MUSLIM INDONESIA
?
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ
“Dan nikmat apapun yang kalian dapatkan adalah datang dari Allah.” (An-Nahl: 53)
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan sanggup.” (An-Nahl: 18)
“Dan nikmat apapun yang kalian dapatkan adalah datang dari Allah.” (An-Nahl: 53)
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan sanggup.” (An-Nahl: 18)
مَنْ
لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ
“Barang
siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri
sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no.
667).
Muqaddimah
Syauqi berpetuah:”Sesungguhnya eksistensi suatu bangsa
ditentukan oleh moralitas dan akhlakul karimah, jika moralitas menjadi panglima
maka jayalah bangsa itu, sebaliknya, jika moralitas rendah, maka tunggulah
kehancurannya”.
Enam
puluh sembilan tahun yang lalu, tepatnya di hari suci,
hari Jum’at dan di bulan suci, bulan Ramadhan, persis tanggal 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Perjuangan panjang para
pendahulu bangsa ini yang nota bane kaum muslimin, berjuang sabilillah melawan
penjajah, dibawah teriakan takbir mereka melawan kaum kuffar, dibawah bendera
laa ilaaha illa Allah mereka berkorban jiwa dan raga, banyak dari mereka yang
menjadi syuhada’. Sehingga Allah swt memberikan nikmat kemerdekaan kepada
bangsa ini.
Umat
Islam yang berjumlah mayoritas di negeri ini sudah seharusnya mengisi
kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Mensyukuri kedaulatan dengan pembangunan dan
persatuan. Ini menjadi bukti penghargaan kepada para pendahulu bangsa ini,
sekaligus agar Allah swt menambah nikmat-nikmatnya kepada bangsa ini. Bukankah
Allah swt pasti menambah nikmat-Nya bagi siapa saja yang bersyukur?
Kini, umat Islam
Indonesia perlu mensyukuri hasil perjuangan para pendahulunya. Tidaklah patut
mengesampingkan hasil-hasil perjuangan mereka. Tidaklah etis melupakan
jasa-jasa mereka, dan menganggap seolah-olah di Indonesia ini belum pernah ada
ulama atau pejuang Islam yang berusaha keras menegakkan Islam dalam seluruh
aspek kehidupan.
Tidaklah benar jika dikatakan, bahwa ide menegakkan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan baru muncul belakangan ini, yang dibawa oleh tokoh-tokoh pergerakan Islam tertentu.
Sebagai umat Islam sepatutnya kita menghargai perjuangan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Pangeran Diponegoro, Syekh Yusuf Maqassari, Imam Nawawi al-Bantani, Kyai Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, Ahmad Surkati, A. Hassan, Moh. Natsir, Hamka, Imam Zarkasyi, dan sebagainya. Mereka-mereka telah menorehkan jasa-jasa besar dalam perjuangan Islam di Indonesia ini. Adalah tugas kita sekarang, sebagai generasi pelanjut mereka, berjuang lebih keras, melanjutkan perjuangan mereka, agar cita-cita Islam dapat benar-benar tegak di bumi Indonesia.
Tidaklah benar jika dikatakan, bahwa ide menegakkan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan baru muncul belakangan ini, yang dibawa oleh tokoh-tokoh pergerakan Islam tertentu.
Sebagai umat Islam sepatutnya kita menghargai perjuangan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Pangeran Diponegoro, Syekh Yusuf Maqassari, Imam Nawawi al-Bantani, Kyai Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, Ahmad Surkati, A. Hassan, Moh. Natsir, Hamka, Imam Zarkasyi, dan sebagainya. Mereka-mereka telah menorehkan jasa-jasa besar dalam perjuangan Islam di Indonesia ini. Adalah tugas kita sekarang, sebagai generasi pelanjut mereka, berjuang lebih keras, melanjutkan perjuangan mereka, agar cita-cita Islam dapat benar-benar tegak di bumi Indonesia.
Indonesia Merdeka ?
Kemerdekaan Jum’at
Legi : 17 Agustus 1945, bulan Ramadhan jam 10.00 pagi.
Proklamasi :
Kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan
dll, diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempoh yang
sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17-8-05 Wakil-wakil bangsa Indonesia.
Soekarno – Hatta.
Pada 18 Agustus 1945
: Ditetapkan UUD’45 yang berisi :
Pembukaan :
- Bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, maka penjajahan harus dihapuskan.
- Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
- Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
- Membentuk pemerintah yang berdasarkan Pancasila.
Pasal-pasal : BAB
XI AGAMA, pasal 29:
- Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
- Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menuruti agamanya dan kepercayaannya itu.
Cara Mengisi Kemerdekaan ?
Jadi betul bahwa
kemerdekaan 17 Agustus 1945 karena
rahmat Allah swt semata. Lihat alinea ke 4 Pembukaan UUD 45 bahwa Negara berdasarkan Pancasila dan pasal
29 ayat 1 bahwa Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu kepada siapakah kita bersyukur?
- Yang utama adalah bersyukur kepada Allah swt yang telah memberi Rahmat Kemerdekaan. Caranya bagaimana? Caranya adalah kita juga sebagai hamba Allah swt maka harus beribadah yang sesuai dengan apa yang diperintah dan menjauhi larangannya. Itupun masih kurang yaitu mencontoh Rasulullah saw yang sebagai suri tauladan yang dibenarkan oleh Allah swt.
- Berterimakasihlah kepada para pejuang kita, yang telah merintis cita-citanya dan sudah menjadi kenyataan. Caranya adalah kita ikut mendoakan kepada Allah swt agar para pejuang kemerdekaan dapat diterima disisinya.
- Mengisi kemerdekaan ini dengan baik yang tidak melanggar aturan Allah swt ataupun aturan dari Rasulullah saw.
Semangat di jalan Allah swt ?
Pada era kemerdekaan, ada peristiwa besar yang mendahului lahirnya
pertempuran besar-besaran melawan penjajah pada 10 November 1945, yaitu adanya
fatwa Resolusi Jihad yang digulirkan pendiri Ormas Nahdhatul Ulama (NU) Hadratus
Syekh KH Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945. Salah satu isi Resolusi Jihad itu adalah mewajibkan bagi umat Islam, untuk
mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda dan sekutunya yang ingin berkuasa
kembali di Indonesia.
Kewajiban ini merupakan perang suci (Jihad). Kewajiban ini berlaku bagi setiap muslim yang tinggal radius 94 kilometer. Sedangkan mereka yang berada di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material bagi mereka yang berjuang.
Fatwa Resolusi Jihad tersebutlah yang
memantik semangat pertempuran seluruh rakyat Indonesia untuk saling bahu
membahu dalam satu tekad dan tujuan, yaitu mengusir segala bentuk penjajahan di
muka bumi Indonesia sampai titik darah penghabisan. Fatwa Resolusi Jihad
tersebut merupakan wujud kecintaan ulama terhadap bangsa ini sekaligus sebagai
bentuk komitmen para ulama dan para santri untuk mengisi kemerdekaan Indonesia
yang di deklarasikan tiga bulan sebelumnya.
Namun, sayangnya, dalam sejarah bangsa Indonesia, adanya fatwa Resolusi Jihad seakan dinafikkan begitu saja. Padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah bangsanya. Oleh karena itu, Resolusi Jihad harus dijadikan refleksi bersama untuk mengusir penjajahan dalam dimensi lain, yaitu melawan segala bentuk intervensi asing dalam hal kebijakan ekonomi, kedaulatan pangan, politik, supremasi hukum, demi mewujudkan cita-cita awal pendirian bangsa ini, yaitu mensejahterakan rakyat Indonesia lahir dan batin.
Akar Nasionalisme ?
Mencermati dalil-dalil dari Alquran dan Hadis dapat kita simpulkan bahwa Islam mengakui keberadaan suku-suku dan bangsa-bangsa. Hal ini dapat kita ketahui dari kandungan Alquran Surah Alhujurat Ayat 13 yang artinya,’’ Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di hadapan Allah adalah orang yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal’’.
Ayat ini menyatakan adanya bangsa-bangsa dan suku-suku yang tersebar di seluruh pelosok dunia adalah untuk saling mengenal. Implikasi dari ayat ini tentunya agar mereka saling bekerja sama dan bantu-membantu, bukan saling bermusuhan atau berperang.
Mereka menempati daerah-daerah tertentu di bumi ciptaan Allah dengan tugas untuk memelihara dan memakmurkannya, sebagai khalifah Allah. Kawasan tanah sebagai milik kelompok dan sebidang tanah milik perorangan hendaknya didayagunakan dan dipertahankan. Dalam kaitan ini Nabi Muhammad bersabda, ’’Siapa pun orang muslim yang mati karena mempertahankan tanah miliknya maka dia terhitung mati syahid’’. Dari kandungan Hadis ini dapat disimpulkan, umat Islam yang mati karena mempertahankan Tanah Airnya maka mereka terhitung mati syahid. Inilah akar nasionalisme dalam Islam.
Pada masa kehidupan Rasulullah saw, Beliau berhasil mendirikan sebuah negara yang penduduknya terdiri atas beberapa suku dan berbagai pemeluk agama. Beliau tidak mengajarkan suatu bentuk negara tertentu, kecuali menggariskan beberapa asas kehidupan bernegara, yaitu hukum Allah sebagai hukum tertinggi, keadilan, musyawarah, dan jaminan sosial.
Karena itu di kemudian hari negara-negara yang dibentuk oleh umat Islam ada yang berbentuk negara khilafah, kerajaan, dan republik.
Mencermati dalil-dalil dari Alquran dan Hadis dapat kita simpulkan bahwa Islam mengakui keberadaan suku-suku dan bangsa-bangsa. Hal ini dapat kita ketahui dari kandungan Alquran Surah Alhujurat Ayat 13 yang artinya,’’ Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di hadapan Allah adalah orang yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal’’.
Ayat ini menyatakan adanya bangsa-bangsa dan suku-suku yang tersebar di seluruh pelosok dunia adalah untuk saling mengenal. Implikasi dari ayat ini tentunya agar mereka saling bekerja sama dan bantu-membantu, bukan saling bermusuhan atau berperang.
Mereka menempati daerah-daerah tertentu di bumi ciptaan Allah dengan tugas untuk memelihara dan memakmurkannya, sebagai khalifah Allah. Kawasan tanah sebagai milik kelompok dan sebidang tanah milik perorangan hendaknya didayagunakan dan dipertahankan. Dalam kaitan ini Nabi Muhammad bersabda, ’’Siapa pun orang muslim yang mati karena mempertahankan tanah miliknya maka dia terhitung mati syahid’’. Dari kandungan Hadis ini dapat disimpulkan, umat Islam yang mati karena mempertahankan Tanah Airnya maka mereka terhitung mati syahid. Inilah akar nasionalisme dalam Islam.
Pada masa kehidupan Rasulullah saw, Beliau berhasil mendirikan sebuah negara yang penduduknya terdiri atas beberapa suku dan berbagai pemeluk agama. Beliau tidak mengajarkan suatu bentuk negara tertentu, kecuali menggariskan beberapa asas kehidupan bernegara, yaitu hukum Allah sebagai hukum tertinggi, keadilan, musyawarah, dan jaminan sosial.
Karena itu di kemudian hari negara-negara yang dibentuk oleh umat Islam ada yang berbentuk negara khilafah, kerajaan, dan republik.
Pesan Moral Mengeisi Kemerdekaan ?
1.
Tetap Bersyukur. Allah berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 144 :
وَمَا مُحَمَّدٌ
إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ
انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ
يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (144)
Muhammad itu tidak
lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang
rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.
2.
Tetap patuh kepada Allah swt. Ayat 268 dalam surah al-Baqarah menjelaskan :
الشَّيْطَانُ
يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ
مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلاً وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (268)
Syaitan menjanjikan
bagi kamu dengan kefakiran dan menyuruh kamu berbuat perkara keji sedangkan
Allah menjanjikan keampunan dan kurniaan, dan Allah Maha Luas Kurniaan lagi
Maha Mengetahui.
3. Tetap bertawakal kepada Allah swt. Dalam surah Ali-Imran ayat 160 Allah berfirman :
إِنْ
يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلاَ غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا
الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ (160)
Jika Allah menolong
kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan
kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mu'min bertawakkal.
4.Tetap beriman dan beramal shalih. Manusia mungkin berjaya membebaskan dirinya daripada
perhambaan kepada sesama makhluk dan daripada menjadi hamba kepada permasalahan
hidup, tetapi kadang-kadang manusia sering menjadi hamba kepada nilai dan norma
hidup. Manusia akan merasakan wujudnya perbezaan martabat dan kemuliaan
berasaskan nilaian harta, keturunan, pangkat dan kedudukan. Fenomena ini
terserlah dalam surah al-Saba’ ayat 35-37 :
وَقَالُوا
نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالاً وَأَوْلاَدًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ(35)قُلْ
إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ
النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ(36)وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ بِالَّتِي
تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلاَّ مَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ
ءَامِنُونَ(37)
Dan mereka berkata:
"Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami
sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku
melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa
yang dikehendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan
kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di
tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).
5.Lebih mencintai Allah dan RasulNya. Ramai
manusia gagal membebaskan dirinya daripada perhambaan kepada hawa nafsu. Firman
Allah dalam surah at-Taubah ayat 24 :
قُلْ إِنْ كَانَ
ءَابَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لاَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ(24)
Katakanlah:
"Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
6.
Semua yang ada ini adalah takdirnya
Allah swt. Pembebasan terbesar yang diberikan oleh
Islam kepada manusia ialah kebebasan memilih aqidah dan kebenaran. Firman Allah
dalam surah Yunus ayat 99 :
وَلَوْ شَاءَ
رَبُّكَ َلآمَنَ مَنْ فِي الأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ
النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (99)
Dan jika tuhanmu
menghendaki nescaya akan beriman segala penghuni mukabumi seluruhnya, maka
apakah kamu berhasrat mahu memaksa mereka supaya menjadi orang beriman
semuanya.
Sumber:1.http://www.suaramerdeka.com
2.https://www.islampos.com
3.http://ngajiislam.blogspot.com
Jakarta 13/8/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar