Potong rambut bagi wanita ?
لَعَنَ رَسُولُ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْمُتَشَبِّهِينَ
مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat kaum lelaki yang menyerupai wanita dan
para wanita yang menyerupai lelaki.”
(H.r. Bukhari)
Muqaddimah
Meski
Muslimah diwajibkan untuk menutup auratnya dengan hijab, pembahasan tentang
apakah boleh wanita berambut pendek ramai dibahas para ulama.
Sebenarnya,
tidak ada dalil sarih (tegas dan
lugas) yang melarang atau menganjurkan wanita memendekkan rambutnya (Baca: Wahai Muslimah, Pilih
Rambut Pendek atau Panjang?). Bahkan tahallul (memotong rambut)
dalam ibadah haji atau umrah hanya memotong beberapa helai rambut saja. Dalam
riwayat Abu Zur’ah yang tercantum dalam Tarikh
Dimsyaq (1/88) disebutkan, "Wanita tidak boleh mencukur habis
rambutnya tetapi boleh memendekkannya."
Hukum Wanita
Potong Rambut ?
Potong
rambut bagi wanita ada beberapa keadaan:
1. Potongan yang menyerupai potongan laki-laki maka hukumnya
haram dan dosa besar, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
kaum wanita yang menyerupai kaum pria. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari
Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, bahwa beliau mengatakan:
لَعَنَ رَسُولُ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْمُتَشَبِّهِينَ
مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat kaum lelaki yang menyerupai wanita dan
para wanita yang menyerupai lelaki.”
(H.r. Bukhari)
2. Potongan yang menyerupai potongan khas wanita kafir, maka
hukumnya juga haram, karena tidak boleh menyerupai orang-orang kafir.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Ibn Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa
yang meniru-niru (kebiasaan) suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut” (H.r. Abu Daud, dan dishahihkan al-Albani)
3. Potongan yang tidak menyerupai pria dan wanita kafir,
hukumnya diperselisihkan ulama, menjadi tiga pendapat; boleh, haram, dan makruh.
Pendapat
yang kuat adalah boleh, berdasarkan hadits:
لَيْسَ عَلَى
النِّسَاءِ حَلْقٌ ، إِنَّمَا عَلَى النِّسَاءِ التَّقْصِيْرُ
“Wanita
tidak boleh mencukur habis rambutnya tetapi boleh memendekkannya.” (Hadis shahih, riwayat Abu Zur’ah dalam Tarikh Dimsyaq
1/88 dan dishahihkan al-Albani dalam Ash-Shahihah, no. 605)
Hal
yang senada juga difatwakan Syaikh Khalid Al-Muslih. Dalam program Al-Jawab
Al-Kafi di channel: Al-Majd, beliau ditanya tentang batasan potong
rambut bagi wanita, beliau menjawab:
Hukum
asal potong rambut bagi wanita adalah boleh…. Batasan potong rambut bagi wanita
adalah selama tidak melanggar dua hal: (1). menyerupai lelaki dan (2).
menyerupai orang kafir. Adapun selain itu maka hukumnya boleh.
Membotak Rambut ?
Sedangkan hukum membotakkan rambut bagi wanita selain untuk tujuan pengobatan adalah haram. Hal ini secara ditegaskan dalam hadis, "Rasulullah SAW melarang wanita mencukur (membotakkan) rambutnya." (HR Tirmidzi).
Dr Ahmad al-Syarbasi menambahkan, wanita yang mencukur habis rambutnya menyerupai tradisi jahiliyah yang sempat dilarang. Pada masa jahiliyah, wanita mencukur habis rambut mereka sebagai tanda berkabung dari kematian. Menyerupai kaum jahiliyah atau kafir juga diharamkan, sebagaimana hadis Rasulullah SAW, "Siapa yang meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut." (HR Abu Daud).
Sedangkan hukum membotakkan rambut bagi wanita selain untuk tujuan pengobatan adalah haram. Hal ini secara ditegaskan dalam hadis, "Rasulullah SAW melarang wanita mencukur (membotakkan) rambutnya." (HR Tirmidzi).
Dr Ahmad al-Syarbasi menambahkan, wanita yang mencukur habis rambutnya menyerupai tradisi jahiliyah yang sempat dilarang. Pada masa jahiliyah, wanita mencukur habis rambut mereka sebagai tanda berkabung dari kematian. Menyerupai kaum jahiliyah atau kafir juga diharamkan, sebagaimana hadis Rasulullah SAW, "Siapa yang meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut." (HR Abu Daud).
Mensisir Rambut waktu Haid ?
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
sebagaimana dalam ‘Majmu’ Al-Fatawa, (21/120-121) ditanya tentang seseorang
dalam kondisi junub dan dia memotong kuku, kumis atau menyisir rambutnya.
Apakah dia terkena sesuatu. Sebagian mengisyaratkan akan hal ini. Dengan
mengatakan,”Kalau seseorang memotong rambut atau kukunya maka anggota
(tubuhnya) akan kembali kepadanya di akhirat. Maka ketika dibangkitkan hari kiamat ada bagian junub sesuai
dengan apa yang berkurang darinya. Dan pada setiap rambut ada bagian dari
janabat, apakah hal itu (benar) atau tidak?”
Maka beliau
rahimahullah menjawab: “Telah ada ketetapn dari Nabi sallallahu’alaihi wa
sallam dari hadits Hudzaifah dan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhuma ketika
disebutkan kepadanya masalah junub berkata (Sesungguhnya orang mukmin itu tidak
najis) dalam shoheh Hakim (Baik waktu hidup maupun mati). Sepengetahuan saya
tidak ada dalil syar’I larangan menghilangkan rambut orang junub dan kukunya.
Bahkan Nabi sallallahu’alaihi wa sallam bersabda (Hilangkan rambut kekufuran
anda dan berkhitanlah). HR. Abu Dawud (356) dinyatakan hasan oleh Al-Albany di
‘Irwaul Gool (1/120). Maka beliau memeritahkan orang yang baru masuk islam
untuk mandi. Dan tidak memerintahkan mengakhirkan khitan dan memotong rambut
dari mandi. Keumuman perkataannya mengandung diperbolehkan kedua hal tersebut.
Begitu juga orang haid diperintahkan menyisir sewaktu mandi. Padahal
menyisir dapat menghilangkan sebagian rambutnya. Wallahu’alam.” Selesai
Syeikhul
Islam mengisyaratkan hal itu pada hadits Aisyah radhiallahu’aha ketika haid
pada haji wada’, maka Nabi sallallahu’alaihi wasallam memerintahkan kepadanya
(Uraikan rambutmu dan bersisirlah. Serta berihlal (talbiyah) dengan haji dan
tinggalkan umroh). HR. Bukhori, (1556) dan Muslim, (1211).
Bersisir
seringkali sebagian rambutnya berjatuhan. Meskipun begitu Nabi
sallallahu’alaihi wa sallam mengizinkan hal itu bagi orang yang berihrom dan
orang haid. Para ahli fiqih dari kalangan Syafi’iyyah mengatakan seperti dalam
kitab ‘Tuhfatul Muhtaj, (4/56): “Yang sesuai nash, bahwa orang haid
diperbolehkan mengambilnya. Selesai (maksudnya adalah kuku, bulu kemaluan, bulu
ketiak. Maksud nash disitu adalah madzhab).
Ikhtitam
Adapun yang lebih afdhal (utama) bagi wanita adalah tetap membiarkan rambutnya terurai panjang. Wanita yang merawat dirinya dan bersolek untuk suaminya dihitung sebagai ibadah. Tentu saja, menyisir rambut bagi wanita dalam rangka bersolek untuk suami juga dinilai ibadah. Wanita diharapkan bisa merawat dirinya termasuk urusan rambut agar rambut menjadi perhiasan dan mempercantik dirinya.
Dalam hadis disebutkan, "Siapa yang mempunyai rambut (indah), maka muliakanlah (peliharalah)." (HR Abu Dawud). Intinya, rambut pendek bagi wanita tidaklah masalah. Yang paling penting kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya berupa rambut hanya diperuntukkan bagi mahram dan suaminya.
Adapun yang lebih afdhal (utama) bagi wanita adalah tetap membiarkan rambutnya terurai panjang. Wanita yang merawat dirinya dan bersolek untuk suaminya dihitung sebagai ibadah. Tentu saja, menyisir rambut bagi wanita dalam rangka bersolek untuk suami juga dinilai ibadah. Wanita diharapkan bisa merawat dirinya termasuk urusan rambut agar rambut menjadi perhiasan dan mempercantik dirinya.
Dalam hadis disebutkan, "Siapa yang mempunyai rambut (indah), maka muliakanlah (peliharalah)." (HR Abu Dawud). Intinya, rambut pendek bagi wanita tidaklah masalah. Yang paling penting kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya berupa rambut hanya diperuntukkan bagi mahram dan suaminya.
Sumber:1.http://islamqa.info
2.http://khazanah.republika.co.id
3.http://www.konsultasisyariah.com
Jakarta 25/11/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar