ISLAM NUSANTARA ?
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
[البقرة/208]
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]
[البقرة/208]
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]
يَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة/3]
“ Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian ” [Al-Ma'idah : 3]
“ Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian ” [Al-Ma'idah : 3]
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ
فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ
النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak
memasukkan manusia ke dalam surga, maka beliau pun menjawab, “Takwa kepada
Allah dan akhlak yang mulia.” Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang
paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, maka beliau menjawab, “Mulut
dan kemaluan.” (HR. At-Tirmizi no. 2004)
Muqaddimah
REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Nahdlatul
Ulama (NU) mengambil tema 'Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia
dan Dunia' dalam Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur. Ketua Umum PBNU KH Said
Aqil Siradj mengatakan, Islam Nusantara adalah wujud Islam yang santun, ramah,
beradab, dan berbudaya.
"Jadi ini bukan mahdzab atau aliran tertentu, tapi khosois atau tipologi. Ciri khas islam nusantara adalah islam yang melebur dengan budaya," kata dia di Muktamar, Jombang.
Said mengatakan, Islam Nusantara adalah Islam yang tidak memusuhi ataupun memberangus budaya yang ada. Justru budaya setempat diakomodir dan dilestarikan selama tidak bertentangan dengan aturan atau syariat Islam.
Dia menambahkan, NU juga akan selalu menjaga tegaknya konstitusi dan semangat kebangsaan. Hal itu, kata Said, telah konsisten dilakukan NU sejak organisasi terbesar di Indonesia ini didirikan. Islam dan nasionalisme tidak perlu dipertentangkan. "Karena keduanya ada semangat kebangsaan," ujarnya
"Jadi ini bukan mahdzab atau aliran tertentu, tapi khosois atau tipologi. Ciri khas islam nusantara adalah islam yang melebur dengan budaya," kata dia di Muktamar, Jombang.
Said mengatakan, Islam Nusantara adalah Islam yang tidak memusuhi ataupun memberangus budaya yang ada. Justru budaya setempat diakomodir dan dilestarikan selama tidak bertentangan dengan aturan atau syariat Islam.
Dia menambahkan, NU juga akan selalu menjaga tegaknya konstitusi dan semangat kebangsaan. Hal itu, kata Said, telah konsisten dilakukan NU sejak organisasi terbesar di Indonesia ini didirikan. Islam dan nasionalisme tidak perlu dipertentangkan. "Karena keduanya ada semangat kebangsaan," ujarnya
Menurutnya, kadang suatu perdebatan
terjadi tidak karena perbedaan pandangan semata, tetapi lebih karena apa yang
dipandang itu berbeda. KH Afiffuddin memberikan jawaban bagi mereka yang
menolak “Islam Nusantara”.
Seperti jamak diketahui, kata KH Afifuddin, Al-Quran sebagai sumber utama Agama Islam memuat tiga ajaran. Pertama, ajaran akidah, yaitu sejumlah ajaran yang berkaitan dengan apa yang wajib diyakini oleh mukallaf menyangkut eksistensi Allah, malaikat, para utusan, kitab-kitab Allah, dan hari pembalasan.
Kedua, ajaran akhlak/tasawuf, yaitu ajaran yang berintikan takhalli dan tahalli, yakni membersihkan jiwa dan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat terpuji. Ketiga, ajaran syariat, yaitu aturan-aturan praktis (al-ahkam al-‘amaliyah) yang mengatur perilaku dan tingkah laku mukallaf, mulai dari peribadatan, pernikahan, transaksi, dan seterusnya.
Seperti jamak diketahui, kata KH Afifuddin, Al-Quran sebagai sumber utama Agama Islam memuat tiga ajaran. Pertama, ajaran akidah, yaitu sejumlah ajaran yang berkaitan dengan apa yang wajib diyakini oleh mukallaf menyangkut eksistensi Allah, malaikat, para utusan, kitab-kitab Allah, dan hari pembalasan.
Kedua, ajaran akhlak/tasawuf, yaitu ajaran yang berintikan takhalli dan tahalli, yakni membersihkan jiwa dan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat terpuji. Ketiga, ajaran syariat, yaitu aturan-aturan praktis (al-ahkam al-‘amaliyah) yang mengatur perilaku dan tingkah laku mukallaf, mulai dari peribadatan, pernikahan, transaksi, dan seterusnya.
Gagasan
Islam Nusantara atau Islam damai ala Indonesia, seperti yang diprmosikan NU,
menurut Martin, harus terus diperkenalkan kepada dunia. Saluran internet,
menurut dia, bias dimanfaatkan umat Islam Indonesia, khususnya NU, untuk
menyampaikan gagasannya melalui bahasa internasional.
Selain itu, menurut dia, keberadaan mahasiswa Islam Indonesia di luar negeri pun bisa membantu mempromosikan gagasan Islam damai ala Indonesia. “Di luar negeri, NU banyak diwakili mahasiswa. Mereka bisa menjadi duta budaya dan tradisi NU. Tidak harus menjadi misionaris agar mereka menerima cara NU.Tapi setidaknya memperkenalkan,” ujar Martin.
Selain itu, menurut dia, keberadaan mahasiswa Islam Indonesia di luar negeri pun bisa membantu mempromosikan gagasan Islam damai ala Indonesia. “Di luar negeri, NU banyak diwakili mahasiswa. Mereka bisa menjadi duta budaya dan tradisi NU. Tidak harus menjadi misionaris agar mereka menerima cara NU.Tapi setidaknya memperkenalkan,” ujar Martin.
Karakteristik Muslim ?
Adapun
karakteristik seorang muslim sebagai dampak dari Islam yang dipelajari,
difahami dan diamalkannya dengan benar dan konsisten tersebut antara lain
adalah:
1. Islam
adalah agama yang membersihkan penganutnya dari syirik dan Islam paling sesuai
dengan fitrah kemanusiaan; maka seorang muslim yang benar seharusnya menjadi
seorang yang ikhlas dan lurus fitrahnya (QS 39/2;11;14, 7/172, 30/30).
2. Islam
adalah agama yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan aturan; maka seorang
muslim seharusnya menjadi seorang yang bermutu dan teratur (QS 43/4, 36/1-2).
3. Islam
adalah agama moralitas dan hukum; maka seorang muslim akan menjadi orang yang
bermoral dan bijaksana (QS 4/36;105).
4. Islam
adalah agama kebersihan dan kesucian; maka seorang muslim seharusnya menjadi
orang yang bersih fisiknya serta suci jiwanya (QS 9/108).
5. Islam
adalah agama ilmu dan amal; maka seorang muslim seharusnya menjadi seorang alim
yang aktif beramal (QS 47/19, 2/44).
6. Islam
adalah agama Ilmu dan pemikiran; maka seorang muslim haruslah menjadi seorang
alim yang pemikir (QS 9/122).
7. Islam
adalah agama aktifitas dan pahala; maka seorang muslim haruslah menjadi seorang
aktifis yang senantiasa optimis akan ganjaran Allah SWT atas setiap
pekerjaannya.
8. Islam
adalah agama kekuatan dan tanggungjawab; maka seorang muslim seharusnya menjadi
orang yang kuat dan dapat dipercaya (QS 28/26).
9. Islam
adalah agama kemuliaan dan kasih-sayang; maka seorang muslim harus menjadi
seorang yang mulia tapi penyayang (QS 9/128, 49/10).
10. Islam
adalah agama negara dan ibadah; maka seorang muslim akan menjadi seorang
politisi yang ahli ibadah (QS 73/20).
11. Islam
merupakan agama senjata dan al-Qur’an; maka seorang muslim akan menjadi seorang
mujahid yang rabbani / ahli ibadah (QS 9/111, 3/79).
12. Islam
adalah agama harakah dan peraturan; maka seorang muslim akan menjadi seorang
aktifis yang teratur/tidak serabutan dan sembrono (QS 9/38-39, 16/125)
Menolak Konsep Islam Nusantara ?
Diantaranya
adalah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Riziq Sihab. Dengan tegas
beliau menyatakan bahwa JIN (Jemaat Islam Nusantara) merupakan paham yang sesat
dan menyesatkan, serta bukan dari ajaran Islam, sehingga wajib ditolak dan
dilawan serta diluruskan.di lansir dari tulisan beliau di suara islam.com.
Maka untuk lebih jelasnya, kami nukilkan 8 Alasan Habib Riziq sihab menolak konsep Islam Nusantara yang di posting oleh Suara Islam dengan judul “Jemaat Islam Nusantara (JIN) Paham Sesat Menyesatkan” :
Maka untuk lebih jelasnya, kami nukilkan 8 Alasan Habib Riziq sihab menolak konsep Islam Nusantara yang di posting oleh Suara Islam dengan judul “Jemaat Islam Nusantara (JIN) Paham Sesat Menyesatkan” :
1.
Islam Pendatang
Bagi JIN
bahwa Islam di Indonesia adalah “pendatang” dari Arab yang “numpang”, bukan
agama “asli” bangsa Indonesia.
Tanggapan :
Islam adalah agama asli yang turun dari langit untuk seluruh penduduk bumi,
karena Islam datang dari Allah Swt sang pemilik alam semesta, sehingga Islam di
mana saja di atas bumi Allah Swt akan selalu menjadi agama “asli” yang
“pribumi”, dan tidak akan pernah jadi “pendatang”.
Jadi, Islam
bukan dari Arab, tapi dari langit yang diturunkan pertama kali di tengah orang
Arab, kemudian disebarkan ke seluruh dunia.
2. Pribumisasi Islam
Islam
sebagai pendatang dari Arab harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku
pribumi, sehingga Islam harus siap “dipribumisasikan” agar tunduk kepada budaya
setempat.
Karenanya,
tidak boleh lagi ada istilah “Islamisasi Indonesia”, tapi yang mesti
dilaksanakan adalah “Indonesia-isasi Islam”. Jadi, jangan pernah katakan
“Indonesia negara Islam”, tapi katakanlah “Islam ada di Indonesia”.
Tanggapan :
jika pola pikir ini benar, maka Islam di China mesti di-China-isasi, dan Islam
di India mesti
di-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti di-Amerika-isasi, dan seterusnya, sehingga Islam di dunia jadi bermacam-macam dan berjenis-jenis sesuai negerinya.
di-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti di-Amerika-isasi, dan seterusnya, sehingga Islam di dunia jadi bermacam-macam dan berjenis-jenis sesuai negerinya.
Jika mundur
lagi ke belakang, mestinya saat Islam ada di tengah masyarakat jahiliyyah, maka
Islam harus di-jahiliyyah-isasi.
Jelas, pola
pikir di atas ngawur dan tidak ilmiah, bahkan sesat menyesatkan.
3. Tolak Arabisasi
Islam yang
ada di Indonesia selama ini adalah “Islam Arab”, sehingga budaya Nusantara
terancam dan tergerus oleh Arabisasi.
Karenanya,
di Indonesia semua budaya Arab yang menyusup dalam Islam harus diganti dengan
budaya Nusantara, sehingga ke depan terwujud “Islam Nusantara” yang khas bagi
bangsa Indonesia.
Intinya, JIN
menolak semua budaya Islam yang beraroma Arab, karena dalam pandangan mereka
semua itu adalah “Arabisasi Islam”, sehingga perlu ada gerakan “Indonesia-isasi
Islam” di Nusantara.
Tanggapan :
Rasulullah Saw diutus di tengah bangsa Arab untuk meng-Islam-kan Arab, bukan
meng-Arab-kan Islam. Bahkan untuk meng-Islam-kan seluruh bangsa-bangsa di
dunia, bukan untuk meng-Arab-kan mereka.
Jadi, tidak
ada Arabisasi dalam Islam, yang ada adalah Islamisasi segenap umat manusia.
4. Ambil Islam Buang Arab
Islam
sebagai pendatang dari Arab tidak boleh mengatur apalagi menjajah Indonesia,
tapi Islam harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku pribumi.
Karenanya,
bangsa Indonesia boleh ambil budaya Islam, tapi wajib tolak budaya Arab, agar
supaya budaya Nusantara tidak terjajah dan tidak pula tergerus oleh budaya
Arab.
Tanggapan :
ini adalah propaganda busuk JIN yang ingin menolak budaya Islam dengan “dalih”
budaya Arab. Pada akhirnya nanti, semua ajaran Islam yang ditolak dan tidak
disukai JIN, akan dikatakan sebagai “budaya Arab”.
Dan
propaganda ini sangat berbahaya, karena menumbuh-suburkan sikap rasis dan
fasis, serta melahirkan sikap anti Arab, yang pada akhirnya mengkristal jadi
anti Islam.
5. Ambil Islam Buang jilbab
Menurut JIN
bahwa jilbab adalah budaya Arab karena merupakan pakaian wanita Arab, sehingga
harus diganti dengan pakaian adat Nusantara.
Tanggapan :
JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, masyarakat Arab tidak kenal
jilbab, dan wanita Arab tidak berjilbab. Bahkan wanita Arab saat itu terkenal
dengan pakaian yang umbar aurat dan pamer kecantikan, serta tradisi tari perut
yang buka puser dan paha.
Lalu datang
Islam mewajibkan wanita muslimah untuk berjilbab menutup aurat, sehingga wanita
muslimah jadi berbeda dengan wanita musyrikah. Dengan demikian, jilbab adalah
busana Islam bukan busana Arab, dan jilbab adalah kewajiban agama bukan tradisi
dan budaya.
6. Ambil Islam Buang Salam
Ucapan
“Assalaamu ‘alaikum” adalah budaya Arab, sehingga harus diganti dengan “salam
sejahtera” agar bernuansa Nusantara dan lebih menunjukkan jatidiri bangsa
Indonesia.
Tanggapan :
lagi-lagi JIN buta sejarah, karena di zaman jahiliyyah, salam masyarakat Arab
adalah “wa shobaahaah”, bukan “Assalaamu ‘alaikum”.
Lalu datang
Islam yang mengajarkan umatnya salam syar’i antar kaum muslimin, yaitu
“Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh”. Jadi, “Assalaamu ‘alaikum”
adalah “tahiyyatul Islam” bukan “tahiyyatul ‘Arab.”
7. Ambil tilawah Quran buang langgam Arabnya
Termasuk
baca Alquran tidak perlu lagi dengan langgam Arab, tapi sudah saatnya diganti
dengan langgam Nusantara seperti langgam Jawa dan Sunda atau lainnya, agar
supaya lebih Indonesia.
Tanggapan :
membaca Alquran dengan langgam Arab bukan kemauan orang Arab, akan tetapi
perintah Allah Swt dan Rasulullah Saw.
Dan karena
Alquran diturunkan dalam bahasa Arab, tentu membacanya harus dengan langgam
Arab, agar sesuai dengan intonasi makna dan arti. Dan itu pun tidak tiap
langgam Arab boleh untuk tilawah Alquran.
Langgam
gambus dan langgam qashidah berasal dari Arab, tapi tidak boleh digunakan untuk
tilawah Alquran, karena keduanya adalah langgam seni dan budaya serta musik dan
hiburan.
Apalagi
langgam tari perut yang merupakan langgam seni dan budaya Arab untuk
pertunjukan maksiat, lebih tidak boleh digunakan untuk tilawah Alquran.
Karenanya,
membaca Alquran dengan langgam selain Arab tidak diperkenankan, karena memang
tidak sesuai dengan pakem bahasa Arab, sehingga tidak akan sesuai dengan
intonasi makna dan arti.
Apalagi
dengan langgam seni dan budaya selain Arab yang digunakan untuk hiburan dan
pertunjukan, seperti langgam dalang pewayangan, langgam sinden jaipongan,
langgam gambang kromong, dan sebagainya, tentu lebih tidak boleh lagi.
Allah Swt
telah menganugerahkan bangsa Indonesia kefasihan dalam lisan Arab, sehingga
dari Sabang sampai Merauke, orang dewasa maupun anak-anak, sangat fasih dalam
mengucapkan lafzhul jalalah “Allah” dan aneka dzikir seperti “Subhanallah wal
hamdulillaah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar.” dan mereka pun sangat
fasih juga dalam membaca Alquran.
Bahkan
bangsa Indonesia sangat ahli dalam ilmu tajwid dan amat piawai dalam tilawatil
Alquran dengan langgam Arab, sehingga di hampir setiap Musabaqah Tilawatil
Qur’an internasional, para qori Indonesia banyak sukses dan berhasil keluar
jadi juara dunia tilawah.
Karenanya,
pembacaan Alquran dengan langgam dalang pewayangan adalah “kemunduran”, di mana
bangsa Indonesia yang sudah sangat maju dalam tilawatil Qur’an, hingga
mengungguli bangsa Arab sekali pun, lalu dibawa mundur jauh ke alam mitos
pewayangan di zaman semar dan petruk.
8. Ambil Alquran buang bahasa Arabnya
Baca Alquran
tidak mesti dengan bahasa Arab, tapi cukup dengan terjemah Indonesianya saja,
agar umat Islam Indonesia bisa langsung menyimak dan memahami makna dan arti
ayat-ayat yang dibaca.
Tanggapan :
inilah tujuan sebenarnya dari propaganda JIN yaitu menjauhkan Alquran dari umat
Islam, karena mereka paham betul bahwa ruh dan jiwa Islam adalah Alquran.
Bagi JIN,
siapa ingin hancurkan dan lenyapkan Islam, hancurkan dan lenyapkanlah
Alqurannya. Jadi jelas sudah, bahwa yang diserang JIN sebenarnya bukan Arab,
tapi Islam.
Sumber:1.http://muslimkaffah.blogspot.com
2.http://www.republika.co.id
3.http://www.eramuslim.com
Jakarta 4/8/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar