MENGGAPAI
KEBAHAGIAAN DUNIA AKHIRAT ?
قُلْ
بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا
يَجْمَعُونَ
“Katakanlah:
Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا
يَعْمَلُونَ
“Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Muqaddimah
وَأَنَّ هَذَا
صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa
(yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa.” (QS. Al
An’aam: 153)
SETIAP orang
pasti ingin bahagia. Sayangnya, sebagian orang menilai kebahagiaan terletak
pada harta dan materi. Artinya seseorang memandang dirinya dan dipandang oleh
orang lain sebagai orang yang bahagia kalau memiliki harta melimpah, deretan
mobil, hamparan tanah yang luas dan seabrek fasilitas dunia lainnya.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wassallam memiliki kriteria tersendiri untuk menilai apakah
seseorang masuk sebagai golongan yang bahagia atau tidak. Beliau berpandangan
bahwa bahagia itu bukan sebuah kondisi tapi pilihan. Kita bisa memilih untuk
menjadi orang yang bahagia meski pun kita bukan termasuk orang yang kaya.
Rasul
membahasakan bahagia dengan kata ‘thuba’
yang berarti beruntung, bahagia, dan sukses. Dari kata thuba inilah kita bisa
menemukan jejak-jejak orang yang bahagia untuk kita jadikan sebagai evaluasi
diri apakah diri kita sudah termasuk di dalamnya atau belum.
Meraih Kebahagiaan ?
Secara umum,
orang yang bahagia bisa dilihat karakteristiknya sebagai berikut:
1. Mereka
menyediakan banyak waktu untuk keluarga dan teman, menjaga dan menikmati
hubungan itu.
2. Mereka
merasa nyaman menunjukkan rasa syukur atas apa yang mereka punya.
3. Mereka
sangat sering menjadi orang pertama yang menawarkan bantuan pada rekan kerja
dan orang-orang lain yang melintas.
4. Mereka
mempraktikkan cara hidup optimistis ketika membangun mimpi masa depan.
5. Mereka
menghargai kesenangan dalam hidup dan menjalani hidup untuk masa sekarang.
6. Mereka
berolahraga secara teratur setiap pekan atau bahkan setiap hari.
7. Mereka
sangat berkomitmen terhadap tujuan dan ambisi jangka panjang dalam hidup
(seperti melawan kecurangan atau mengajari anak nilai-nilai yang dipegang
teguh).
8. Mereka
juga punya rasa stress, mengalami krisis dan bahkan tragedi, namun bedanya
mereka punya tekad dan kekuatan untuk mengatasinya.
Ibnu Abbas
menjawab, ada 7 indikator mengenai kebahagiaan dunia:
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu
bersyu
Bila sedang
kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu :
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.
Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan
hidup yang sholeh.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat
Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda
yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya
kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya
Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya
sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu
saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu
sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: ” Ya
Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada
orang tua ?”
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”. Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman
kita.
Orang-orang
sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang
selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut
menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.
Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.
Dalam
riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan
seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata
Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya
didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang
yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang
halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih,
suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah
orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk
memahami agama.
Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Ikhtitam
Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda
kebahagiaan itu ada 3 hal. 3 hal tersebut adalah bersyukur ketika
mendapatkan nikmat, bersabar ketika mendapatkan cobaan dan bertaubat
ketika melakukan kesalahan. Beliau
mengatakan: sesungguhnya 3 hal ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba
dan tanda keberuntungannya di dunia dan di akhirat.
Sumber:1.http://muslim.or.id 2.http://www.eramuslim.com
3.http://www.beritasatu.com
Jakarta 16/10/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar