MEMAHAMI TAUIHID
DALAM ISLAM ?
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu...” [al-Mâidah/5:3]
“Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَـى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَـى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allâh tidak memandang kepada rupa kalian, tidak juga kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.[HR Muslim]
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَـى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلٰكِنْ يَنْظُرُ إِلَـى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allâh tidak memandang kepada rupa kalian, tidak juga kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.[HR Muslim]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْـجَنَّةَ
Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allâh, maka ia masuk Surga. [HR Muslim]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُـحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ
Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Allâh dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allâh, dengan jujur dari hatinya, melainkan Allâh mengharamkannya masuk Neraka[HR Bukhari-Muslim]
Muqaddimah
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ ﴿١﴾ لَآ
أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَآ
أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ
دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ ﴿٦
Katakanlah: "Hai orang-orang
kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah
Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kaafiruun : 1-6)
"Tak dipungkiri, kemerdekaan bangsa
Indonesia tak lepas dari peran serta para alim ulama, tokoh Islam, santri, dan
kaum muslimin pada umumnya yang berhasil mengusir penjajah Belanda," kata
juru bicara PTI, Hany Kristianto, di Jakarta, Sabtu (15/8).
Menurut
Hanny, selama 350 tahun Indonesia dijajah, di situlah umat Islam menjadi garda
terdepan dalam perjuangan bangsa Indonesia. Sultan Hasanuddin (Sulawesi
Selatan), Pangeran Diponegoro (Jawa), Pangeran Antasari (Kalimantan Selatan),
Tuanku Imam Bonjol (Sumatera Barat), Pattimura (Maluku), Tjut Nyak Dien (Aceh),
KH Hasyim Asy'ari (NU), hingga KH Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), adalah sederet
nama pejuang Islam yang turut mengantarkan negara ini meraih kemerdekaan.
Bahkan pada
10 November 1945 mengingatkan kita akan pekikan takbir Bung Tomo ketika melawan
agresi Belanda demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kegigihan arek-arek
Suroboyo dalam melawan Belanda itu tak lepas dari resolusi jihad yang
dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama (NU).
"Namun,
segala karunia ini bisa terjadi semata-semata karena izin Allah SWT. Hanya
karena kehendak Allah-lah segala nikmat kemerdekaan tersebut bisa kita rasakan.
Hal ini sebagaimana tertulis dalam alinea tiga Pembukaan UUD 1945, 'Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa .'," ujar Hany.
Dengan
mengambil tema "Bertauhid dalam Islam Rahmatan Lil 'Alamin", ujar
Hanny, pihaknya berharap tumbuhnya kembali kesadaran tauhid setiap muslim dalam
menjalani kehidupan individu, keluarga, bermasyarakat, dan bernegara.
Sejumlah
tokoh nasional telah memberi dukungan untuk menyukseskan acara ini. Mereka
antara lain KH Abdullah Gymnastiar (Pimpinan Daarut Tauhiid), Din Syamsuddin
(Ketum MUI), Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Az-Zikra), KH Abdul Rasyid Abdullah
Syafi'i (Pimpinan Perguruan Asy-Syafi'iyah), Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan, KH Cholil Ridwan (Ketua MUI), Habib Rizieq Shihab (Imam Besar FPI),
Bachtiar Natsir (Sekjen MIUMI) dan masih banyak lagi.
Tauhid dalam Islam ?
Tidak ada
keraguan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang tinggi bahkan yang paling
tinggi di dalam agama. Tauhid merupakan hak Allah yang paling besar atas
hamba-hamba-Nya, sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam berkata kepadanya: “Hai Mu’adz, tahukah kamu hak Allah atas
hamba-Nya dan hak hamba atas Allah? Ia menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang
lebih mengetahui”. Beliau mengatakan: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” ( HR. Bukhari dan Muslim)
1. Tauhid
merupakan dasar dibangunnya segala amalan yang ada di dalam agama ini.
Rasulullah bersabda:
“Islam
dibangun di atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar
kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji dan puasa pada bulan Ramadhan.” (Shahih, HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah
Ibnu Umar)
2. Tauhid
merupakan perintah pertama kali yang kita temukan di dalam Al Qur’an sebagaimana
lawannya (yaitu syirik) yang merupakan larangan paling besar dan pertama kali
kita temukan di dalam Al Qur’an, sebagaimana firman Allah:
“Hai
sekalian manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Yang
telah menjadikan bumi terhampar dan langit sebagai bangunan dan menurunkan air
dari langit, lalu Allah mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rizki bagi
kalian. Maka janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah”. (Al-Baqarah: 21-22)
3. Tauhid
merupakan poros dakwah seluruh para Rasul, sejak Rasul yang pertama hingga
penutup para Rasul yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassallam. Allah
berfirman:
“Dan sungguh
Kami telah mengutus pada setiap umat seorang Rasul (yang menyeru) agar kalian
menyembah Allah dan menjauhi thagut.” (An-Nahl: 36)
4. Tauhid
merupakan perintah Allah yang paling besar dari semua perintah. Sementara
lawannya, yaitu syirik, merupakan larangan paling besar dari semua larangan.
Allah
berfirman:
“Dan Rabbmu
telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah kecuali kepada-Nya dan berbuat
baiklah kepada kedua orang tua.” (Al-Isra:
23)
5. Tauhid
merupakan syarat masuknya seseorang ke dalam surga dan terlindungi dari neraka
Allah, sebagaimana syirik merupakan sebab utama yang akan menjerumuskan
seseorang ke dalam neraka dan diharamkan dari surga Allah. Allah berfirman:
“Sesungguhnya
barangsiapa yang menyekutukan Allah maka Allah akan mengharamkan baginya surga
dan tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada bagi orang-orang dzalim
seorang penolongpun.” (Al-Maidah:
72)
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
“Barang
siapa yang mati dan dia mengetahui bahwasanya tidak ada ilah yang benar kecuali
Allah, dia akan masuk ke dalam surga.” (Shahih, HR Muslim No.26 dari Utsman bin Affan)
6. Tauhid
merupakan syarat diterimanya amal seseorang dan akan bernilai di hadapan Allah.
Allah berfirman:
“Dan
tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar mereka menyembah Allah dan mengikhlaskan
bagi-Nya agama. ”
(Al-Bayinah: 5)
Parade Tauhid 2015 ?
Ketua
Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin memberikan dukungan
penuh terhadap penyelenggaraan Parade Tauhid Indonesia yang akan digelar pada
Ahad, 16 Agustus 2015.
Karena
itu, dia mengajak kepada seluruh elemen ummat Islam khususnya di Jakarta dan
sekitarnya agar meluangkan waktu untuk menyukseskan Parade Tauhid yang akan
digelar di Senayan hingga ke Bunderan HI, Jakarta. Menurut dia, tauhid adalah
ajaran Islam yang sangat inti dalam peradaban Islam. Tauhid adalah penyatuan
bagi seluruh elemen Islam dan bangsa Indonesia.
Tauhid
juga adalah pembebasan, maka marilah kita membebaskan diri dan bangsa dari
semua hal yang menyimpang dari ajaran tauhid," katanya di Jakarta
"Tauhid
juga adalah pembebasan, maka marilah kita membebaskan diri dan bangsa dari
semua hal yang menyimpang dari ajaran tauhid," katanya di Jakarta, Jumat
(14/8).
Hal
yang sama disampaikan juga pimpinan AQL Islamic Center Ustadz Bachtiar Nasir
bahwa dengan meninggikan kalimat tauhid, maka seluruh elemen ummat Islam pasti
akan bersatu. Menurut dia, ummat Islam saat ini memasuki sebuah fase di mana
mereka sangat sulit bersatu. Terlebih lagi di kalangan para tokoh Islam. Namun,
kata dia, putus asa dalam upaya menyatukan ummat sangat berbahaya.
"Yang
lebih berbahaya lagi jika kita putus asa mempersatukan tokoh-tokoh Islam,"
katanya. Atas dasar itu, dia menegaskan bahwa kegiatan Parade Tauhid Indonesia
di Jakarta adalah upaya untuk menyatukan semua elemen ummat di negeri ini.
Karena itu, dia mengajak ummat Islam di Jakarta dan sekitarnya agar ikut dalam
barisan Parade Tauhid sebagai syiar persatuan ummat serta dalam rangka
mensyukuri kemerdekaan RI yang ke-70. [syahid/voa-islam.com]
Meski
demikian, Slamet menilai kegiatan itu
tidak perlu dipermasalahkan sepanjang niatnya untuk memperingati Hari Ulang
Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-70.
Hanya, ia mengimbau agar dalam kegiatan-kegiatan seperti itu, baik tindakan maupun omongan, tidak sampai bertentangan dengan eksistensi NKRI.
Parade Tauhid itu, lanjut dia, harus menonjolkan Merah Putih, berisikan semangat cinta Tanah Air, semangat mencintai dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif.
"Jangan sampai acara yang tujuannya untuk peringatan HUT ke-70 RI, tapi bendera-bendera yang mereka usung bukan Merah Putih," kata dia.
Hanya, ia mengimbau agar dalam kegiatan-kegiatan seperti itu, baik tindakan maupun omongan, tidak sampai bertentangan dengan eksistensi NKRI.
Parade Tauhid itu, lanjut dia, harus menonjolkan Merah Putih, berisikan semangat cinta Tanah Air, semangat mencintai dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif.
"Jangan sampai acara yang tujuannya untuk peringatan HUT ke-70 RI, tapi bendera-bendera yang mereka usung bukan Merah Putih," kata dia.
Menurut dia, proklamasi adalah hasil puncak dari upaya umat Islam dalam mendirikan negara di kawasan nusantara ini. Dengan demikian, umat Islam wajib merawat, menjaga, melindungi, dan memajukan NKRI. Sehingga rakyat Indonesia yang sebagian besar umat Islam bisa hidup makmur dan sejahtera.
"NKRI itu mutlak. Jadi jangan berpikir untuk membuat konsep negara lain, katakanlah negara agama, negara komunis, atau negara sosialis. Negara kita ini adalah negara Pancasila," tutur Slamet.
Acara yang kabarnya digelar dalam rangka menyukuri nikmat kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa ini pada 17 Agustus 1945 silam itu diisi orasi dari berbagai orang yang dianggap sebagai tokoh. Diantaranya Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab.
Dalam orasinya, ia mengajak umat Islam untuk bersatu dan merapatkan barisan menghadapi berbagai ancaman yang kini menghadang. "Kristen radikal sudah berani kurang ajar, PKI sudah berani kurang ajar, lalu aliran sesat juga sudah berani menyerang Aswaja, maka Aswaja harus bersatu untuk menghabisi aliran sesat," kata Habib Rizieq, sebagaiman dilansir situs Suara Islam.
Ikhtitam
Setiap
Muslim wajib mengembalikan apa yang mereka perselisihkan kepada al-Qur'ân dan
as-Sunnah. Allah Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allâh dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [an-Nisâ’/4:59]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allâh dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [an-Nisâ’/4:59]
Sumber:1.http://www.muslimedianews.com
2.http://www.muslimedianews.com 3.http://salafy.or.id
4.http://print.kompas.com
Jakarta 20/8/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar