MENYEMIR RAMBUT
?
"غَيِّرُوا
هَذَا الشَّيْبَ وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ (رواه مسلم)
"Rubahlah
warna uban itu, dan jauhi warna hitam." (HR. Muslim, no. 2102)
Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Muqaddimah
يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ
فِى آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لاَ يَرِيحُونَ
رَائِحَةَ الْجَنَّةِ (والحديث
صححه الألباني في صحيح أبي داود)
"Akan
ada di akhir zaman, kaum yang menyemir rambutnya seperti bulu merpati, maka dia
tidak mencium bau surga." (Hadits dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih
Abu Daud)
Adapun dalil
yang menunjukkan dibolehkannya menyemir dengan warna merah dan kuning, adalah
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, no. 4211, dari Ibnu Abbas, dia berkata,
"Seorang yang menyemir rambutnya dengan hinna melewati Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau berkata, 'Bagus sekali orang
itu.' Kemudian lewat lagi seseorang di depan beliau seorang yang menyemir
rambutnya dengan hina dan katm, maka beliau berkata, 'Bagus sekali orang itu.'
Kemudian lewat lagi seseorang yang menyemir rambutnya keemasan, maka beliau
berkata, 'yang ini lebih baik dari yang lainnya.'
Hukum Menyemir Rambut ?
مَنْ تَشَبّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمِ (رواه
أبو داود، رقم 4031 وصححه الألباني)
"Siapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari mereka." (HR. Abu Daud,
4031, dishahihkan oleh Al-Albany)
Disebutkan dalam Fatwa Lajnah Daimah (5/168)
soal berikut, "Saya melihat sebagian orang menggunakan sejumlah bahan
untuk mewarnai rambutnya, apakah hitam atau merah. Ada pula yang menggunakan bahan-bahan
tertentu untuk melembutkan rambut keriting. Apakah hal ini boleh, dan apakah
ada bedanya antara anak muda dan orang tua?
Lajnah
menjawab, "Alhamdulillah washshalatu wassalamu alaa rasuulillah, wa aalihi
wa shahbih. Wa ba'du. Merubah warna rambut selain dengan warna hitam tidak
mengapa. Demikian pula halnya menggunakan zat pelembut rambut ikal. Hukum ini
berlaku sama bagi pemuda dan orang tua. Jika tidak ada bahaya dan zatnya suci,
maka hukumnya boleh. Adapun merubah warna rambut dengan warna hitam murni, maka
tidak boleh bagi laki-laki maupun wanita
غَيِّرُوا
هَذَا بِشَيْءٍ وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ
“Ubahlah uban
ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam.”(HR Muslim)
Ulama besar Syafi’iyah, An Nawawi membawakan hadits ini dalam Bab “Dianjurkannya menyemir uban dengan shofroh
(warna kuning), hamroh (warna merah) dan diharamkan menggunakan warna hitam”.
Ketika
menjelaskan hadits di atas An Nawawi rahimahullah
mengatakan, “Menurut madzhab kami (Syafi’iyah), menyemir uban berlaku bagi laki-laki
maupun perempuan yaitu dengan shofroh
(warna kuning) atau hamroh
(warna merah) dan diharamkan
menyemir uban dengan warna hitam menurut pendapat yang terkuat. Ada pula yang
mengatakan bahwa hukumnya hanyalah makruh (makruh tanzih). Namun pendapat yang
menyatakan haram lebih tepat
berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “hindarilah warna hitam”. Inilah pendapat dalam madzhab
kami.”
Bahan yang
baik digunakan untuk menyemir uban tadi adalah inai dan pacar. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ
أَحْسَنَ مَا غَيَّرْتُمْ بِهِ الشَّيْبَ الْحِنَّاءُ وَالْكَتَمُ
“Sesungguhnya bahan yang terbaik yang kalian
gunakan untuk menyemir uban adalah hinna’ (pacar) dan katm (inai).” (al-Hadits)
Soal-Jawab Syaikh ‘Abdul Karim Khudair ?
Beliau hafizhahullah ditanya, “ Apa
hukum mewarnai rambut dengan warna hitam?”
Jawaban dari
beliau,
Hadits yang
membicarakan masalah ini menyatakan,
وَجَنِّبُوهُ
السَّوَادَ
“Jauhilah menggunakan warna hitam.”
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat Abu Qohafah dengan rambutnya yang
beruban (warna putih), beliau bersabda,
غَيِّرُوهُ وَجَنِّبُوهُ السَّوَادَ
“Ubahlah uban tersebut dan jauhi warna hitam.”
Namun hadits ini dikatakan mudroj (ada tambahan dari perowi) yang tidak bisa dijadikan
hujjah dan tidak bisa dijadikan dalil. Akan tetapi, mewarnai rambut dengan
hitam baik untuk laki-laki, perempuan, hukumnya haram. Termasuk pula bagi anak
kecil atau orang dewasa, hukumnya sama, tetap haram.
Masih
tersisa masalah, mengenai mengubah uban dengan warna selain hitam. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan dalam hadits, “Ubahlah”. Minimal perintah
ini adalah sunnah dan ada sebagian ulama katakan hukumnya adalah wajib untuk
merubah uban (dengan warna selain hitam). Dan sahabat Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu sendiri
merubah ubannya dengan hinna’ (pacar) dan katm (inai). Adapun sahabat ‘Umar radhiyallahu ‘anhu mengubah
ubannya hinna’ (pacar) dan shorf.
Semir Hitam ?
Ulama 4 mazhab (Syafi'i, Hanafi, Maliki, Hambali) sepakat atas bolehnya menyemir atau mewarnai rambut dengan warna coklat atau merah baik dengan bahan inai, katam, atau lainnya. Imam Nawawi (mazhab Syafi'i) dalam Al-Majmuk, hlm. 1/293-294, menyatakan:
Ulama 4 mazhab (Syafi'i, Hanafi, Maliki, Hambali) sepakat atas bolehnya menyemir atau mewarnai rambut dengan warna coklat atau merah baik dengan bahan inai, katam, atau lainnya. Imam Nawawi (mazhab Syafi'i) dalam Al-Majmuk, hlm. 1/293-294, menyatakan:
يسن
خضاب الشيب بصفرةٍ، أو حُمرةٍ، اتفق عليه أصحابنا، وممن صرَّح به الصيمري،
والبغوى، وآخرون
Artinya: Sunnah mewarnai rambut uban dengan warna kuning atau merah, ulama mazhab Syafi'i sepakat atas hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Shaiari, Al-Baghawi dan yang lain.
Pendapat mazhab lain lihat: Mazhab Hanafi dalam Al-Fatawa Al-Hindiyah 44/45 dan Ad-Durrul Mukhtar 6/422. Mazhab Maliki dalam Al-Fawakih Ad-Dawani ala Risalati Abi Zaid Al-Qairuwani 8/191 dan Al-Istidzkar 8/439. Mazhab Hambali dalam Al-Mughni 1/105 dan Kashaful Qinak ala Matnil Iqnak 1/204.
Semir Hitam Untuk Jihad/Perang ?
Ulama empat mazhab sepakat atas bolehnya semir rambut dengan warna hitam dalam keadaan jihad (perang membela agama). Imam Syarwani (mazhab Syafi'i) dalam Hawasyi As-Syarwani 9/375 berkata:
Ulama empat mazhab sepakat atas bolehnya semir rambut dengan warna hitam dalam keadaan jihad (perang membela agama). Imam Syarwani (mazhab Syafi'i) dalam Hawasyi As-Syarwani 9/375 berkata:
وهو
(أي صبغ الشَّعر) بالسَّواد حرامٌ، إلا لمجاهدٍ في الكفار، فلا بأس به
Artinya: Mengecat rambut dengan warna hitam adalah haram kecuali bagi mujahid (pelaku jihad) atas kaum kafir maka boleh.
Pendapat serupa dari literatur klasik mazhab Syafi'i lihat dalam kitab Mughnil Muhtaj 4/293; Raudhah Talibin 1/364; Tuhfatul Muhtaj 41/203.
Pendapat dari mazhab lain atas bolehnya cat rambut warna hitam bagi mujahid lihat: Mazhab Hanafi dalam Al-Fatawa Al-Hindiyah 44/45; Mazhab Maliki dalam Al-Fawakih Ad-Dawani 8/191; Mazhab Hambali
Semir Hitam Menipu ?
Ulama sepakat atas haramnya menyemir rambut dengan tujuan menipu. Seperti seorang lelaki tua menyemir rambut saat hendak menikah agar disangka masih muda oleh wanita yang akan dinikahinya. Ini juga berlaku bagi wanita yang menyemir rambut dengan tujuan agar dikira masih muda oleh lelaki yang akan menikahinya. Rerensi lihat: Mazhab Hanafi dalam Al-Fatawa Al-Hindiyah 44/45; Mazhab Maliki dlam Al-Fawakih Ad-Dawani 8/191; Mazhab Hambali dalam Matolib Ulin Nuha 1/195.
Ulama sepakat atas haramnya menyemir rambut dengan tujuan menipu. Seperti seorang lelaki tua menyemir rambut saat hendak menikah agar disangka masih muda oleh wanita yang akan dinikahinya. Ini juga berlaku bagi wanita yang menyemir rambut dengan tujuan agar dikira masih muda oleh lelaki yang akan menikahinya. Rerensi lihat: Mazhab Hanafi dalam Al-Fatawa Al-Hindiyah 44/45; Mazhab Maliki dlam Al-Fawakih Ad-Dawani 8/191; Mazhab Hambali dalam Matolib Ulin Nuha 1/195.
Mayoritas ulama mazhab
empat berpendapat makruh mengecat rambut uban dengan warna hitam
dengan tujuan bukan penipuan (kalau penipuan haram). Ini adalah pendapat
mazhab Hanafi, Maliki, dan sebagian ulama Syafi'i (sebagian lain mengharamkan),
dan Hambali. Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 1/294 menjelaskan perbedaan ulama
mazhab Syafi'i dalam soal ini:
اتفقوا على ذم خضاب الرأس أو اللحية بالسَّواد، ثم قال الغزالي في الإحياء، والبغوى في التهذيب، وآخرون من الأصحاب، هو مكروه، وظاهر عباراتهم: أنه كراهة تنـزيه
Artinya: Ulama Syafi'iyah sepakat mencela semir rambut kepala atau jenggot dengan warna hitam. (Tapi) Al-Ghazali berkata dalam Ihya Ulumiddin dan Al-Baghawi dalam At-Tahdzib dan ulama Syafi'i yang lain bahwa hukumnya makruh tanzih.
Pendapat mazhab lain lihat: Mazhab Hanafi dalam Hasyiyah Ibnu Abidin 6/422; Mazhab Maliki dalam Al-Istidzkar 8/439; Mazhab Hambali dalam As-Syarhul Kabir 1/133.(HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan An Nasa’i)
Sumber:1.http://www.alkhoirot.net
2.http://rumaysho.com
3.http://islamqa.info
Jakarta 24/11/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar