KAJIAN SURAT
AL-KAUTSAR ?
إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ
هُوَ الْأَبْتَرُ (3)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus”
(QS. Al Kautsar: 1-3).
Muqaddimah
فَإِنَّهُ
نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ
تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ
فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى.
فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ
“Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh
Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah
telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana
(gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian
hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Allah berfirman:
Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah sesudahmu.”
(HR. Muslim no. 400).
Ada
pelajaran berharga dari Ibnu Katsir mengenai cerita tentang surat Al Kautsar di
atas, Beliau berkata, “Kebanyakan ahli qiroah berdalil dari sini bahwa surat Al
Kautsar adalah surat Madaniyah. Dan kebanyakan dari fuqoha memandang bahwa
basmalah adalah bagian dari surat ini karena ia turun bersamanya.” (Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 14: 476). Namun Ibnul Jauzi mengatakan bahwa jumhur
(mayoritas ulama) termasuk Ibnu ‘Abbas berpendapat bahwa surat ini adalah surat
Makkiyah. (Zaadul Masiir, 9: 247)
Ibnul
Jauzi merinci ada enam pendapat mengenai makna Al Kautsar:
- Al Kautsar adalah sungai di surga.
- Al Kautsar adalah kebaikan yang banyak yang diberikan pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas.
- Al Kautsar adalah ilmu dan Al Qur’an. Demikian pendapat Al Hasan Al Bashri.
- Al Kautsar adalah nubuwwah (kenabian), sebagaimana pendapat ‘Ikrimah.
- Al Kautsar adalah telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak manusia mendatanginya. Demikian kata ‘Atho’.
- Al Kautsar adalah begitu banyak pengikut dan umat. Demikian kata Abu Bakr bin ‘Iyasy. (Lihat Zaadul Masiir, 9: 247-249)
7.
Surat
ini kata Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berisi penjelasan mengenai
nikmat yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yaitu beliau dikaruniakan kebaikan yang banyak. Kemudian di
dalamnya berisi perintah untuk mengerjakan shalat dan berqurban juga ibadah
lainnya atas dasar ikhlas karena Allah. Kemudian terakhir dijelaskan
bahwa siapa yang membenci Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenci satu
saja dari ajaran beliau, merekalah yang nantinya terputus yaitu tidak
mendapatkan kebaikan dan barokah (Tafsir Juz ‘Amma, 281).
Tafsir Ayat ?
8.
قُلْ إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku,
ibadahku (sembelihanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta
alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah).” (QS. Al An’am: 162-163)
Qotadah berpendapat bahwa yang dimaksud
shalat di sini adalah shalat Idul ‘Adha. Adapun maksud ‘naher’ adalah
penyembelihan pada hari Idul Adha sebagaimana pendapat Ibnu ‘Abbas, ‘Atho’,
Mujahid dan jumhur (mayoritas ulama). (Lihat Zaadul Masiir, 9: 249)
﴿ إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١ ﴾ [
الكوثر: 1]
"Sesungguhnya
Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak". (QS al-Kautsar: 1).
Abu
Bisyr menjelaskan: "Aku berkata kepada Sa'id: "Sesungguhnya
orang-orang mengira bahwasannya Nabi memiliki sungai didalam surga? Maka Sa'id
menjawab: "Sungai yang berada didalam surga adalah dari kebaikan yang
dianugerahkan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada
beliau". HR Bukhari no: 6578.
Dalam
haditsnya Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم: « بَيْنَمَا
أَنَا أَسِيرُ فِي الْجَنَّةِ إِذَا أَنَا بِنَهَرٍ حَافَتَاهُ قِبَابُ الدُّرِّ
الْمُجَوَّفِ قُلْتُ مَا هَذَا يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا الْكَوْثَرُ الَّذِي
أَعْطَاكَ رَبُّكَ فَإِذَا طِينُهُ أَوْ طِيبُهُ - شَكَّ
الراوي هُدْبَةُ- مِسْكٌ أَذْفَرُ » [أخرجه
البخاري]
"Manakala
aku berjalan-jalan ditengah surga, aku mendapati sebuah sungai yang dikelilingi
oleh kubah yang berlekuk, yang mencurahkan air sangat banyak. Lantas aku
bertanya pada Jibril: "Sungai apakah ini, wahai Jibril? Dia menjelaskan:
"Ini adalah al-Kautsar yang telah diberikan oleh Allah kepadamu". Maka
aku dapati tanahnya atau wanginya –perawi Hudbah merasa ragu- minyak kesturi".
HR Bukhari no: 2300.
﴿ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢ ﴾ [ الكوثر:
2]
"Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah".(QS al-Kautsar: 2).
Maksudnya
sebagaimana telah diberikan padamu kenikmatan yang sangat banyak didunia dan
akhirat, salah satunya adalah sungai yang tadi telah kita jelaskan sifatnya
dimuka. Maka, sekarang ikhlaskan lah untuk Rabbmu di dalam mengerjakan sholat
dan menyembelih, sembahlah Rabbmu semata yang tiada sekutu bagi -Nya. Bacalah
nama Rabbmu semata yang tidak ada sekutu baginya ketika menyembelih,
sebagaimana diperintahkan oleh Allah ta'ala didalam firman -Nya:
﴿ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ
أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ١٦٣ ﴾ [ الأنعام: 162-163]
"Katakanlah:
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagi -Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)". (QS al-An'am: 162-164).
Setelah
menyebutkan beberapa pendapat para ahli tafsir tentang makna firman Allah
ta'ala: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah". (QS
al-Kautsar: 2).
Imam
Ibnu Jarir mengemukakan: "Yang benar dalam hal ini ialah pendapat ulama
yang menyatakan: "Makna ayat tersebut ialah jadikanlah sholatmu seluruhnya
untuk Rabbmu dengan mengerjakan secara ikhlas untuk -Nya semata tidak dikotori
dengan menujukan pada selain -Nya dari tandingan-tandingan dan sekutu-sekutu
Allah Shubhanahu wa ta’alla.
﴿ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ ٣
﴾ [ الكوثر: 3]
"Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dia lah yang terputus". (QS al-Kautsar: 3).
Maksudnya bahwa orang yang membencimu wahai Muhammad,
serta membenci apa yang engkau bawa dari petunjuk, kebenaran serta bukti-bukti
yang jelas dan cahaya yang terang dia lah yang akan terputus. Adapun makna al-Abtar dijelaskan oleh ahli bahasa: 'Makna al-Abtar
dari manusia, dalam hal ini kalangan kaum pria adalah orang yang tidak punya
anak keturunan, sedang kalau dari binatang adalah yang tidak mempunyai ekor.
Dan setiap perkara yang terputus kebaikan serta jejaknya maka di termasuk dalam
makna Abtar". [4]
Al-Hafidh
Ibnu Katsir menjelaskan: "Sanad hadits ini adalah shahih. Dan ini
menegaskan apa yang dulu kami katakan bahwa yang dimaksud dengan al-Abtar
adalah orang yang terputus penyebutan namanya. Mereka mengira, dan ini
disebabkan kebodohannya bahwa orang yang ditinggal mati anak laki-lakinya akan
terputus penyebutannya. Sekali lagi maka ini tidak benar, karena sungguh Allah Shubhanahu
wa ta’alla telah melanggengkan penyebutan nama beliau. Serta mewajibkan
syari'atnya untuk dipegangi oleh setiap hamba, dan terus berlangsung sampai
tegaknya hari kiamat kelak. Semoga shalawat serta keselamatan Allah Shubhanahu
wa ta’alla curahkan padanya selalu sampai hari pembalasan". [7] Dan senada dengan makna ayat ini adalah
firman Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam surat asy-Syarh, Allah ta'ala
berfirman:
﴿ وَرَفَعۡنَا لَكَ ذِكۡرَكَ ٤﴾ [ الشرح: 4]
"Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu". (QS alam Nasyrah: 4).
Imam
Mujahid mengatakan: "Tidaklah nama -Ku disebut melainkan namamu menyertainya.
Yaitu dalam dua kalimat syahadat:
أَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهُ
"Aku
bersaksi tidak ada ilah yang berhak untuk disembah melainkan Allah. Dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah".
Sedang Qatadah menjelaskan: "Allah Shubhanahu wa
ta’alla telah mengangkat penyebutannya didunia dan diakhirat, tidaklah ada
seorang khatib tidak pula orang yang mengucapkan syahadat, orang yang sedang
sholat melainkan mereka menyeru:
أَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهُ
"Aku
bersaksi tidak ada ilah yang berhak untuk disembah melainkan Allah. Dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah".[8]
Footnote
[4] . Muhktar Shihah hal 40.
[7] . Tafsir Ibnu Katsir 14/483.
[8] . Tafsir Ibnu Katsir 14/389.
Sumber:1.http://rasoulallah.net/
2.http://rumaysho.com
Jakarta 19/11/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar