KENIKMATAN DUNIA
?
وَابْتَغِ فِيمَا
آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (QS. Al
Qashshash: 77).
Dunia dalam
Al-Qur’an ?
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat iti lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnyanakhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya.” (QS. Al Ankabut 64)
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِن تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS. Muhammad 36)
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
‘Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (QS. Al Hadid 20)
Perhatikan Dunia
?
Imam Ibnu Katsir -semoga
Allah merahmati beliau- menyebutkan dalam kitab tafsirnya,
{ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا } أي: مما أباح الله فيها
من المآكل والمشارب والملابس والمساكن والمناكح، فإن لربك عليك حقًّا، ولنفسك عليك
حقًّا، ولأهلك عليك حقًّا، ولزورك عليك حقا، فآت كل ذي حق حقه.
“Janganlah
engkau melupakan nasibmu dari kehidupan dunia yaitu dari yang Allah bolehkan
berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan menikah. Rabbmu masih
memiliki hak darimu. Dirimu juga memiliki hak. Keluargamu juga memiliki hak.
Istrimu pun memiliki hak. Maka tunaikanlah hak-hak setiap yang memiliki hak.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6:
37).
Dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 405) disebutkan maksud dari ayat
tersebut,
{ وَلاَ تَنسَ } تترك { نَصِيبَكَ مِنَ الدنيا } أي أن تعمل فيها
للآخرة
“Janganlah
engkau tinggalkan nasibmu di dunia yaitu hendaklah di dunia ini engkau beramal
untuk akhiratmu.” Sangat jelas apa yang dimaksudkan oleh Jalaluddin As Suyuthi
dan Jalaluddin Al Mahalli bahwa yang dimaksud ayat di atas bukan berarti kita
harus menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Namun tetap ketika di
dunia, setiap aktivitas kita ditujukan untuk kehidupan selanjutnya di akhirat.
Jadikan belajar kita di bangku kuliah sebagai cara untuk membahagiakan orang
banyak. Jadikan usaha atau bisnis kita bisa bermanfaat bagi kaum muslimin.
Karena semakin banyak yang mengambil manfaat dari usaha dan kerja keras kita di
dunia, maka semakin banyak pahala yang mengalir untuk kita. Karena sebaik-baik
manusia, merekalah yang ‘anfa’uhum
linnaas’, yang paling banyak memberi manfaat untuk orang banyak.
Coba lihat
pula keterangan lainnya. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman (hal.
623), “Engkau telah menggenggam berbagai cara untuk menggapai kebahagiaan
akhirat dengan harta, yang harta tersebut tidaklah dimiliki selainmu. Haraplah
dengan harta tersebut untuk menggapai ridho Allah. Janganlah nikmat dunia
digunakan untuk memenuhi syahwat dan kelezatan semata. Jangan pula sampai lupa
nasibmu di dunia, yaitu Allah tidak memerintahkan supaya manusia menginfakkan
seluruh hartanya, sehingga lalai dari menafkahi yang wajib. Namun infaklah
dengan niatan untuk akhiratmu. Bersenang-senanglah pula dengan duniamu namun
jangan sampai melalaikan agama dan membahayakan kehidupan akhiratmu kelak.”
وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashshash: 77).
Ayat ini
memerintahkan untuk berbuat baik pada makhluk Allah sebagaimana Dia telah
memberi kebaikan untuk kita. Janganlah tujuan hidup kita di muka bumi untuk
berbuat kerusakan dan menyakiti makhluk lain. Sesungguhnya Allah benar-benar
tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, 6: 37.
Ikhtitam
مَنْ
كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ
شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا
هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ
وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk
menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan
menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan
tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia,
maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai
beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah
ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if dan syawahidnya atau penguatnya pun dho’if. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Lihat penjelasan hadits ini di Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 139).
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا ۚ قُلْ مَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ ۚ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk mendatanginya dan meninggalkan engkau (Muhammad) (masih) berdiri (menyampaikan khutbah Jum’at).” (QS. Jum’ah 11)
Sumber:1.http://www.suara-islam.com
2.http://rumaysho.com
Jakarta 16/10/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar