KUNCI MASUK
SURGA ?
كل أمتي يدخلون
الجنة إلا من أبى، قيل ومن يأبى يا رسول الله؟! قال: من أطاعني دخل الجنة، ومن
عصاني فقد أبى
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang
enggan untuk memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang
enggan tersebut wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Barangsiapa mentaatiku
akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan
masuk surga“ (HR Bukhari)
وَمَنْ يُطِعِ
اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ
أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu : para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang shalih. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.”
(QS. Al-Nisa’: 69)
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ
الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ * فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ
وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ * كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria
dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka
memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan
minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan”
[QS. Ath-Thuur : 17-19].
وَحُورٌ عِينٌ *
كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ * جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata
jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah
mereka kerjakan” [QS. Al-Waaqi’ah : 24].
Surga RahmatNya Allah ?
عَنْ عَائِشَةَ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " سَدِّدُوا،
وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا، فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ
"، قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: " وَلَا أَنَا،
إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ "
Dari ‘Aaisyah, dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Beramallah
sesuai sunnah (istiqamah) dan berlaku imbanglah, dan berilah kabar gembira,
sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga karena amalannya”. Para
shahabat berkata : “Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?”. Beliau
bersabda : “Begitu juga denganku, namun Allah melimpahkan rahmat dan
ampunan-Nya kepadaku” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6464 & 6467
dan Muslim no. 2818].
Untuk menjawabnya,
prinsip yang harus dipegang dalam hal ini adalah tidak ada dan tidak akan
pernah ada pertentangan antara ayat Al-Qur’an dan hadits shahih. Asy-Syaafi’iy rahimahullah
berkata:
ولا تكون سنة
أبدا تخالف القرآن
“As-Sunnah tidak
mungkin menyelisihi Al-Qur’an selamanya” [Jimaa’ul-‘Ilm
no. 530].
Beberapa ulama
mencoba menjelaskan pemahaman dengan penjamakan antara nash-nash tersebut.
An-Nawawiy rahimahullah berkata:
وَفِي ظَاهِر
هَذِهِ الْأَحَادِيث : دَلَالَة لِأَهْلِ الْحَقّ أَنَّهُ لَا يَسْتَحِقّ أَحَد
الثَّوَاب وَالْجَنَّة بِطَاعَتِهِ ، وَأَمَّا قَوْله تَعَالَى : {اُدْخُلُوا
الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} { وَتِلْك الْجَنَّة الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ } وَنَحْوهمَا مِنْ الْآيَات الدَّالَّة عَلَى أَنَّ
الْأَعْمَال يُدْخَل بِهَا الْجَنَّة ، فَلَا يُعَارِض هَذِهِ الْأَحَادِيث ، بَلْ
مَعْنَى الْآيَات : أَنَّ دُخُول الْجَنَّة بِسَبَبِ الْأَعْمَال ، ثُمَّ
التَّوْفِيق لِلْأَعْمَالِ وَالْهِدَايَة لِلْإِخْلَاصِ فِيهَا ، وَقَبُولهَا
بِرَحْمَةِ اللَّه تَعَالَى وَفَضْله ، فَيَصِحّ أَنَّهُ لَمْ يَدْخُل بِمُجَرَّدِ
الْعَمَل . وَهُوَ مُرَاد الْأَحَادِيث ، وَيَصِحّ أَنَّهُ دَخَلَ بِالْأَعْمَالِ
أَيْ بِسَبَبِهَا ، وَهِيَ مِنْ الرَّحْمَة . وَاَللَّه أَعْلَم
“Dan (makna) dalam dhahir hadits-hadits ini merupakan
petunjuk bagi ahlul-haq bahwa seseorang tidak berhak mendapatkan pahala dan
surga karena ketaatannya. Adapun firman Allah ta’ala : ‘Masuklah kamu ke dalam surga itu
disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’ (QS. An-Nahl : 32), ‘Dan itulah surga yang diwariskan kepada
kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan’ (QS. Az-Zukhruf : 72) dan ayat-ayat yang lain menunjukkan
bahwa amal-amal dapat memasukkannya ke dalam surga. Tidak ada pertentangan
dalam hadits-hadits tersebut. Namun makna ayat-ayat ini adalah bahwa masuknya
(seseorang) ke dalam surga dengan sebab amal-amal (shalih), kemudian Allah
memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah untuk ikhlash dalam amalan
tersebut. Diterimanya amalan-amal itu dengan rahmat Allah ta’ala dan
karunia-Nya. Maka benar, bahwasannya seseorang tidak masuk surga dengan sekedar
amalan semata. Itulah yang dimaksud dalam hadits-hadits. Dan benar pula
bahwasannya seseorang masuk surga dengan sebab amal-amal, dan itu termasuk
rahmat, wallaahu a’lam” [Syarh Shahiih Muslim, 17-160-161].
Ibnu Katsiir rahimahullah saat mengomentari QS.
Az-Zukhruuf ayat 72 berkata :
أي : أعمالكم
الصالحة كانت سببا لشمول رحمة الله إياكم، فإنه لا يدخل أحدًا عمله الجنة، ولكن
بفضل من الله ورحمته. وإنما الدرجات تفاوتها بحسب عمل الصالحات.
“Yaitu : amal-amal
shaalih kalian yang menjadi sebab kalian diliputi rahmat. Karena, tidak
ada seorang pun yang masuk surga karena amalnya semata, akan tetapi (ia masuk
surga) karena rahmat dan karunia Allah. Hanya saja perbedaan derajat dapat
diperoleh berdasarkan amal-amal shaalihnya” [Tafsir Ibni Katsiir,
7/239-240].
Ibnu Hajar rahimahullah
berkata:
وَيَظْهَر لِي فِي الْجَمْع بَيْن
الْآيَة وَالْحَدِيث جَوَاب آخَر وَهُوَ أَنْ يُحْمَل الْحَدِيث عَلَى أَنَّ
الْعَمَل مِنْ حَيْثُ هُوَ عَمَل لَا يَسْتَفِيد بِهِ الْعَامِل دُخُول الْجَنَّة
مَا لَمْ يَكُنْ مَقْبُولًا . وَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ فَأَمْر الْقَبُول إِلَى
اللَّه تَعَالَى ، وَإِنَّمَا يَحْصُل بِرَحْمَةِ اللَّه لِمَنْ يَقْبَل مِنْهُ ،
وَعَلَى هَذَا فَمَعْنَى قَوْله ( اُدْخُلُوا الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ ) أَيْ تَعْمَلُونَهُ مِنْ الْعَمَل الْمَقْبُول
“Dan yang nampak
bagiku dalam penjamakan anatara ayat-ayat dan hadits adalah jawaban yang lain,
yaitu membawa makna hadits bahwa amal itu sendiri tidak memberikan manfaat bagi
pelakunya untuk masuk ke dalam surga selama tidak diterima (oleh Allah). Jika
demikian, maka perkara diterimanya amalan oleh Allah ta’ala hanya
dicapai dengan rahmat Allah bagi orang yang amalnya diterima. Oleh karena itu,
makna firman Allah : ‘Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang
telah kamu kerjakan’ (QS. An-Nahl : 32), yaitu : yang engkau lakukan dari
amal-amal yang diterima (oleh Allah)” [Fathul-Baariy, 11/296].
Ibnu Rajab rahimahullah
mengomentari hadits di atas:
وهذا يدلُّ على شدَّةِ اهتمامِ معاذٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ بالأعمال الصَّالحة ، وفيه دليلٌ على
أنَّ الأعمالَ سببٌ لدخول الجنَّة ، كما قال تعالى : وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي
أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ .
وأما قولُه صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( لَنْ يدخُلَ أحدٌ منكُمُ الجنَّة
بِعمَلِه )) فالمراد - والله أعلم - أنَّ العملَ بنفسه لا يستحقُّ به أحدٌ الجنَّة
لولا أنَّ الله جعله - بفضله ورحمته - سبباً لذلك ، والعملُ نفسُه من رحمة الله
وفضله على عبده ، فالجنَّةُ وأسبابُها كلٌّ من فضل الله ورحمته .
“Ini menunjukkan
kuatnya perhatian Mu’aadz radliyallaahu ‘anhu terhadap amal-amal shalih.
Dan dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa amal-amal (shalih) merupakan
sebab masuknya seseorang ke dalam surga, sebagaimana difirmankan Allah ta’ala
: ‘Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang
dahulu kamu kerjakan’ (QS. Az-Zukhruf : 72).
Adapun sabda beliau shallallaahu
‘alaihi wa sallam : ‘Salah seorang di antara kalian tidak akan masuk
surga dengan sebab amalnya’, maka dimaksudnya adalah – wallaahu a’lam –
bahwa amal itu sendiri tidak membuat seseorang berhak mendapatkan surga
seandainya Allah – dengan karunia dan rahmat-Nya – tidak menjadikannya (amal)
sebab untuk itu. Dan amal itu sendiri termasuk rahmat Allah dan karunia-Nya
terhadap hamba-Nya. Maka, surga dan sebab-sebabnya, semuanya termasuk karunia
Allah dan rahmat-Nya” [Jaami’ul-‘Ulul wal-Hikam, hal. 604-605].
Penjelasan para ulama
di atas saling menguatkan dan melengkapi. Surga bukanlah pengganti dari amal,
karena ia tidak setara. Dzat amal ketaatan tidak menyebabkan pelakunya masuk
surga, tanpa rahmat dan karunia-Nya. Namun seseorang yang melakukan amal
ketaatan, maka ia akan diliputi oleh rahmat Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ
إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ
الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik” [QS. Al-A’raaf : 56].
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ
بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
“Dan rahmat-Ku
meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang
yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat Kami” [QS. Al-A’raaf : 156].
Kemudian, dengan
rahmat Allah juga, dilipatgandakan pahala amal shalih – meski sedikit – dan
menjadikannya sebab pelakunya ke dalam surga. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ
ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا
عَظِيمًا
“Sesungguhnya
Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada
kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan
dari sisi-Nya pahala yang besar” [QS. An-Nisaa’ : 40].
Ikhtitam
Berbuat
baik kepada anak-anak yatim termasuk sebab keberuntungan di akhirat dengan
mendapatkan surga tertinggi. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu
'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أَنَا وَكَافِلُ
الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا
“Saya
dan orang yang merawat anak yatim di surga kelak seperti ini,” seraya beliau
mengisyaratkan jari tengah dan telunjuknya lalu merenggangkan keduanya.”
(HR. Muttafaq ‘Alaih)
Yakni
doa agar didekatkan dengan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan
menemani beliau di akhirat. Dalil umumnya adalah apa yang diminta Rabi’ah
kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam agar beliau mendoakannya untuk
menemaninya di surga. Juga doa yang dipanjatkan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu
'Anhu,
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لَا يَرْتَدُّ، وَنَعِيمًا لَا يَنْفَدُ، وَمُرَافَقَةَ
مُحَمَّدٍ فِي أَعْلَى جَنَّةِ الْخُلْدِ
“Ya
Allah saya meminta kepada-Mu keimanan yang tidak akan berubah dengan
kemurtadan, kenikmatan yang tiada putus, dan (aku memohon kepada-Mu) agar
menjadi pendamping Muhammad shallallahu'alaihi wasallam di derajat tertinggi
dari surga yang kekal." (HR. Ahmad dengan sanad shahih. Syaikh
Al-Albani menyatakan isnadnya hasan).
Sumber:1.al-Qur’an Hadits
2.http://muslim.or.id
3.http://abul-jauzaa.blogspot.com
Jakarta 5/8/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar