UKHUWAH DALAM ISLAM
Muqaddimah
Imam
Syahid Hasan Al Banna mengatakan Ukhuwah sebagai berikut:
”Yang
saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan
aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokohnya dan semulia-mulianya ikatan. Ukhuwah
adalah saudaranya keimanan sedangkan perpecahan adalah saudaranya kekufuran.
Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan. Tidak ada persatuan tanpa
cinta kasih. Standar minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan standar
maksimal adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri).”
![]() |
AKHLAQUL KARIMAH |
Akh
yang tulus melihat saudara-saudaranya lain lebih utama dari dirinya sendiri,
karena jika tidak bersama mereka, ia tidak bisa bersama yang lain. Sememtara
mereka jika tidak bersama dengan dirinya bisa bersama yang lain. Sesungguhnya
Srigala hanya akan memakan Domba yang terpisah sendirian. Seorang Mukmin dengan
Mukmin lainnyaibarat sebuah bangunan, yang satu mengokohkan yang lain.
Orang-orang
mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, sebagian mereka menjadi
pelindung bagi lainnya (At-Taubah:71)
Makna Ukhuwah
Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam
kalimat “akha fulanun
shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna
ukhuwah menurut
Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan
hati dan jiwa satu
sama lain dengan ikatan aqidah.
Dalam bahasa arab, ada kalimat "ukhuwah."(Persaudaraan), ada
kalimat "ikhwah"(saudara seketurunan) dan "ikhwan" (saudara bukan
seketurunan). Dalam quran kata "akhu"(saudara) digunakan untuk
menyebut saudara kandung atau seketurunan(Q/4:23), saudara sebangsa
(Q/7:65) saudara semasyarakat walau berselisih faham(Q/38:23) dan
saudara seiman(Q49:10). Quran bukan hanya menyebut persaudaraan
kemanusiaan (ukhuwah insaniyyah) tetapi bahkan menyebut binatang dan
burung sebagai umat seperti manusia (Q/6:38). Sebagai saudara
semakhluk (ukhuwah makhluqiyah) Istilah "ukhuwah islamiyah." bukan
bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam, tetapi persaudaraan
yang didasarkan pada ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat
islami. Oleh karena itu cakupannya "ukhuwah Islamiyyah"bukan hanya
menyangkut sesama orang Islam namun juga menyangkut dengan non
Muslim bahkan makhluk yang lainnya. Misalnya, seorang pemiliki kuda,
tidak boleh membebani kudanya dengan beban yang melampaui batas
kewajaran. Ajaran ini termasuk ajaran ukhuwwah Islamiyyah. bagaimana
seorang muslim bergaul dengan kuda miliknya.
Pengertian Ukhuwah
Kata Ukhuwah berakar
dari kata akha. Misalnya dalam kalimat “akha Fulanun Shalihan”
(Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Selain kata ukhuwah, ada kata
muakhah. Orang disebut akh anda, jika ia adalah orang yang mempunya
hubungan persaudaraan dengan anda, baik saudara kandung, saudara seayah,
saudara seibu, mapun saudara sesusuan.
Akh bisa juga berarti syarik (sekutu), muwasi
(penolong), matsil (penyerupa), shahib mulazim (sahabat setia),
atau akh seseorang bisa berarti pengikut pendapat seseorang. Kata akh
juga dipakai secara umum untuk menyebut setiap orang yang menyertai orang lain,
baik dalam cinta,pekerjaan maupun agamanya.
Al Qur’an
Karena itu, ukhuwah menuntut
seseorang untuk mengasihi saudaranya. Karena itulah Al Qur’an menyebutkan bahwa
seorang nabi adalah akh bagi kaumnya dan bagi semua orang yang mereka dakwahi.
Allah Swt berfirman :
“Dan kami mengutus kepada
kaum ‘Ad saudara mereka Hud. Ia berkata, ‘Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali
tiada Tuhan bagi kalian selain Dia.’” (Al-A’raf:73)
“Dan (Kami telah
mengutus) kepada kaum Tsamud, saudara mereka Shalih. Ia berkata kepada
kaumnya,’Hai kaumku sembahlah Allah, Sekali-kali tidak ada Tuhan bagi kamu
selain Dia.’” (Al-A’raf:73)
Dalam beberapa ayat lain
Allah Swt berfirman :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.” (Ali Imran: 103)
“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali
Imran:104)
As-Sunnah
“Janganlah
kalian saling mendengki, saling najasy (menawarkan barang agar orang
lain membeli dengan harga mahal), saling membenci, saling memusuhi, dan jangan
membeli barang yang sedang di tawar orang lain. Hendaklah kalian menjadi
hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim saudara bagi muslim yang
lain, tidak menzhalimi, tidak membiarkan (saat ia membutuhkan pertolongan) dan
tidak menghinanya. Taqwa ada di sini (sambil menunjuk dadanya 3 kali).” (H.R
Muslim dari Abu Hurairah ra)
“Seseorang
sudah cukup disebut jahat apabila ia menghina saudaranya sesame Muslim. Darah,
harta dan kehormatan setiap Muslim adalah Haram bagi Muslim lainnya.” (H.R
Muslim dalam sahihnya bab: Tahrim Zhulm Al Muslim wa Khadzlih)
Banyak
juga hadist-hadist semisal dengannya. Dari hadist diatas maka dapat kita ambil
pelajaran bahwa yang dimaksud ukhuwah adalah :
a. Ia
cinta karena Allah dan ketulusan hati seorang mukmin terhadap saudaranya sesame
mukmin.
b. Ia
adalah penghormatan seorang mukmin terhadap mukmin lainnya, baik pada saat
berhadapan maupun di tempat yang jauh.
c. Ia
adalah larangan mengabaikan apaun juga yang menjadi hak saudaranya
d. Ia
juga berarti larangan memandangnya dengan pandangan merendahkan
e. Ia
berarti larangan mendengki, menawar dengan harga tinggi untuk menipunya,
membenci, memutuskan hubungan, membeli barang yang tengah di tawar, melamar
lamarannya, menzhaliminya, menghinanya, membiarkannya di kala butuh pertolongan
f. Pengharaman
atas darah, harta dan kehormatannya
g. Ia
berarti tolong menolong salam melaksanakan kewajiban dan ketaqwaan, serta
berdakwah menuju kebaikan
h. Ia
berarti bersatu dan meninggalkan factor-faktor yang memicu terjadinya
perpecahan
i. Ia
berarti memelihara seluruh haknya (yakni dalam darah, harta dan kehormatannya)
j. Ia
berarti melaksanakan kewajiban-kewajiban yang harus diberikan kepadanya tanpa
di minta
Syarat-syarat ukuhuwah itu
antara lain:
1.Ukhuwah harus benar-benar
murni karena Allah Swt.
“Diriwayatkan dari Abu
Hurairah:” dari Rasulullah Saw beliau berkisah,’ sessunguhnya ada seseorang
yang akan berkunjung ke tempat saudaranya yang berada di desa lain, kemudian
Allah mengutus malaikat untuk mengujinya, setelah malaikat itu berjumpa
dengannya, ia bertanya, “apakah kamu merasa berhutang budi sehingga kamu
mengunjunginya?” Ia menjawab,” tidak, saya mengunjunginya dan mencintainya
karena Allah.” Malaikat itu berkata,”Sesungguhnya saya adalah utusan Allah
untuk menjumpaimu, dan Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu
karena Allah.” (H.R Muslim)
2.Ukhuwah harus disertai
dengan iman dan taqwa, hal ini bisa dilakukan dengan memilih sahabat seiman dan
memilih teman yang memiliki kualitas taqwa serta serta keshalihan di samping
juga memiliki akhlak yang baik. Allah berfirman:
“Teman-teman akrab pada
hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
ang bertakwa.” (Q.S Az-Zukhruf (43): 67)
3.Ukhuwah harus konsisten
dengan ajaran Islam yang selalu merujuk pada Al Qur’an dan Sunnah serta jauh
dari khurafat dan bid’ah. Rasulullah mengisyaratkannya dalam sebuah hadist:
“Dua orang lelaki yang
saling menjamin persahabatan karena Allah mereka akan bersama dan berpisah atas
dasar Allah.” (H.R Bukhari dan
Muslim dari As-Sab’ah)
4.Ukhuwah harus didasarkan
pada saling memberi nasehat di jalan Allah. Konon sahbat Rasulullah juga saling
menasehati diantara mereka dan berjanji kepada Nabi untuk saling menasehati.
Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari Jabir dari Abdulllah Ra, ia berkata,”Aku
berjanji kepada Rasulullah untuk melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan
member nasehat kepada semua Muslim.”
5.Ukuwah dibangun atas dasar
saling membantu dan menyokong satu sama lain baik dalam suka maupun duka.
Rasulullah bersabda:” perumpamaan seorang Mukmin dalam masalah mengasihi dan
menyayangi satu sama lain diantara mereka adalah seperti satu tubuh, jika
salahsatu anggota tubuh mengeluhkan rasa sakit maka yang lain akan mengeluh
tidak bisa tidur dan panas.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Makna dan Nilai UkhuwahIMAN adalah dasar ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Islamiah adalah bagian dari Prinsip Iman. Karenanya seringkali kita dapati pesan-pesan Nabi tentang aplikasi nilai ukhuwah disanding dengan kesempurnaan iman seseorang, antara lain dalam beberapa hadits berikut :
( لايؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه )
Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhori dalam kitab shahihnya Bab: al-Iman no: 12 dan Imam Muslim dalam kitab shahihnya Bab: Iman no: 64).
( من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت )
Siapa yang berima\n kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia memuliakan tetamunya. Siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam (HR. Bukhari Muslim).
Nilai Ukhuwah (persaudaraan) juga dapat dilihat dari sebutan Ibadullah (hamba-hamba Allah) sebagai sebutan kehormatan bagi yang bersaudara, dalam sebuah hadits Nabi saw:
( ..... وكونوا عباد الله إخوانا ... )
Dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudarA (HR. Bukhari no: 5605 Muslim no: 4641).
Lebih dari itu, keluhuran dan keagungan makna dan nilai ukhuwah Islam, bahwa ukhuwah bukan sekadar anjuran dan himbauan, tetapi ia merupakan perintah yang mesti ditaati. Justru itu, pelanggaran terhadap nilai-nilai ukhuwah berdampak pada siksa dan murka Allah, firmanNya:
( Hai orang-orang beriman, jangan suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi merka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok), demikian para wanita jangan mereka mengolok-olok kaum wanita yang lain, (karena) boleh jadi mereka lebih baik dari mereka ( yang mengolok-olok), jangan kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya adalah saudaramu), jangan kamu panggil dengan sebutan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zhalim ( QS. al-Hujurat: 11 ).
Rasulullah saw bersabda:
( سباب المسلم فسوق وقتاله كفر )
Menghina orang muslim adalah kefasikan, sedangkan membunuhnya merupakan kekafiran
( HR Bukhari, Bab Adab 5584 dan Muslim, Bab: Iman no: 97 ).
( بحسب امرئ من الشر أن يحقر أخاه المسلم كل المسلم على المسلم حرام دمه وماله وعرضه )
Cukuplah keburukan/dosa seseorang, bahwa ia menghina saudaranya muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya (citra baiknya) (H.R Muslim Bab: al-Birr wash-shilah wal Adab no: 4650).
Seluruh perbuatan manusia dilaporkan (oleh malaikat) dalam sepekan dua kali, yakni hari Senin dan Kamis, lalu diampuni dosa setiap hamba mukmin, kecuali hamba yang mempunyai permusuhan dengan saudaranya, sehingga mereka berdamai ( HR.Muslim, Bab:al-Birr,no: 4654).
Makna Ukhuwah Islamiyah.
Menurut Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah
1. Nikmat Allah (QS. 3: 103)
2. Perumpamaan tali tasbih (QS. 43: 67)
3. Merupakan arahan Rabbani (QS. 8: 63)
4. Merupakan cermin kekuatan iman (QS. 49: 10)
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam. Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan [orang tua-anak], perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai
2. Memohon dido’akan bila berpisah
3. Menunjukkan kegembiraan & senyuman bila berjumpa
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)
5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu
7. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
8. Memperhatikan saudaranya & membantu keperluannya
9. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
Buah Ukhuwah Islamiyah
1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di syurga (15:45-48)
Tahapan Implementasi
Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiah - bahkan juga dalam rangka menjalin hubungan dalam maknanya yang umum - ada beberapa tahapan konseptual yang perlu diperhatikan. Secara garis besar tahapan tersebut dapat dibagi menjadi:
1.Ta'aruf
Ta'aruf dapat diartikan sebagai
saling mengenal. Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah, kita perlu mengenal
orang lain, baik fisiknya, pemikiran, emosi dan kejiwaannya. Dengan mengenali
karakter-karakter tersebut, Dalam Surat Al Hujurat, Allah berfirman:

Ta'aruf ini perlu kita lakukan dari lingkungan yang terdekat dengan kita. Dengan keluarga, dengan lingkungan sekolah atau tempat bekerja, hingga berta'aruf dalam komunitas yang lebih luas, seperti dalam komunitas KMII.
1.Tafahum
Pada tahap tafahum (saling
memahami), kita tidak sekedar mengenal saudara kita, tapi terlebih kita
berusaha untuk memahaminya. Sebagai contoh jika kita telah mengetahui tabiat
seorang rekan yang biasa berbicara dengan nada keras, tentu kita akan
memahaminya dan tidak menjadikan kita lekas tersinggung. Juga apabila kita
mengetahui tabiat rekan lain yang sensitif, tentu kita akan memahaminya dengan
kehati-hatian kita dalam bergaul dengannya. Perlu diperhatikan bahwa tafahum ini merupakan aktivitas dua arah. Jadi jangan sampai kita terus memposisikan diri ingin difahami orang tanpa berusaha untuk juga memahami orang lain.
1.Ta'awun
Ta'awun atau tolong-menolong
merupakan aktivitas yang sebenarnya secara naluriah sering (ingin) kita
lakukan. Manusia normal umumnya telah dianugerahi oleh perasaan 'iba' dan
keinginan untuk menolong sesamanya yang menderita kesulitan - sesuai dengan
kemampuannya. Hanya saja derajat keinginan ini berbeda-beda untuk tiap
individu. Dalam surat Al Maidah, Allah berfirman:

Dalam dalam hadits:
Artinya: "Dan Allah akan selalu siap menolong seorang hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya."
Juga dalam hadits Ibnu Umar di atas ("al muslimu akhul muslimi ..."), seterusnya disebutkan bahwa siapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya itu maka Allah memperhatikan kepentingannya, dan siapa yang melapangkan satu kesulitan terhadap sesama muslim maka Allah akan melapangkan satu dari beberapa kesulitannya nanti pada hari qiyamat, dan barangsiapa yang meneymbukan rahasia seorang muslim maka Allah menyembunyikanrahasianya nanti pada hari qiyamat.
Setidaknya ada 3 kendala yang dihadapi setiap mukmin di dalam merealisasi nilai-nilai ukhuwah islamiyah, yaitu:
(1) Jiwa Yang Tidak Dirawat.
Ukhuwah Islamiyah sangat erat dengan keimanan. Iman merupakan sentuhan hati dan gerakan jiwa; karenanya jiwa dan hati yang tidak diperhatikan atau jarang diperiksa atau tidak dibersihkan akan menjadi lahan subur bagi munculnya virus-virus jiwa yang membahayakan kalangsungan ukhuwah, seperti: takabur, hasud, dendam, cenderung menzholimi, kemunafikan dll.
Virus jiwa memang sulit diditeksi sebagaimana virus-virus penyakit jasmani. Biasanya orang tidak merasa dengan adanya virus tersebut kecuali setelah muncul dampak serangan virus itu, kecuali mereka yang terawat hati dan jiwanya, karena ia memiliki sensitifitas terhadap virus-virus tersebut, sebagaimana firman Allah swt: (Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa maka Allah akan memberimu daya furqon yakni pembeda yang baik dan buruk ).
Betapa banyak orang tidak memahami adanya virus ukhuwah pada dirinya, kecuali setelah ia merasakan bahwa orang-orang di sekitanya membencinya, tidak senang kepadanya.
Oleh karenanya, proses pembersihan hati dan merawat jiwa hendaknya dilakukan secara intens dan kontinyu, agar nilai-nilai ukhuwah dapat terpatri pada diri setiap hamba Allah yang mukmin.
(2) Lidah Yang Tidak Dikendalikan.
Menjaga lidah dengan berkata baik dan jujur serta menjaui kata-kata merusak dan tercela, merupakan salah satu indikasi takwa kepada Allah swt. Firman Allah swt :
{ ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا(
Wahai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar (Q.S. al-Ahzab: 70 ).
Bahkan memelihara lidah merupakan tanda kesempurnaan iman, sabda Nabi saw : (Dan siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya ia berkata baik atau diam ).
Karenaya lidah tidak boleh lepas kontrol, berfikir positif dan cermat sebelum berbicara dan bersikap merupakan sikap orang bijak. Seringkali lidah tanpa kontrol dan berbicara tanpa berfikir menyebabkan perselisihan dan permusuhan di masyarakat. Kata orang “Memang lidah tak bertulang”
Suatu saat shahabat Abu Bakar r.a. lewat di depan 3 orang shahabat “non-Arab” ( Salman, Shuhaib dan Bilal) yang sedang asyik membincangkan kegagahan dan kepahlawanan para pedang Allah menghadapi Abu Sofyan (tokoh Quraisy sebelum masuk Islam) seraya mereka berkata: “Sungguh pedang-pedang Allah tak kan gentar menghadapi Abu Sofyan. Mendengar kata Abu Sofyan, langsung Abu Bakar menanggapi: Apakah kalian membincangkan seorang dari tokoh Quraisy ? Setelah Rasulullah saw mendengar berita tersebut, beliau meminta Abu Bakar untuk kembali menemui 3 shahabat tadi untuk meminta maaf, kata beliau: Barangkali engkau membuat merekmarah ( karena kata-katamu).
Maksud pinta Rasulullah adalah agar setiap umat berhati-hati dalam berkata-kata dan tetap memelihara kebersihan hati dan keluhuran jiwa.
(3) Lingkungan Yang Kurang/Tidak Kondusif.
Kepribadian seseorang seringkali dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Apalagi seseorang yang tidak memiliki kemampuan ta’tsir (mempengaruhi orang lain), sehingga dengan mudah ia dipengaruhi lingkungan dimana ia harus berinteraksi. Oleh sebab iotu Allah memerintahkan Nabi saw untuk senantiasa bersabar bersama orang-orang yang multazim (komitmen) dengan ajaran Allah, senantiasa taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah swt, firmanNya:
( Bersabarlah bersama mereka yang selalu berdoa kepada Allah di pagi dan petang hari, jangan sekali-kai engkau berpaling dari mereka) QS al-Kahfi: 28.
Nabi Muhammad saw pun meninggalkan pesan-pesan berharga buat umatnya dalam sebuah hadits:
( مثل الجليس الصالح والجليس السوء كحامل المسك ونافخ الكيرفحامل المسك إما أن يحذيك وإما أن تبتاع منه ومإما أن تجد منه ريحا طيبة ونافخ الكير إما أن يحرق ثيابك وإما أن تجد ريحا خبيثة )
Perumpamaan orang yang shalih dengan orang yang tidak shalih ibarat pembawa minyak wangi dan peniup bara, Pembawa minyak wangi bisa memberikan minyak itu kepadamu, atau kamu membeli darinya atau (minimal) kamu memperoleh harum wangi itu. Peniup bara api bisa membakar bajumu atau kamu memperoleh bau tak sedap ( HR Muslim, Bab: al-Birr dst, no: 4762).
Suasana dan lingkungan yang tidak baik merupakan salah satu faktor utama keretakan hubungan persaudaraan orang-orang yang beriman. Lingkungan yang terdapat saling hasud, budaya pamer, sikap riya’ dan hedonis, materialistis, prilaku desturkti, senang menyebar fitnah, hobi bergunjing, menyebar gosip dan isu tidak benar. Semua itu adalah penyakit-penyakit lingkungan yang merusak dan mematikan keharmonisan hubungan personal dan komunal pada masyarakat muslim.
al-Quran menyebut bahwa pada hakekatnya seorang mukin itu bersaudara
seperti saudara sekandung, "innamal mu'minuna ikhwah." (Q/49/10).
Hadist nabi bahwa memisalkan hubungan antara mukmin itu bagaikan
hubungan anggota badan dalam satu tubuh dimana jika satu anggota
tubuh sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain juga merasa
sakit. Nabi juga mengingatkan bahwa hendaknya diantara sesama
manusia tidak mengembangkan fikiran negatif (buruk sangka), tidak
mencari-cari kesalahan orang lain, tidak saling mendengki, tidak
saling membenci, tidak saling membelakangi tetapi kembangkanlah
persaudaraan (HR Abu Hurairah).
Meskipun demikian persaudaraan dan solidaritasnya harus berpijak
pada kebenaran, bukan mentang-mentang saudara lalu buta terhadap
masalah. al-Quran mengingatkan kepada orang mukin agar tidak tergoda
untyuk melakukan perbuatan melampaui batas ketika orang lain
melakukan hal yang sama kepada mereka. Sesama mukin diperintahkan
bekerjasama dalam hal kebajikan dan taqwa serta dilarang bekerjasama
dalam membela perbuatan dosa dan permusuhan. "Ta'awanu 'alal birri
wat taqwa wala ta'awanu 'alal istmi wal 'udwan." (Q5:2) Wallah almusta’an
Abi Naufal
(17-2-2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar