MENITI TASAWUF
IMAM GHAZALI ?
Muqaddimah
Tasawuf sebagai
salah satu ilmu esoterik islam memang selalu menarik untuk diperbincangkan.
Terlebih pada saat ini dimana masyarakat seakan mengalami banyak masalah
sehingga tasawuf dianggaap sebagai satu obat manjur untuk mengobati kehampaan
tersebut.
Terlepas dari
banyaknya pro dan kontra seputar asal mula munculnya tasawuf harus kita akui
bahwa nilai-nilai tasawuf memang sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW.
Setidaknya tasawuf pada saat itu terlihat dari tingkah laku nabi yang pada
akhirnya kita namakan dengan nilai-nilai sufi. Hal tersebut sangatlah wajar
karena misi terpenting nabi adalah untuk memperbaiki dan sekaligus meyempurnakan
akhlak masyarakat arab dulu.
Diantara salah
satu tokoh tasawuf islam yang sangat terkenal adalah Muhammad ibn Muhammad ibn
Muhammad ibn Ahmad al-Thusi atau yang kita kenal dengan sebutan Imam
Al-Ghazali. Beliau telah berhasil menggagas kaedah-kaedah tasawuf yang
terkumpul dalam karya yang terkenal Ihya’ U’lum al-Din (The Revival of
Religion Sciences). Karya
al-Ghazali ini dianggap sebagai jembatan yang mendamaikan syari’at dengan
tasawuf yang sempat mengalami clash pada zaman itu.
AjaranTasawuf-Al-Ghazali ?
Di dalam tasawufnya, Al-Ghazali memilih tasawuf sunni
berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi ditambah dengan doktrin Ahlu Al Sunnah wa
Al-jama’ah. Corak tasawufnya adalah psikomoral yang mengutamakan pendidikan
moral yang dapat di lihat dalam karya-karyanya seperti Ihya’ullum, Al-Din,
Minhaj Al-‘Abidin, Mizan Al-Amal, Bidayah Al Hidayah, M’raj Al Salikin, Ayyuhal
Wlad. Al Ghazali menilai negatif terhadap syathahat dan ia sangat menolak paham
hulul dan utihad (kesatuan wujud), untuk itu ia menyodorkan paham baru tentang
ma’rifat, yakni pendekatan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah) tanpa diikuti
penyatuan dengan-Nya:
a. Pandangan
Al-Ghazali tentang Ma’rifat
Menurut Al-Ghazali,
ma’rifat adalah mengetahui rahasia Allah dan mengetahui peraturan-peraturan
Tuhan tentang segala yang ada, alat untuk memperoleh ma’rifat bersandar pada
sir-qolb dan roh. Pada saat sir, qalb dan roh yang telah suci dan kosong itu
dilimpahi cahaya Tuhan dan dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan, kelak
keduanya akan mengalami iluminasi (kasyf) dari Allah dengan menurunkan
cahayanya kepada sang sufi sehingga yang dilihatnya hanyalah Allah, di sini
sampailah ia ke tingkat ma’rifat.
b.
PandanganAl-Ghazalitentang-As-As’adah
Menurut Al-Ghazali,
kelezatan dan kebahagiaan yang paling tinggi adalah melihat Allah (ru’yatullah)
di dalam kitab Kimiya As-Sa’adah, ia menjelaskan bahwa As-Sa’adah (kebahagiaan)
itu sesuai dengan watak (tabiat). Sedangkan watak sesuatu itu sesuai dengan
ciptaannya; nikmatnya mata terletak pada ketika melihat gambar yang bagus dan
indah, nikmatnya telinga terletak ketika mendengar suara merdu.
Konsep Ma’rifat al-Ghazali ?
Konsep ma’rifat
merupakan bagian dari finalitas maqomat seorang sufi. Setelah seorang sufi
melewati berbagai maqom mulai dari taubah, wira’i, zuhud, faqru, sabar,
tawakal, dan ridho maka sampailah ia pada satu tsamroh atau hasil dari
perjalanan kesufian tersebut. Tsamroh itulah yang dalam kitab Ihya’ U’lum
al-Din di namakan dengan mahabatullah.[5]
Keterikatan antara ‘mahabbah’ dan
makrifat dalam pemikiran sufisme amat erat seolah sepasang kembar yang tak
dapat dipisahkan baik subtansi maupun sifat-sifatnya. Dari makrifat
lahir mahabbah, cinta. Tiada pengenalan yang tidak melahirkan cinta. Ini
berlaku dalam setiap taraf spritual.
Menurut al-Ghazali
proses mengenal Allah tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakn akal
sebagaimana yang diyakini oleh para kaum filsafat. Al-Ghazali mengaatakan bahwa
pengenalan Allah dengan dhauq atau perantara intuitif (batini) akan lebih dapat
memberikan keyakinan dan ketenangan spiritual dari pada hanya sebatas bersandar
dengan akal.
Proses ma’rifat
(pengenalan) seseorang kepada tuhannya untuk mencapai mahabbah berbeda-beda.
Al-Ghazali membagi kelompok orang-orang yang sampai pada tingkat ma’rifat dan
mahabbah kepada dua tingkatan yaitu pertama tingkatan seseorang yang kuat dalam
ma’rifat. Dia adalah seseorang yang menjadikan Tuhan sebagai awal ma’rifatnya
dan kemudian dengan ma’rifat itu ia mengenal segala sesuatu yang selain Tuhan.
Kedua adalah tingkatan seseorang yang lemah ma’rifatnya. Yaitu seseorang yang
bermula dengan mengenal ciptaan Tuhan kemudian dengan ma’rifatnya ia mengenal
Tuhan.[6]
Pandangan Imam Al-Ghazali TENTANG
Syari'at ?
Imam
Al-Ghazali teguh memegangi syari'at, Tashawwuf dilakukan DENGAN memegang teguh
Dan mengamalkan Al-Qur'an Dan As-Sunnah, s ehingga hearts Perilaku Dan
ucapannya, besarbesaran mengatakan; "Seorang arif sejati mengatakan,"
jika kamu Melihat hal Seorang Manusia Mampu Terbang di awang-awang Dan Mampu
Berjalan di differences udara, tetapi besarbesaran melakukan Perbuatan Yang
bertentangan DENGAN syari'at, Maka ketahuilah dia ITU setan . " [39] Dan s ecara Terus terang besarbesaran
menyatakan; Seseorang Yang Telah get penyingkapan (Kasyf) Dan penyaksian
(musyahadah) Tidak layak mengeluarkan Suatu ucapan Yang bertentangan DENGAN
aqidah Islam, yakni aqidah tauhid murni Yang membedakan mana Tuhan Dan mana
hamba, Serta menegaskan bahwa Tuhan Adalah Tuhan Dan hamba Adalah hamba.
Itulah aqidah Yang dipegang teguh Al-Ghazali. [40] Lebih, JAUH, Al-Ghazali menyatakan; bahwa kebersatuan
DENGAN Tuhan (ittihad) SECARA TIDAK rasional mungkin Terjadi.
Dari Susunan Ihya '' Ulum al-Dien tergambar pokok
Pikiran Al-Ghazali Mengenai Hubungan syariat Dan hakekat ATAU tasawuf; S
ebelum mempelajari Dan mengamalkan tasawuf orangutan Harus memperdalam ilmu
TENTANG syari'at Dan aqidah telebih PT KARYA CIPTA PUTRA. TIDAK Hanya ITU, dia
Harus konsekuwen menjalankan syari'at DENGAN tekun Dan Sempurna. Sesudah
menjalankan syari'at DENGAN Tertib Dan Penuh pengertian, baru dimulai
mempelajari tarekat. Yaitu TENTANG Mawas Diri, Pengendalian nafsu-nafsu, Dan
menjalankan dzikir, Hingga akhirnya BERHASIL mencapai ilmu kasyfi ATAU
penghayatan ma'rifat.
Pandangan Imam Al-Ghazali TENTANG
Ma'rifat ?
*
Menurut Imam Al-Ghazali, ma'rifat Adalah mengetahui rahasia Allah Dan
mengetahui Peraturan-Peraturan Tuhan TENTANG Segala Yang ADA, alat untuk review
memperoleh ma'rifat bersandar PADA sir-qolb Dan roh. Saat Pak, qalb Dan roh
Yang Telah suci Dan kosong ITU dilimpahi cahaya Tuhan Dan DAPAT mengetahui
rahasia-rahasia Tuhan, Kelak keduanya akan mengalami iluminasi (Kasyf) dari
Allah DENGAN Menurunkan cahayanya Kepada menyanyikan sufi Hingga Yang
dilihatnya Hanya Allah, here sampailah besarbesaran KE Tingkat ma'rifat.
* Menurut Al-Ghazali Proses Mengenal
Allah TIDAK DAPAT Hanya DENGAN menggunakan akal sebagaimana Yang Diposkan
Diyakini para kaum filsafat, bahwa Pengenalan Allah DENGAN dhauq ATAU Perantara
intuitif (Batini) akan LEBIH DAPAT memberikan Keyakinan Dan Ketenangan
spiritual daripada Hanya sebatas bersandar DENGAN akal. Untuk Sampai PADA
mahabbah Dan ma'rifat Yang Sempurna Kepada Tuhan tentunya Seorang sufi terlebih
PT KARYA CIPTA PUTRA Harus melewati Berbagi Maqom Dan melewati Batas fana '.
Fana
'merupakan Satu Istilah Yang menggambarkan Seorang sufi Yang Telah melakukan
Proses takhalli Dan tahalli. Orang Yang Mencintai Tuhan akan berusaha
bertakhalli (membersihkan Diri Dan jiwa Dari Segala macam Sifat Yang dibenci
Tuhan). BeGiTu JUGA sebaliknya Penghasilan kena pajak Seorang sufi melakukan
tahkalli (Pembersihan) Maka besarbesaran akan Mengisi hidupnya DENGAN
Sifat-Sifat Yang Dicintai Diposkan Tuhan ATAU bertahalli.
Al
Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin membuat
sistematika maqamat dengan taubat – sabar – faqir – zuhud – tawakal – mahabah –
ma’rifat dan ridha. At Thusi menjelaskan maqamat sebagai
berikut : Al Taubat – Wara – Zuhud – faqir – sabar – ridha – tawakal –
ma’rifat. Al Kalabadhi (w. 990/5) didalam kitabnya “Al
taaruf Li Madzhab Ahl Tasawuf” menjelaskan ada sekitar 10 maqamat :
Taubat – zuhud – sabar – faqir – dipercaya – tawadhu (rendah hati) – tawakal –
ridho – mahabbah (cinta) -dan ma’rifat.
Footnote
[5] Tasawuf, Harun Nasution. Makalah Paramadina hal 4
Sumber:1.tentangimamal-ghazali.blogspot.com
2.https://elmisbah.wordpress.com
3.https://guzzaairulhaq.wordpress.com
Jakarta 27/11/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar