11. Mereka menjawab:
"Ya Tuhan kami Engkau Telah mematikan kami dua kali dan Telah menghidupkan
kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka Adakah sesuatu
jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?"al-mukmin
Umur Manusia
Setidaknya ada 12 makna mati
yaitu : 1). Sudah hilang nyawanya, tidak hidup lagi; 2). Tidak bernyawa, tidak
pernah hidup; 3). Tidak berair; 4). Tidak berasa lagi; 5). Padam; 6). Tidak
terus, buntu; 7). Tidak dapat berubah lagi, tetap; 8). Sudah tidak dipergunakan
lagi; 9). Tidak ada gerak atau kejadian, seperti bubar; 10). Diam atau
berhenti; 11). Tidak ramai; 12). Tidak bergerak.
Setiap makhluk yang mengalami
mati pasti termasuk ke dalam 12 kategori ini. Orang bisa menilai setiap
peristiwa kematian dengan mencocokan termasuk kategori mana. Ada yang mati sama
dengan kategori kematian binatang atau tumbuhan, tapi ada yang memang layak
dikategorikan matinya manusia.
Kita juga sadar, bahwa bila ajal tiba, maka segalanya sudah terputus dan berarti tidak ada lagi kesempatan beribadah kepada Allah. Agar penyesalan tidak sampai kita rasakan, maka selagi ada kesempatan, kita harus mampu menggunakan kesempatan tersebut sebaik mungkin, agar kita waktu ajal tiba kita sudah ada persiapan
1. Manusia harus mengerti arti penting hidup di dunia. Karena kehidupan manusia di dunia merupakan bekal manusia kelak mati.
2. Kematian pasti menimpa makhluk yang bernyawa dan tidak dapat ditebak oleh akal.
3. dengan mengingat mati manusia tidak hanya mengejar kemewahan dunia semata, tetapi bisa mengumpulkan bekal untuk pertanggungjawaban setelah mati.
4. perbanyak amal, sodakoh, berbuat baik sebelum kita mati.
Malaikat Penjabut Nyawa
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kekuasaan yang sempurna menciptakan malakul maut (malaikat pencabut nyawa) yang diberi tugas untuk mencabut ruh-ruh, dan dia memiliki para pembantu sebagaimana firman-Nya:
قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu’ kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan dikembalikan.” (As-Sajdah: 11)
Asy-Syaikh Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari berkata: “Malakul maut adalah satu malaikat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beri tugas untuk mencabut arwah hamba-hamba-Nya. Namun tidak ada dalil yang shahih yang menunjukkan bahwa nama malaikat itu adalah Izrail. Nama ini tidak ada dalam Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga tidak ada di dalam Sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya menamainya malakul maut, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu’.” (As-Sajdah: 11)
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: “Ayat ini tidak bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ. ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah Pembuat perhitungan yang paling cepat.” (Al-An’am: 61-62)
Karena malakul maut yang bertugas mencabut ruh dan mengeluarkan dari jasadnya, sementara para malaikat rahmat atau para malaikat azab (yang membantunya) yang bertugas membawa ruh tersebut setelah keluar dari jasad. Semua ini terjadi dengan takdir dan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, (maka penyandaran itu sesuai dengan makna dan wewenangnya).” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 602)
Bila Ajal Tiba ?
Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktu yang
telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tentukan, dengan sebab yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala takdirkan, pasti dia akan merasakan dahsyat, ngeri, dan sakit yang luar
biasa karena sakaratul maut, kecuali hamba-hamba-Nya yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala istimewakan. Mereka tidak akan merasakan sakaratul maut kecuali sangat ringan.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Qaf: 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya kematian ada masa sekaratnya.” (HR. Al-Bukhari)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmah-Nya telah memberitahukan sebagian gambaran sakaratul maut yang akan dirasakan setiap orang, sebagaimana diadakan firman-Nya:
فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ. وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ. وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ. فَلَوْلَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ. تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu melihat, sedangkan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Al-Waqi’ah: 83-87)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Maka ketika nyawa sampai di tenggorokan’, hal itu terjadi tatkala sudah dekat waktu dicabutnya. ‘Padahal kamu ketika itu melihat’, dan menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul maut itu. ‘Sedangkan Kami (para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan meninggal tersebut) daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat mereka’ (para malaikat). Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan: Bila kalian tidak menginginkannya, kenapa kalian tidak mengembalikan ruh itu tatkala sudah sampai di tenggorokan dan menempatkannya (kembali) di dalam jasadnya?” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 4/99-100)
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Qaf: 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya kematian ada masa sekaratnya.” (HR. Al-Bukhari)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmah-Nya telah memberitahukan sebagian gambaran sakaratul maut yang akan dirasakan setiap orang, sebagaimana diadakan firman-Nya:
فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ. وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ. وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ. فَلَوْلَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ. تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu melihat, sedangkan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?” (Al-Waqi’ah: 83-87)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Maka ketika nyawa sampai di tenggorokan’, hal itu terjadi tatkala sudah dekat waktu dicabutnya. ‘Padahal kamu ketika itu melihat’, dan menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul maut itu. ‘Sedangkan Kami (para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan meninggal tersebut) daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat mereka’ (para malaikat). Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan: Bila kalian tidak menginginkannya, kenapa kalian tidak mengembalikan ruh itu tatkala sudah sampai di tenggorokan dan menempatkannya (kembali) di dalam jasadnya?” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 4/99-100)
Khusnul Khathimah
Pertama mengucapkan syahadatain
Rasulullah bersabda :"barangsiapa yang pada akhir
kalimatnya mengucapkan "La ilaaha illallah" maka ia dimasukkan
kedalam surga" (HR. Hakim)
kedua, ketika wafat dahinya berkeringat
Ini berdasarkan hadits dari Buraidah Ibnul Khasib adalah
Buraidah dahulu ketika di Khurasan, menengok saudaranya yang tengah sakit,
namun didapatinya ia telah wafat, dan terlihat pada jidatnya berkeringat,
kemudian ia berkata,"Allahu Akbar, sungguh aku telah mendengar Rasulullah
bersabda: Matinya seorang mukmin adalah dengan berkeringat dahinya" (HR.
Ahmad, AN-Nasai, at-Tirmidzi, Ibnu MAjah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan
ath-Thayalusi dari Abdullah bin Mas'ud)
ketiga, wafat pada malam jum'at
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah "Tidaklah seorang
muslim yang wafat pada hari jum'at atau pada malam jum'at kecuali pastilah
Allah menghindarkannya dari siksa kubur" (HR. Ahmad)
keempat, mati syahid dalam medan perang
Mengenai hal ini Allah berfirman:
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur
dijalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup disisi Tuhan-Nya dengan mendapat
rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikanNya
kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal
dibelakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekawatiran terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat
dan karunia yang besar dari Allah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahal orang-orang
yang beriman" (Ali Imraan:169-171) Adapun hadits-hadits Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam yang berkenaan dengan masalah ini sangat banyak
dijumpai diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Rasulullah bersabda:
"Bagi orang yang mati syahid ada 6 keistimewaan yaitu:
diampuni dosanya sejak mulai pertama darahnya mengucur, melihat tempatnya
didalam surga, dilindungi dari adzab kubur, dan terjamin keamanannya dari
malapetaka besar, merasakan kemanisan iman, dikawinkan dengan bidadari, dan
diperkenankan memeberikan syafa'at bagi 70 orang kerabatnya" (HR.
at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad) 2. Seorang sahabat Rasulullah berkata:
"Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata: Wahai
Rasulullah mengapa orang mukmin mengalami fitnah dikuburan mereka kecuali yang
mati syahid? beliau menjawab: Cukuplah ia menghadapi gemerlapnya pedang diatas
kepalanya sebagai fitnah" (HR. an-Nasai)
catatan:
Dapatlah memperoleh mati syahid asalkan permintaannya
benar-benar muncul dari lubuk hati dan penuh dengan keikhlasan, kendatipu ia
tidak mendapatkan kesempatan mati syahid dalam peperangan. Hal ini berdasarkan
sabda Rasulullah: "Barang siapa yang memohon mati syahid kepada Allah
dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menyampaikannya derajat para syuhada sekalipun
ia mati diatas ranjangnya"(HR. Imam Muslim dan al-Baihaqi)
kelima, mati dalam peperangan fisabilillah
Ada dua hadist Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
1. Rasulullah bersabda:"Apa yang kalian katagorikan
sebagai orang yang mati syahid diantara kalian? mereka menjawab :Wahai
Rasulullah yang kami anggap sebagai orang yang mati syahid adalah siapa sja
yang mati terbunuh dijalan Allah. Beliau bersabda:Kalau begitu ummatku yang
mati syahid sangatlah sedikit. Para sahabat kembali bertanya:Kalau begitu siapa
sajakah dari mereka yang mati syahid wahai Rasulullah? beliau menjawab:
Barangsiapa yang terbunuh dijalan Allah, yang mati sedang berjuang dijalan
Allah, dan yang mati karena penyakit kolera, yang mati karena penyakit perut
(yakni disebabkan penyakit yang menyerang perut seperti busung lapar, diare
atau sejenisnya) maka dialah syahid dan orang-orang yang mati tenggelam dialah
syahid "(HR. Muslim, Ahmad, dan al-Baihaqi)
2. Rasulullah bersabda: Siapa saja yang keluar dijalan Allah
lalu mati atau terbunuh maka ia adalah mati syahid. Atau yang dibanting oleh
kuda atau untanya lalu mati atau digigit binatang beracun atau mati diatas
ranjangnya dengan kematian apapun yang dikehendaki Allah, maka ia pun syahid
dan baginya surga" (HR. Abu Daud,al-Hakim, dan al-Baihaqi)
keenam , mati disebabkan penyakit kolera.
Tentang ini banyak hadits Rasulullah meriwayatkannya
diantaranya sebagai berikut: 1. Dari Hafshah binti Sirin bahwa Anas bin MAlik
berkata:"Bagaimana Yahya bin Umrah mati? Aku jawab: "Karena terserang
penyakit kolera" ia berkata:Rasulullah telah bersabda: penyakit kolera
adalah penyebab mati syahid bagi setiap muslim" (HR. Bukhari,
ath-Thayalusi dan Ahmad) 2. Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang penyakit
kolera. Lalu beliau menjawab;"Adalah dahulunya penyakit kolera merupakan
adzab yang Allah timpakan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya kemudia Dia
jadikan sebagai rahmat bagi kaum mukmin. Maka tidaklah seorang hamba yang
dilanda wabah kolera lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui
bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah tetapkan baginya pahala
orang yang mati syahid"(HR. Bukhari, al-Baihaqi dan Ahmad)
kedelapan,mati karena tenggelam.
kesembilan, mati karena tertimpa reruntuhan/tanah
longsor.
Dalil dari 2 point diatas adalah berdasarkan sabda
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam: "Para syuhada itu ada lima; orang
yang mati karena wabah kolera, karena sakit perut, tenggelam, tertimpa
reruntuhan bangunan, dan syahid berperang dijalan Allah"
(HR.Imam Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan Ahmad)
kesepuluh, perempuan yang meninggal karena melahirkan.
Ini berdasarkan hadits yang diberitakan dari Ubadah ibnush
Shamit radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam menjenguk
Abdullah bin Rawahah yang tidak bisa beranjak dari pembaringannya, kemudian
beliau bertanya : "Tahukah kalian siapa syuhada dari ummatku? orang-orang
yang ada menjawab:Muslim yang mati terbunuh" beliau bersabda:Kalau hanya
itu para syuhada dari ummatku hanya sedikit. Muslim yang mati terbunuh adalah
syahid, dan mati karena penyakit kolera adalah syahid, begitu pula perempuan
yang mati karena bersalin adalah syahid (anaknya yang akan menariknya dengan
tali pusarnya kesurga)" (HR. Ahmad, Darimi, dan ath-Thayalusi) menurut
Imam Ahmad ada periwayatan seperti itu melalui jalur sanad lain dalam
Musnad-nya.
kesebelas, mati terbakar.
keduabelas, mati karena penyakit busung perut.
Tentang kedua hal ini banyak sekali riwayat, dan yang paling
masyhur adalah dari Jabir bin Atik secara marfu': "Para syuhada ada 7:
mati terbunuh dijalan Allah, karena penyakit kolera adalah syahid,mati
tenggelam adalah syahid,karena busung lapar adalah syahid, karena penyakit
perut keracunan adalah syahid,karena terbakar adalah syahid, dan yang mati
karena tertimpa reruntuhan(bangunan atau tanah longsor) adalah syahid, serta
wanita yang mati pada saat mengandung adalah syahid"
(HR. Imam Malik, Abu Daud, An-Nasa'i, Ibnu MAjah dan Ahmad)
Ketigabelas, mati karena penyakit Tubercolosis (TBC).
Ini berdasarakan sabda Rasulullah shalallahu alaihi
wassalam:
"Mati dijalan Allah adalah syahid, dan perempuan yang
mati ketika tengah melahirkan adalah syahid, mati karena terbakar adalah
syahid, mati karena tenggelam adalah syahid, mati karena penyakit TBC adalah
syahid, dan mati karena penyakit perut adalah syahid"(HR.Thabrani)
keempatbelas, mati karena mempertahankan harta dari
perampok.
Dalam hal ini banyak sekali haditsnya, diantaranya sebagai
berikut:
1. "Barangsiapa yang mati karena mempertahankan
hartanya (dalam riwayat lain; Barang siapa menuntut hartanya yang dirampas lalu
ia terbunuh) adalah syahid" (HR. Bukhari, Muslim, Abu DAud, an-Nasa'i,
at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
2. Abu Hurairah
berkata, seorang laki-laki datang kepada Nabi seraya berkata: "Ya,
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku bagaimana bila ada seseorang yang datang
dan akan merampas hartaku" beliau menjawab: 'jangan engkau berikan' Ia
bertanya; bagaimana kalau ia membunuhku? beliau menjawab; Engkau mati syahid.
Orang itu bertanya kembali,Bagaimana kalau aku yang membunuhnya? beliau
menjawab; ia masuk neraka"(HR. Imam Muslim, an-Nasa'i dan Ahmad)
3. Mukhariq berkata, seorang laki-laki datang kepada Nabi
dan berkata :
"ada seorang laki-laki hendak merampas hartaku, beliau
bersabda: Ingatkan dia akan Allah. Orang itu bertanya: bila tetap saja tak mau
berdzikir? beliau menjawab: Mintalah tolong orang disekitarmu dalam
mengatasinya.Orang itu bertanya lagi : Bila tidak saya dapati disekitarku
seorangpun? Beliau menjawab:Serahkan dan minta tolonglah kepada penguasa.Ia
bertanya: Bila penguasa itu jauh tempatnya dariku? beliau bersabda: berkelahilah
dalam membela hartamu hingga kau mati dan menjadi syahid atau mencegah hartamu
dirampas"
(HR. An-Nasa'i, dan Ahmad)
kelima belas dan keenam belas, mati dalam membela agama
dan jiwa.
Dalam hal ini ada dua riwayat hadits sebagai berikut:
1.""Barangsiapa mati terbunuh dalam membela
hartanya maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati dalam membela
keluarganya maka ia mati syahid, dan barang siapa yang mati dlam rangka membela
agama(keyakinannya) maka ia mati syahid, dan siapa saja yang mati mempertahankan
darah (jiwanya) maka ia syahid"
(HR. Abu Daud, an-Nasa'i, at-tirmidzi, dan Ahmad)
2. "Barangsiapa mati dalam rangka menuntut haknya maka
ia mati syahid"
(HR. An-Nasa'i)
ketujuhbelas, mati dalam berjaga-jaga (waspada) dijalan
Allah.
Dalam hal ini ada dua hadits dari Rasulullah shalallahu
alaihi wasslam :
1."Berjaga-jaga (waspada) dijalan Allah sehari semalam
adalah lebih baik daripada berpuasa selama sebulan dengan mendirikan (shalat)
pada malam harinya. Apabila ia mati, maka mengalirkan pahala amalannya yang
dahulu dilakukannya dan juga rezekinya serta aman dari siksa kubur(fitnah
kubur)"
(HR. Imam Muslim, an-Nasa'i, Tirmidzi, Hakim dan Ahmad)
2. "setiap orang yang meninggal akan disudahi amalannya
kecuali orang yang mati dalam berjaga-jaga dijalan Alllah, maka amalannya
dikembangkan hingga tiba hari kiamat nanti serta terjaga dari fitnah
kubur"
(HR. ABu Daud, Tirmidzi, Hakim, dan Ahmad)
kedelapan belas, orang yang meninggal pada saat
mengerjakan amal shaleh.
Ini berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
"Barangsiapa mengucapkan 'laa ilaaha illallah' dengan
berharap akan keridhaan Allah, dan diakhir hidupnya mengucapkannya, maka ia
akan masuk surga. Dan, barangsiapa yang berpuasa sehari mengharap keridhaan
Allah kemudian mengakhiri hidupnya dengannya (puasa), maka ia masuk surga. Dan
barangsiapa bersedekah mencari ridha Allah dan menyudahinya dengan (sedekah)
maka ia akan masuk surga"
(HR. Ahmad)
Mati Syahid
1. Bau darahnya seperti aroma misk
“Demi dzat yang jiwaku ditanganNya! Tidaklah seseorang dilukai dijalan Allah-dan Allah lebih tahu siapa yang dilukai dijalanNya-melainkan dia akan datang pada hari kiamat : berwarna merah darah sedangkan baunya bau misk” (HR. Ahmad dan Muslim)
2. Tetesan darahnya merupakan salahsatu tetesan yang paling dicintai Allah.
“Tidak ada sesuatu yang dicintai Allah dari pada dua macam tetesan atau dua macam bekas : tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang tertumpah dijalan Allah; dan adapun bekas itu adalah bekas (berjihad) dijalan Allah dan bekas penunaian kewajiban dari kewajiban-kewajiban Allah” (HR. At Tirmidzi - hadits hasan)
3. Ingin dikembalikan lagi kedunia (untuk syahid lagi)
4. Ditempatkan disurga firdaus yang tertinggi
5. Arwah Syuhada ditempatkan ditembolok burung hijau
6. Orang yang mati syahid itu hidup
7. Syahid itu tidak merasakan sakitnya pembunuhan
“Orang yang mati syahid itu tidak merasakan (kesakitan) pembunuhan kecuali sebagaiman seorang diantara kalian merasakan (sakitnya) cubitan.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i - hadits hasan)
Sakaratul Mautnya para Nabi
Apa yang terjadi pada para nabi ‘alaihimussalam berupa pedih dan rasa sakit menghadapi kematian serta sakaratul maut, memiliki dua faedah:
1. Agar makhluk mengetahui kadar sakitnya maut, meskipun hal itu adalah perkara yang tidak nampak. Terkadang, seseorang melihat ada orang yang meninggal tanpa adanya gerakan dan jeritan. Bahkan dia melihat sangat mudah ruhnya keluar. Alhasil, dia pun menyangka bahwa sakaratul maut itu urusan yang mudah. Padahal dia tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang mati. Maka, tatkala diceritakan tentang para nabi yang menghadapi sakit karena sakaratul maut –padahal mereka adalah orang-orang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala pula yang meringankan sakitnya sakaratul maut pada sebagian hamba-Nya– hal itu akan memupus anggapan bahwa dahsyatnya sakaratul maut yang dirasakan dan dialami oleh mayit itu benar-benar terjadi –selain pada orang syahid yang terbunuh di medan jihad–, karena adanya berita dari para nabi ‘alaihimussalam tentang perkara tersebut1.
2. Kadang-kadang terlintas di dalam benak sebagian orang, para nabi adalah orang-orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana bisa mereka merasakan sakit dan pedihnya perkara ini? Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa untuk meringankan hal ini dari mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَمَّا إِنَّا قَدْ هَوَّنَّا عَلَيْكَ
“Adapun Kami sungguh telah meringankannya atasmu.”
Maka jawabannya adalah:
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ بَلَاءً فِي الدُّنْيَا الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
“Sesungguhnya orang yang paling dahsyat ujiannya di dunia adalah para nabi, kemudian yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka.”2
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menguji mereka untuk menyempurnakan keutamaan-keutamaan serta untuk meninggikan derajat mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal itu bukanlah kekurangan bagi mereka dan bukan pula azab. (At-Tadzkirah, hal. 25-26)
Menyikapi Kematian
Dalam keadaan
mati mendadak, sakarat
al-maut itu hanya terjadi
beberapa saat singkat, yang mengalaminya akan merasa sangat sakit
karena kematian yang dihadapinya ketika itu diibaratkan oleh
Nabi Saw.- seperti "duri yang berada
dalam
kapas, dan
yang dicabut dengan keras." Banyak ulama tafsir menunjuk ayat Wa
nazi'at gharqa (Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa
dengan keras) (QS
An-Nazi'at [79]: 1), sebagai isyarat kematian
mendadak. Sedang lanjutan
ayat
surat tersebut yaitu
Wan nasyithati nasytha (malaikat-malaikat yang mencabut
ruh dengan lemah
lembut) sebagai isyarat kepada
kematian yang dialami
secara
perlahan-lahan.3
Kematian
yang melalui proses lambat itu dan yang
dinyatakan oleh ayat di
atas sebagai "dicabut dengan
lemah lembut," sama keadaannya dengan proses yang dialami
seseorang pada saat kantuk
sampai dengan tidur. Surat Al-Zumar (39): 42
yang dikutip
sebelum ini mendukung
pandangan yang mempersamakan mati
dengan tidur. Dalam hadis pun diajarkan bahwasanya tidur identik dengan
kematian. Bukankah doa yang diajarkan Rasulullah
Saw. untuk dibaca
pada saat bangun
tidur
adalah:
"Segala puji bagi Allah yang menghidupkan
kami (membangunkan dari tidur) setelah mematikan kami (menidurkan). Dan
kepada-Nya jua kebangkitan (kelak)."
Pakar
tafsir Fakhruddin Ar-Razi, mengomentari surat Al-Zumar
(39): 42
sebagai berikut:
"Yang pasti adalah tidur dan mati
merupakan dua hal dari jenis yang sama. Hanya saja kematian adalah putusnya
hubungan secara sempurna, sedang tidur
adalah putusnya hubungan tidak sempurna dilihat dari beberapa segi."
Kalau demikian.
mati itu sendiri
"lezat dan nikmat," bukankah tidur
itu demikian? Tetapi
tentu saja ada faktor-faktor ekstern yang dapat
menjadikan kematian lebih lezat dari tidur atau menjadikannya
amat mengerikan melebihi
ngerinya mimpi-mimpi
buruk yang dialami
manusia. Faktor-faktor
ekstern tersebut muncul dan
diakibatkan ole amal manusia yang diperankannya dalam kehidupan dunia ini
Nabi
Muhammad Saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
menjelaskan bahwa, "Seorang
mukmin, saat menjelang
kematiannya, akan didatangi oleh
malaikat sambil menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya
apa yang bakal
dialaminya
setelah kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih disenanginya kecuali
bertemu dengan Tuhan (mati).
Berbeda halnya dengan orang
kafir yang juga
diperlihatkannya kepadanya
apa yang bakal dihadapinya, dan
ketika itu tidak
ada
sesuatu yang lebih dibencinya
daripada bertemu dengan Tuhan."
Dalam
surat Fushshilat (41): 30 Allah berfirman,
"Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan), 'Janganlah kamu
merasa takut dan jangan pula bersedih, serta bergembiralah dengan surga yang dijanjikan Allah
kepada kamu.'"
Turunnya malaikat
tersebut menurut banyak
pakar tafsir adalah ketika
seseorang yang sikapnya seperti
digambarkan ayat di atas sedang menghadapi
kematian. Ucapan malaikat, "Janganlah kamu
merasa takut" adalah
untuk menenangkan
mereka
menghadapi maut dan sesudah
maut, sedang "jangan bersedih" adalah
untuk menghilangkan kesedihan
mereka menyangkut persoalan dunia yang ditinggalkan seperti
anak, istri, harta, atau hutang.