Senin, 25 Mei 2015

NILAI-NILAI AL-QUR'AN




AKTUALISASI NILAI-NILAI AL-QUR’AN ?

1.      Surat Al-a’alq ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.
2.      Surat Shod ayat 29:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا ءَايَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ {29}
Artinya :”ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan keberkahan supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
3.      Surat Al-Mujadalah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ............
Artinya :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al-Mujadalah:11)
Muqaddimah
Dalam Al-Qur’an memuat begitu banyak aspek kehidupan manusia. Tak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan Al-Qur’an yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersurat maupun yang tersirat, tak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari. Ketentuan-ketentuan hukum yang dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist berlaku secara universal untuk semua waktu, tempat dan tak bisa berubah, karena memang tak ada yang mampu merubahnya.
Al-Qur’an sebagai ajaran suci umat Islam, di dalamnya berisi petunjuk menuju ke arah kehidupan yang lebih baik, tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya. Menanggalkan nilai-nilai yang ada di dalamnya berarti menanti datangnya masa kehancuran. Sebaliknya kembali kepada Al-Qur’an berarti mendambakan ketenangan lahir dan bathin, karena ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an berisi kedamaian.
Prof. Dr. K.H. Ahsin Sakho Muhammad, MA. mengatakan: “Pada intinya adalah memetakan dunia Islam dewasa ini menghendaki fungsi al-Qur’an dalam menata dunia. Hal itu dikarenakan beberapa hal di antaranya; Revolusi di Eropa yang menghasilkan kemajuan-kemajuan teknologi, di Amerika terjadi pengeboman WTC, Seting baru ajaran Islam yang sesuai dengan kehendak Barat, ajaran liberal untuk memenuhi tuntutan Barat, kaum muslimin kurang diuntungkan dengan bergaining yang dilakukan oleh Barat baik dari segi politik, ekonomi maupun soial. Dari segi politik; adanya konflik Palestina dan Israel, dari segi ekonomi; ekonomi liberal yang bebas yang tidak menyejahterakan negara-negara berkembang, orientasi ekonomi lebih pada komersialisme dan kapitalisme, sehingga akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin menjadi lebih miskin.
Dari segi sosial; kebebasan berekspresi yang berlebihan yang tidak merefleksikan nilai-nilai agama, adat maupun etika bernegara. Al-Qur’an sebagai kitab hidayah (petunjuk/bimbingan) untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh Allah SWT. I’jaz dalam al-Qur’an sebagai hidayah, saat ada yang menyerang al-Qur’an maka al-Qur’an tampil menantang untuk membuat yang semisal al-Qur’an. Al-Qur’an menjadi kitab yang revolusioner yang mampu merubah masyarakat. Peradaban dunia baru dapat muncul yang memiliki tata nilai yang bagus, baik dari segi social, ekonomi, politik dan lain sebagainya yang dapat diraih dari al-Qur’an. Nilai-nilai mulia yang terkandung dalam al-Qur’an agar diaplikasikan dengan baik oleh masyarakat”.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah : 208)
Syed Qutub RH berkata [2] : Dalam ayat di atas Allah memanggil orang-orang yang beriman agar memasuki Islam secara menyeluruh dan pada masa yang sama melarang mereka mengikuti jejak langkah syaitan. Ini memberi isyarat bahwa jalan terbentang dihadapan manusia di bumi ini hanya dua jalan saja, iaitu Jalan Islam dan Jalan Syaitan.
Fungsi Al-Qur’an Diturunkan ?
Tujuan utama Al-Quran diturunkan oleh Allah adalah untuk dijadikan petunjuk. Ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah di dalam firman-Nya :
(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Al-Baqarah : 185)
Dr. Ahmad Asrar di dalam kitabnya berkata: Ada lima kewajiban umat Islam terhadap Al-Quran, iaitu :
  1. ( الإِيْمَانُ بِهِ ) : Beriman kepada Al-Quran
  2. ( تِلَاوَتُـُهُ ) : Membaca Al-Quran.
  3. ( الفَهْمُ بِهِ ) : Memahami Al-Quran.
  4. ( العَمَلُ بِهِ ) : Mengamalkannya.
  5. ( تَبْلِيْغُهُ إِلَى الآخَرِيْنَ ) : Menyampaikannya kepada orang lain.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran Qalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-‘Alaq: 1-5)
Syeikh Al-Maraghiy berkata [5] : Maksud “Iqra'” disini ( اِفْعَلْ مَا أُمِرْتَ بِهِ مِنَ القِرَاءَةِ ) : Lakukanlah apa saja yang kamu diperintahkan dari bacaan itu.
Sebahagian Mufassirin menegaskan bahwa kitab yang mesti dibaca oleh setiap manusia di dalam ayat di atas, ada dua jenis kitab, iaitu :
  1. ( كِتَابٌ مُنَزَّلٌ ) : Kitab yang diturunkan. Al-Quran kitab yang diturunkan untuk menjadi panduan bagi umat akhir zaman. Membaca kitab jenis ini dengan maksud membacanya, memahami, merenung, mengambil pengajaran dan mengamalkannya.
  2. ( كِتَابٌ مَخْلُوْقٌ ) : Kitab yang diciptakan Allah. Segala ciptaan Allah, apakah alam binatang, alam tumbuh-tumbuhan, bulan, bintang, dasar laut, perut bumi. Membaca kitab makhluk dengan maksud “research”, membuat kajian, dan penyelidikan.
3.      Dr. Ahmad Asrar menambahkan dalam kitabnya yang sama : Menurut bahasa walaupun makna “Tilawah” sama dengan makna “Qira-ah”, namun sebenarnya makna “Tilawah” lebih mendalam dari makna “Qira-ah”. Maksudnya :Jika kita membaca sesuatu, lalu si pembaca mempunyai pilihan, apakah dia ingin mempercayai atau tidak mempercayai apa yang dibacanya, apakah dia ingin mematuhi suruhan dan larangan apa yang dibacanya, maka itu namanya “Qira-ah”. Contohnya seperti membaca : Surah Kabar (Koran), Majalah dan lain. Tetapi jika seseorang membaca sesuatu, lalu dia tidak mempunyai pilihan terhadap apa yang dibacanya, dia mesti laksanakan jika suruhan, dan dia mesti jauhi terhadap larangannya, maka itu namanya “Tilawah”. Atas sebab itulah maka istilah “Tilawah” hanya khusus untuk Al-Quran. Itulah sebabnya di dalam Al-Quran sungguh banyak suruhan membaca Al-Quran dengan menggunakan ungkapan “Utlu”, iaitu bentuk perintah dari kata dasar “Tilawah”, contohnya:
4.      Dan bacalah apa yang diwahyukan kepadamu, iaitu Kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah Kalimat-Kalimat-Nya. (Al-Kahfi : 27)
Nilai-Nilai Al-Qur’an dalam Masyarakat ?
1.Akhlak Mahmudah/Fadilah
Akhlak Mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang terpuji). Secara garis besar akhlak mahmudah dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Akhlak terhadap Allah, 2) Akhlak terhadap diri sendiri, 3) Akhlak terhadap sesama manusia.[34]
Adapun akhlak atau sifat-sifat mahmudah sebagaimana yang dikemukakan para ahli akhlak, antara lain:
1)      Al-Amanah (setia, jujur, dapat dipercaya), 2) Al-Sidqu (benar, jujur), 3) Al-Adl (adil), 4) Al-Afwu (pemaaf), 5) Al-Wafa’ (menepati janji), 6) Al-Ifafah (memelihara diri), 7) Al-Haya’ (malu), 8) As-Syajaah (berani), 9) Al-Quwwah (kuat), 10) As-Sabru (sabar), 11) Ar-Rahmah (kasih sayang), 12) As-Sakha’u (murah hati), 13) At-Ta’awun (penolong/tolong menolong), 14) Al-Islah (damai), 15) Al-Ikha’ (persaudaraan), 16) Al-Iqtisad (hemat), 17) Silaturrahmi (menyambung tali persaudaraan), 18) Ad-Diyafah (menghormati tamu), 19) At-Tawadu’ (merendahkan diri), 20) Al-Ihsan (berbuat baik), 21) Al-Khusyu’ (menundukkan diri), 22) Al-Muru’ah (berbudi tinggi), dan lain sebagainya yang menunjukkan kepada sifat-sifat terpuji.[35]

2.Akhlak Mazmumah/Qabihah
Akhlak Mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
1) Ananiah (egois), 2) Al-Bagyu (lacur), 3) Al-Bukhl (kikir), 4) Al-Buhtan (dusta), 5) Al-Hamr (peminum khamr), 6) Al-Khianah (khianat), 7) Az-Zulmu (aniaya), 8) Al-Jubn (pengecut), 9) Al-Fawahisy (dosa besar), 10) Al-Ghaddab (pemarah), 11) Al-Gasysyu (curang dan culas), 12) Al-Ghibah (mengumpat), 13) An-Namumah (adu domba), 14) Al-Guyur (menipu, memperdaya), 15) Al-Hasad (dengki), 16) Al-Istikbar (sombong), 17) Al-Kufran (mengingkari nikmat), 18) Al-Liwat (homosex), 19) Ar-Riya’ (ingin dipuji), 20) As-Sum’ah (ingin didengar kelebihannya), 21) Ar-Riba (makan riba), 22) As-Sikriyah (berolok-olok), dan lain sebagainya yang menunjukkan sifat-sifat yang tercela.[36]

Nilai-Nilai Al-Qur’an dalam Pendidikan ?

Sesuai perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi, terutama teknologi informasi, maka aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilai-nilai Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, maju dan mandiri.

Secara normative, tujuan yang ingin dicapai dalam proses aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang harus dibina dan dikembangkan oleh pendidikan.

Pertama, dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan mu’amalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak. Akhlak merupakan alat control psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dengan kumpulan hewan dan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya. Rasulullah Saw merupakan sumber akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti sabdanya. “Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan atau miliu), dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman. Faktor dasar dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut norma-norma Islam. Sedangkan faktor ajar dilakukan dengan cara mempengaruhi individu melalui proses dan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma Islam seperti teladan, nasehat, anjuran, ganjaran, pembiasaan hukuman dan pembentukan lingkungan serasi.

Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, terampil, disiplin, etos kerja, professional, inovatif dan produktif. Diemsni kecerdasan dalam pandangan prikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga proses yaitu analisis, kreativitas dan praktis. Kecerdasan apapun bentuknya, baik IQ, ISQ dan lain-lain saat ini diukur dengan tes-tes prestasi di sekolah, dan bukan merupakan prestasi di dalam kehidupan. Dulu kecerdasan itu diukur dengan membandingkan usia mental dengan usia kronologis, tetapi saat ini tes IQ membandingkan penampilan individu dengan rata-rata bagi kelompok dengan usia yang sama. Tegasnya dimensi kecerdasan ini berimplikasi bagi pemahaman nilai-nilai Al-Qur’an dalam pendidikan

Nilai-Nilai Al-Qur’an dalam Keseharian ?
1.  Menghargai Waktu
demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”
2. Menghargai ilmu pegetahuan
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS 17:36)
3.  Memiliki budaya kerja keras
Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”
4.  Memiliki orientasi ke depan (visioner)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 59:18)
5.  Memiliki harga diri tinggi
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.49: 13)
6.  Memiliki networking dan akses yang luas (silaturahim)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (QS 4:1)
7.  Selalu dinamis, tidak  merasa cukup dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” QS 58:11
8.  Konsisten, Istiqomah
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (QS 46:13)
Sumber Pustaka :
[34] Mustafa, Akhlak Tasawuf, 197.
[35] Mustafa, Akhlak Tasawuf, 198.
[36] Mustafa, Akhlak Tasawuf, 200.
1.Aktulisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam. Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A. Ciputat Press
2.http://web.iaincirebon.ac.id 3.http://batampos.co.id 4.http://edokumen.blogspot.com
Jakarta 25/5/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman