan Dan kiri. Yang
Kanan merupakan ASPEK lahir, seperti Melihat hal, mendengar,
berkehendak. Sedangkan dimensi kirinya
bercorak batin Dan Mutlak, seperti azali, baqa,
Awal, Dan Akhir.
* Menurut al-Jili,
Insan Kamil Adalah dia Yang berhadapan DENGAN Pencipta Dan
PADA Saat Yang sama
JUGA DENGAN Makhluk. Insan Kamil ATAU Manusia Sempurna
merupakan quib ATAU
sumbu, Tempat Segala Sesuatu berkeliling Dari mula Hingga Akhir. Oleh
KARENA ITU Segala
Sesuatu Menjadi ADA, Maka dia Adalah Satu (wahid) selamanya untuk review. Ia
memiliki BERBAGAI
Bentuk Dan besarbesaran hearts Muncul kana'is ATAU rupa Yang bermacam-
macam. Untuk HAL
menghormati Yang demikian, Maka Namanya dipanggil SECARA BERBEDA
Dan untuk review
menghormati selain daripadanya, Maka Panggilan nāma Yang demikian TIDAK
dipergunakan mereka
pãda. Siapakah dia? Nama sebenarnya Adalah Muhammad, nāma
untuk review
kehormatannya Adalah Abdul Qosim, Dan gelarnya Syamsudin ATAU Sang Menteri
Agama.
Suatu Pengalaman
PERNAH dikemukakan Diposkan al-Jili, yakni menurutnya: "Sekali
Waktu Saya Bertemu
DENGAN dia hearts wujudnya yang terus menerus seperti syekh Saya, Syarifuddin
Ismail al-Jabarti,
tetapi Saya TIDAK mengetahui bahwa dia (syekh) ITU sebenarnya nabi,
padahal Saya
mengetahui bahwa dia (nabi) Adalah syekh. Suami Adalah Satu penglihatan Yang
Saya dapati di zabit
PADA Tahun 796 H. Makna Yang Hakiki Yang Terdapat hearts Peristiwa
Suami Adalah bahwsa
nabi memiliki kekuatan untuk review menampilkan Diri hearts SETIAP Bentuk.
Keadaan Demikian
Muhammad. Tetapi manakala besarbesaran hearts Bentuk berbaring Dan diketahui
bahwa besarbesaran
Muhammad, Maka akan besarbesaran Panggil DENGAN nāma sebagaimana Yang Terdapat
hearts Bentuk
tersebut. Nama Muhammad tidaklah Bisa diterapkan Kepada Sesuatu
Kepada kecuali
"ide TENTANG Muhammad" (al-Haqiqatul Muhammadiyya). Mencari Google
Artikel
demikian, ketika
Muncul hearts Bentuk Syibli, Maka Syibli Berkata Kepada kawannya:
"Saksikanlah
bahwa Saya Adalah Utusan Tuhan", Dan orangutan tersebut SEBAGAI orangutan
Yang
Telah bersatu DENGAN
roh Muhammad mengenali Muhammad. Dan besarbesaran Berkata: "Saya
bersaksi bahwasannya
Andari Adalah Utusan Tuhan. "
Dari Keterangan di
differences Nampak bahwa haqiqat Muhammad Nur Muhammad ATAU
qadim ITU, sebab dia
sebagian Dari Ahadiyyah. Sebagian Dari Suatu Dan Satu. Dia Tetap ADA,
Haqiqat Muhammad
itulah Yang memenuhi Tubuh Adam Dan Tubuh Muhammad. Dan
apabila Muhammad
Telah Mati Seluruh Tubuh namun Nur Muhammad ATAU haqiqat
Muhammad Tetap ADA
sebab dia sebagian Dari Tuhan. Jadi, Allah, Adam, Muhammad
Adalah Satu. Dan Insan Kamil-pun Adalah
Allah JUGA Dan Adam PADA hakikatnya. Jadi,
* Menurut al-Jili,
sebagaimana dikutip Diposkan Harun Nasution, Manusia Sempurna) Insan
Kamil) ITU merupakan
copy (nuskha) Tuhan.
Namun demikian *
Menurut Keyakinan al-Jili, Manusia TIDAK PERNAH akan Sampai
Kepada
mengidentifikasi bahwa Dirinya Adalah sepenuhnya Tuhan. Dalam Terminologi
kauum sufi,
berpindahnya Tuhan KE hearts Manusia sehingga Terjadi persatuan ANTARA
hamba Tuhan Dan
disebut esensi. Al-Jili Dan kaum sufi PADA umumnya merumuskan
Tuhan senagai esensi
Dan Segala Sesuatu Yang ADA hearts jagat raya memiliki Unsur esensi
ilahi, sehingga
Makhluk Manusia Sangat dimungkinkan melakukan persatuan ATAU
Pertemuan esensi
Dirinya DENGAN esensi Tuhan
Sumber:1.zeeaziral.blogspot.com
2.langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co
3.https://kuliahpemikiran.wordpress.com
Jakarta 5/11/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar