KONGLOMERAT
BERSAING DENGAN MUADZIN ?
RIYADH
Jarang rasanya kita mendengar
konglomerat skala dunia bersaing dengan muadzin. Apalagi konglomerat yang
selalu mengutamakan sholat berjama’ah di masjid dan hidup dalam kezuhudan
sebagaimana diteladankan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, rasanya
jarang sekali bukan?
Alhamdulillah, di Ramadhan 1436 Hijriyah ini, Arrahmah menyajikan
profil seorang konglomerat asal Kerajaan Arab Saudi (KSA) bernama Sulaiman
Ar-Rajhi.
Semoga
profil beliau yang dipublikasikan Dar-AlHijrah pada Jum’at (2/7/2015)
ini dapat dijadikan sebagai model oleh Anda yang bercita-cita menjadi pengusaha
Muslim yang profesional dunia dan akhirat. Bismillah.
Mengenai
Sulaiman Ar-Rajhi, majalah Forbes menyebutkan bahwa, kakayaannya mencapai 5,9
milyar dollar AS.
Sebagai
orang terkaya no.120 di dunia, beliau tetap tampil dengan sederhana, berpakaian
jubah putih bersih yang jauh dari kesan glamor dan berlebihan.
Beliau
memulai usaha dari NOL. Kehidupan masa kecilnya sangat susah hingga ia pernah
bekerja menjadi kuli panggul dan menjual kayu bakar di masa kanak-kanaknya.
Tetapi
dengan ketekunan, hemat dan kerja keras serta tawakkalnya kepada Allah subhanahu
wata’ala, akhirnya beliau dan saudaranya memiliki “Kerajaan Bisnis Raksasa”
di KSA.
Salah
satunya adalah Bank Ar-Rajhi; Bank syariah terbesar di Dunia yang ATM-nya
tersebar menjamur dan cabangnya terdapat nyaris di semua distrik KSA.
Beliau
dikabarkan sangat-sangat dermawan. Yayasan Amal “raksasa” yang ia miliki bahkan
menyalurkan donasinya ke berbagai negara –sebelum dilarang pasca 11 September
2002– sulit menghitung waqaf beliau dan jumlah masjid yang telah dibangunnya.
Donasinya
untuk berbagai amal dakwah dan penyebaran ilmu pun sudah tak hingga.
Kunci
kesuksesan beliau teryata dengan, “Tidak meletakkan kekayaan di hatinya”.
Bahkan
di masa tuanya, kini beliau telah membagi sekitar 6,7 trilyun hartanya kepada
ahli waris dan kerabatnya, serta fakir miskin.
Hingga
ia diibaratkan hanya memilih “pakaian yang melekat di badan”, sementara asset
bisnisnya dikelola para professional yang hasilnya untuk amal sosial dakwah
Islam saja.
Sulaiman
Ar-Rajhi menyadari bahwa dirinya, “Lahir tanpa membawa apa-apa dan siap tidak
tergantung pada harta sebelum meninggal.”
Dari
tetangga dan orang yang tinggal di lingkungannya disampaikan bahwa,
“Konglomerat kelas kakap ini selalu termasuk orang-orang yang datang paling
awal ke masjid untuk sholat 5 waktu berjamaah, sehingga jika muadzin masjid
telat sedikit maka sang konglomerat lah yang adzan. Bandingkan dengan
konglomerat lainnya!!”
Masjid
Aisyah Ar-Rajhi
Di
antara masjid yang dibangunnya adalah Masjid Ar-Rajhi di distrik Rabwah, masjid
ini terbesar ketiga setelah Masjidil Haram Mekah dan Madinah. Masjid itu dapat
menampung 18 ribu jamaah sholat.
Di
dalamnya terdapat berbagai sarana pelayanan masyarakat seperti pusat pemandian
dan pengurusan jenazah terbesar di Riyadh, auditorium untuk seminar dan ceramah
agama, perpustakaan berisi 40 ribu jenis buku (bukan judul ya…, red.).
Di
sana juga ada tempat tinggal bagi para penuntut ilmu yang datang dari luar kota
untuk mengikuti berbagai kajian Islam, menyediakan air zamzam sebagai minuman
jamaah dengan kuota 400 galon perminggu, dsb.
Selain
itu, saat sholat Jum’at di lantai dasar, di lokasi yang dikhususkan untuk
sholat Jum’at orang asing, khutbah langsung diterjemahkan ke berbagai bahasa;
termasuk bahasa isyarat untuk jamaah yang tuna rungu dan tentu saja… bahasa
Indonesia.
Menurut
informasi dalam Wikipedia, beliau saat ini hanya meminta jatah untuk makan
sehari-hari saja dari usahanya, sampai beliau wafat. Setelah meninggal, maka
jatah itu dihapus dan semua hartanya itu menjadi waqaf. Maasyaa Allah.
Semoga
Allah ta’ala merahmati beliau, menerima amalnya, mengampuni kesalahan
dan dosanya dan kita semua. AMIIN...
Sumber:http://www.arrahmah.com
Jakarta 5/8/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar