Kamis, 21 Mei 2015

PESAN ULAMA SHALIH




NASEHAT : Untaian Mutiara-Mutiara Warisan SALAFUSH SHOLEH



بسم الله الرحمن الرحيم
Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wasallam-, Umar bin Khaththab –Rodhiyallohu ‘Anhu-, Abu Darda’ –Rodhiyallohu ‘Anhu-,  Muadz bin Jabal –Rodhiyallohu ‘Anhu-, Abdulloh Ibnu Mas’ud –Rodhiyallohu ‘Anhu-, Al Hasan Al Bashri -rohimahullohu-, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rohimahullohu-,  Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahullohu-,  Al Imam Ibnu Qoyyim -rohimahullohu- , Al Imam Ibnul Mubarok -rohimahullohu- , Al Imam Asy Syafi’iy -rohimahullohu-,  Ahmad bin Harb bin Fairuz An Naisaburiy -rohimahullohu-, Imam Sufyan Ats-Tsaury -rohimahullohu-.
Semoga dapat menambah keteguhan kita dalam menapaki dan mengikuti jejak sebaik-baik generasi manusia yang pernah ada di permukaan bumi Alloh ‘Azza Wa Jalla yang sekarang kita hidup diatasnya, di zaman penuh fitnah dunia dan jauhnya ummat islam dari ‘ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafush Sholih.
Barokalloohufiikum….
KEBAIKAN ADALAH DENGAN MENGIKUTI 3 GENERASI TERBAIK
Rasulullah صلى ا لله عليه وسلم bersabda
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)
Imam Malik -rahimahulloh- telah berkata :
كُلُّ خَيْرٍ فِي إتِباَعِ مَنْ سَلَف وَ كُلُّ شَرٍّ فِي إبْتِداَعِ مَنْ خَلَفِ
“Setiap kebaikan adalah apa-apa yang mengikuti para pendahulu (salafus sholih), dan setiap kejelekan adalah apa-apa yang diada-adakan orang kemudian (kholaf)” dan “Tidak akan baik akhir dari umat ini kecuali kembali berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi pertama”.
MENJAGA AGAMA
Al Hasan Al Bashri -rahimahulloh- berkata:
”Wahai anak Adam, jaga agamamu, jaga agamamu, karena hanya agama itulah daging dan darahmu. Kalau engkau selamat, maka alangkah tentramnya dan alangkah nikmatnya. Tapi jika yang terjadi adalah selain itu, maka -kita berlindung kepada Alloh- dia itu hanyalah api yang tidak padam, batu yang tidak dingin dan jiwa yang tidak mati” (riwayat Al Firyabi -rahimahulloh- di “Shifatun Nifaq”/no. 49/dishahihkan Syaikh Abdurraqib Al Ibbi -hafidhahulloh-)
MANUSIA YANG PALING BERBAHAGIA
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rohimahullohu- berkata:
فأسعد الخلق وأعظمهم نعيما وأعلاهم درجة أعظمهم اتباعا وموافقة له علما وعملا اهـ.
“Maka makhluq yang paling beruntung, paling agung kenikmatannya dan paling tinggi derajatnya adalah makhluq yang paling besar mutaba’ahnya (sikap ikutnya) dan kesesuaiannya dengan beliau (Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wasallam-) baik secara ilmu maupun amalan.” (“Majmu’ul Fatawa”/4/hal. 26).
TIGA PERKARA
Abu Darda’ Rodhiyallohu ‘Anhu mengatakan:
“Tiga perkara yang aku cintai sementara manusia membencinya; kemiskinan, sakit dan kematian. Aku mencintai kemiskinan karena  (menimbulkan) rasatawadhu’ kepada Robb-ku, aku mencintai kematian karenan kerinduan kepada Robb-ku, aku mencintai sakit karena (merupakan) penghapus kesalahan-kesalahanku”. [Siyar A’lamin Nubala’ biographi Abu Darda’]
HATI HATI TERHADAP AHLUL BID’AH
Ucapan Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahullohu-
Setelah menyebutkan hadits syubuhat Dajjal, berkatalah Al Imam Ibnu Baththoh -rohimahullohu-:
هذا قول الرسول صلى الله عليه وسلم، وهو الصادق المصدوق، فالله الله معشر المسلمين، لا يحملن أحدا منكم حسن ظنه بنفسه، وما عهده من معرفته بصحة مذهبه على المخاطرة بدينه في مجالسة بعض أهل هذه الأهواء، فيقول: (أداخله لأناظره، أو لأستخرج منه مذهبه)، فإنهم أشد فتنة من الدجال، وكلامهم ألصق من الجرب، وأحرق للقلوب من اللهب، ولقد رأيت جماعة من الناس كانوا يلعنونهم، ويسبونهم، فجالسوهم على سبيل الإنكار، والردّ عليهم ، فما زالت بهم المباسطة وخفي المكر، ودقيق الكفر حتى صبوا إليهم اهـ.
“Ini adalah ucapan Rosul -shollallohu ‘alaihi wasallam-, dan beliau itu orang yang jujur dan dibenarkan. Maka bertaqwalah pada Alloh wahai Muslimun, jangan sampai rasa baik sangka pada diri sendiri dan juga ilmu yang dimiliki tentang bagusnya madzhab dirinya membawa salah seorang dari kalian untuk melangsungkan perdebatan dengan agamanya di dalam acara duduk-duduk dengan ahlul ahwa, seraya berkata: “Aku akan masuk ke tempatnya dan kuajak dia berdebat, atau kukeluarkan dirinya dari madzhabnya.” Mereka itu sungguh lebih dahsyat fitnahnya daripada Dajjal, ucapan mereka lebih lengket daripada kurap, dan lebih membakar daripada gejolak api.
Sungguh aku telah melihat sekelompok orang yang dulunya mereka itu melaknati ahlul ahwa dan mencaci mereka. Lalu mereka duduk-duduk dengan mereka tadi dalam rangka mengingkari dan membantah mereka.
Tapi mereka terus-terusan di dalam obrolan, dan makar musuh tersamarkan dari mereka, dan kekufuran yang lembut tersembunyi dari mereka, hingga akhirnya mereka pindah ke madzhab ahlul ahwa tadi.” (“Al Ibanatul Kubro”/dibawah no. (480)).
BERSEGERA RUJUK (Bertaubat ;red) BILA DIINGATKAN KEPADA AL- HAQ
Umar bin Khaththab Radhiallaahu’anhu berkata dalam suratnya yang terkenal :
ومراجعة الحق خير من التمادى فى الباطل
“Dan rujuk kepada kebenaran itu lebih baik daripada berlama lama di dalam kebathilan.” (HR.Al Baihaqy (20324), Ibnu Asakir 32/hal.70 dan yang lainnya).
Al Imam Ibnu Qoyyim rohimahullah berkata:
“Ini adalah kitab (surat) yang agung yang telah di terima oleh Ummat.” (“I’lamul Muwaqqi’in” (1/hal. 110)
Syaikhuna Yahya Al-HAjury -Hafidhahullah- berkata :
“Para ulama bersepakat untuk menerima surat “umar ini”
AKHERAT AKHIRNYA DIJUAL
Nasihat Al Imam Ibnul Mubarok Rohimahulloh kepada Ibnu Ulayyah rohimahulloh:
يا جاعل العلم له بازيا *
يصطاد أموال المساكين احتلت للدنيا ولذاتها *
بحيلة تذهب بالدين فصرت مجنونا بها بعدما *
كنت دواء للمجانين أين رواياتك فيما مضى *
عن ابن عون وابن سيرين ودرسك العلم بآثاره *
في ترك (1) أبواب السلاطين تقول: أكرهت، فماذا كذا *
زل حمار العلم في الطين (2) لا تبع الدين بالدنيا كما *
يفعل ضلال الرهابين
“Wahai orang yang menjadikan ilmu sebagai barang dagangan untuk menjaring harta orang-orang miskin,
diambil demi dunia dan kesenangannya.
Dengan tipu daya engkau menghilangkan agama,
lalu engkau menjadi orang yang gila setelah dulunya engkau adalah obat bagi orang-orang gila.
Di manakah riwayat-riwayatmu yang lampau dari Ibnu ‘Aun dan Ibnu Sirin.
Dan manakah ilmu yang kamu pelajari dengan atsar-atsarnya yang berisi anjuran untuk meninggalkan pintu-pintu penguasa? Kamu berkata: “Aku terpaksa.” Lalu apa?
Demikianlah keledai ilmu tergelincir di tanah liat yang basah.
Janganlah kamu jual agama dengan dunia sebagaimana perbuatan para rahib yang sesat.”
(“Siyar A’lamin Nubala”/9/110).
“Ridho manusia itu adalah puncak yang tak bisa digapai “
Al Imam Asy Syafi’iy berkata kepada Yunus bin Abdil A’la رحمهما الله :
“Ridho manusia itu adalah puncak yang tak bisa digapai. Dan tiada jalan untuk selamat dari mereka. Maka engkau harus memegang apa yang bermanfaat bagimu, lalu tekunilah dia.” (“Siyaru A’lamin Nubala”/10/hal. 89/Biografi Al Imam Asy Syafi’iy/Ar Risalah).
Ahmad bin Harb bin Fairuz An Naisaburiy رحمه الله berkata:
“Aku beribadah kepada Alloh selama limapuluh tahun, maka aku tidak mendapatkan kemanisan ibadah hingga aku meninggalkan tiga perkara:
1. Aku meninggalkan keridhoan manusia hingga akupun sanggup untuk berbicara dengan kebenaran.
2. Dan aku meninggalkan persahabatan dengan orang-orang fasiq hingga akupun mendapatkan persahabatan dengan orang-orang sholih.
SIAP MENJADI GOLONGAN ALLAH DAN RASULNYA
BERKATA IBNUL QOYYIM -RAHIMAHULLAH-
ولا تستصعب مخالفة الناس و التحيز الى  الله ورسوله ولو كنت وحدك فان الله  معك  وانت بعينه و كلاءته و حفظه لك و انما امتحن يغقينك و صبرك واعظم الاعوان  لك على هذا بعد عونن الله التجرد من  الطمع و الفزع  فمتى تجردت منهما هان عليك التحيز الى الله و رسوله و كنت داءما في اللجانب الذى فيه الله ورسوله
“Dan janganlah engkau merasa berat untuk menyelisihi manusia dan menggabungkan diri pada golongan Allah dan RasulNya, meskipun engkau sendirian, karena sesungguhnya Allah bersamamu dengan pengawasan, pemeliharaan dan penjagaannya untukmu. Dan hanyalah Allah itu menguji keyakinan dan kesabaranmu. Dan penolong terbesar bagimu untuk itu – setelah pertolongan Allah- adalah melepaskan diri dari sifat tamak (rakus dunia) dan ketakutan. Maka kapan saja engkau bisa lepas dari keduanya, akan ringan bagimu untuk menggabungkan diri kepada golongan Allah dan Rasul- Nya, dan engkau senantiasa berada pada sisi yang disitulah Allah dan Rasul-Nya.” (Al fawa’id ” 1/hal.116)
“AKIBAT MENGIKUTI NAFSU”
أرأيت من اتخذ إلهه هواه أفأنت تكون عليه وكيلا
أم تحسب أن أكثرهم يسمعون أو يعقلون إن هم إلا كالأنعام بل هم أضل سبيلا الفرقان 43-44
” Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai  sesembahannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ”  (QS. Al-Furqan 43-44)
“Dasar permusuhan, kejahatan dan kedengkian yang muncul dikalangan manusia ialah karena mengikuti nafsu. Siapa yang menentang nafsunya berarti membuat hati dan badannya menjadi tentram dan sehat.
Abu Bakar Al Warraq berkata : “Jika nafsu yang menang, maka hati menjadi gelap. Jika hati menjadi gelap, maka dada terasa sesak. Jika dada menjadi sesak, maka akhlaq menjadi buruk. Jika akhlaq menjadi buruk, maka ia membenci orang lain, dan orang lainpun membencinya. Maka perhatikanlah apa yang diakibatkan nafsu, seperti kebencian, kejahaan, permusuhan, mengabaikan hak orang lain dan sebagainya.”
“Harus mengetahui bahwa nafsu tidaklah  mencampuri sesuatu melainkan ia merusaknya. Jika nafsu mencampuri ilmu, maka ia mengeluarkannya kebid’ah dan kesesatan, pelakunya menjadi kelompok orang yang mengikuti nafsu. Jika nafsu mencampuri zuhud, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada riya’ dan menyalahi sunnah. Jika nafsu mencampuri hukum, maka ia mengeluarkan pelakunya kepada kedholiman dan menghalangi kebenaran. Jika nafsu mencampuri pembagian, maka mengeluarkan pembagian itu kepada ketidak adilan dan kebohongan. Jika nafsu mencampuri ibadah, maka ibadah itu akan keluar dari ketaatan dan taqarub. Jadi, selagi nafsu mencampuri sesuatu, maka ia akan merusaknya”.   (Dari kitab Raudhah Al-Muhibbin wa nuzhah Al-Musytaqin, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah)
MANFAAT AKAL BAGI SEORANG MUKMIN
Muadz bin Jabal Rodhiollaahu’anhu berkata :
“Andaikata orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa dosa itu.  Andaikata  orang yang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.
Ada yang bertanya,”Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Muaz bin Jabal Radhiallaahu’anhu menjawab,“Sesungguhnya jika orang yang berakal itu tergelincir maka dia segera menyadarinya dengan cara bertaubat dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan merobohkannya. Karena kebodohan itu terlalu mudah melakukan apa yang  bisa merusak amal sholehnya”. (Dari kitab Raudhoh Al-Muhibbin wa nuzhan Al Musytaqin , karya Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah)
TABI’AT  BABI
Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah Rahimahullah berkata :
ومن الناس من طبعه طبع خنزير يمر با لطيبات فلا يلوى عليها فاذا قام الانسان عن رجيعه قمه وهكذا كثير من الناس يسمع منك ويرى من المحاسن اضعااف اضعاف الساوى ء فلا يحفظها ولا تناسبه فائذا راى سقطه او كلمة عوراء وجد بغيته وما يناسبها فا  كهته ونقله
“Dan diantara manusia ada yang tabiatnya tabiat babi. Dia melewati rizki yang baik baik tapi tidak mau mendekatinya. Jusrtu  jika ada orang bangkit dari kotorannya (selesai buang hajat), didatanginya kotoran tadi dan dimakannya hingga habis. Demikianlah kebanyakan orang. Mereka mendengar dan melihat darimu sebagian  dari kebaikanmu yang berlipa lipat daripada kejelekanmu, tapi dia tidak menghapalnya, tidak menukilnya dan tidak mencocokinya.  Tapi jika melihat ketergelincitan  atau ucapan yang cacat, dapatlah dia apa yang dicarinya dan mencocokinya, lalu dijadikannya sebagai buah santapan dan penukilan.” (Madarijus Salikin  1/hal 403)
LAKNAT BAGI AHLUL BID’AH PEMBUAT PERKARA BARU
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata:
“Siapa saja yang mengatakan sesuatu dengan hawa nafsunya, yang tidak ada seorang imampun yang mendahuluinya dalam permasalahan tersebut, baik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun para sahabat beliau, maka sungguh dia telah mengadakan perkara baru dalam Islam.
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: ‘Barangsiapa yang mengada-ada atau membuat-buat perkara baru dalam Islam maka baginya laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menerima infaq dan tebusan apapun darinya’.”
HINDARI MAKAN DAN MENGENAKAN KOTORAN  MANUSIA
Wahai saudaraku,
hendaknya engkau memiliki pekerjaan dan penghasilan yang halal yang kamu peroleh dengan tanganmu. Hindari memakan atau mengenakan kotoran-kotoran manusia (maksudnya pemberian manusia -ed). Karena sesungguhnya orang yang memakan kotoran manusia, permisalannya laksana orang yang memiliki sebuah kamar di bagian atas, sedangkan yang di bawahnya bukan miliknya. Ia selalu dalam ketakutan akan terjatuh ke bawah dan takut kamarnya roboh. Sehingga orang yang memakan kotoran-kotoran manusia akan berbicara sesuai hawa nafsu. Dan dia merendahkan dirinya di hadapan manusia karena khawatir mereka akan menghentikan (bantuan) untuknya.
(kitab Mawa’izh Lil Imam Sufyan Ats-Tsaury, hal. 82-84)
MEMBERIKAN ILMU UNTUK DAPAT BAGIAN DUNIA
و عن ابن مسعود رضي الله عنه انه قال : (لو ان اهل العلم صانوا العلم ووضعوه عند اهله لسادوا به اهل زمانهم  ولكنهم بذلوه لااهل الدنيا لينالوا به من دنياهم فهانوا عليهم
“Dari Ibnu Mas’ud -rodhiallohu ‘anhu- sesungguhnya dia telah berkata, “seandainya pemilik ilmu, menjaga ilmu dan mereka meletakkan  ilmu pada ahlinya (yang memang berkeinginan terhadap ilmu tersebut) sungguh mereka berbahagia dengan ilmu tersebut pada masa mereka, akan tetapi mereka memberikan ilmu tersebut kepada ahli dunia, agar mereka mendapatkan dengan ilmu tersebut bagian  dari dunia mereka (ahli dunia ), maka mereka menjadi hina atas ahli dunia”
JANGAN MAKAN DARI AGAMA
العلماء هم الناس
قول ابن المبارك  وقد سئل من الناس ؟ قال العلماء  قيل فمن الملوك؟ قال الزهاد قيل فمن السلة ؟قال: الذي يئكل بدينه
“PARA ULAMA  ADALAH MANUSIA YANG HAKIKI, perkataan Ibnu Al Mubarok rahimahullah.
Dan sungguh dia telah ditanya,  siapa manusia? dia berkata : PARA ULAMA’ ,  dikatakan  siapakah para raja?, dia berkata ORANG ORANG YANG ZUHUD, dikatakan siapa orang  orang rendahan ? dia berkata  ORANG YANG MAKAN DARI AGAMANYA.  (dari kitab AL ILMU fadhluhu wa syarafuhu, Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah)
Sumber:https://thibbalummah.wordpress.com
JAKARTA 21/5/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman