MEMAKNAI
PERISTIWA HIJRAH ?
إِنَّ
الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ
كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ
أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ
وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) malaikat bertanya, “Dalam keadaan bagaimana kalian ini?” Mereka
menjawab, “Kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah).” Para
malaikat berkata, “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kalian dapat berhijrah
di bumi itu?” Orang-orang itu tempatnya Neraka Jahanam dan Jahanam itu seburuk-buruk
tempat kembali.” (QS an-Nisa’ [4]: 97).
Muqaddimah
Peristiwa
Hijrah, paling tidak, memberikan makna sebagai berikut:
Pertama: pemisah
antara kebenaran dan kebatilan; antara Islam dan kekufuran; serta antara Darul
Islam dan darul kufur. Paling tidak, demikianlah menurut Umar bin al-Khaththab
ra. ketika beliau menyatakan: Hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan
kebatilan. (HR Ibn Hajar).
Kedua: tonggak
berdirinya Daulah Islamiyah (Negara Islam) untuk pertama kalinya. Dalam hal
ini, para ulama dan sejarahwan Islam telah sepakat bahwa Madinah setelah Hijrah
Nabi saw. telah berubah dari sekadar sebuah kota menjadi sebuah negara Islam;
bahkan dengan struktur yang—menurut cendekiawan Barat, Robert N. Bellah—terlalu
modern untuk ukuran zamannya. Saat itu, Muhammad Rasulullah saw. sendiri yang
menjabat sebagai kepala negaranya.
Ketiga: awal
kebangkitan Islam dan kaum Muslim yang pertama kalinya, setelah selama 13 tahun
sejak kelahirannya, Islam dan kaum Muslim terus dikucilkan dan ditindas secara
zalim oleh orang-orang kafir Makkah. Demikianlah sebagaimana pernah
diisyarakatkan oleh Aisyah ra.:
«كَانَ
الْمُؤْمِنُونَ يَفِرُّ أَحَدُهُمْ بِدِينِهِ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَإِلَى
رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَخَافَةَ أَنْ يُفْتَنَ عَلَيْهِ
فَأَمَّا الْيَوْمَ فَقَدْ أَظْهَرَ اللهُ اْلإِسْلاَمَ وَالْيَوْمَ يَعْبُدُ
رَبَّهُ حَيْثُ شَاءَ»
Dulu ada
orang Mukmin yang lari membawa agamanya kepada Allah dan Rasul-Nya karena takut
difitnah. Adapun sekarang (setelah Hijrah, red.) Allah SWT benar-benar telah
memenangkan Islam, dan seorang Mukmin dapat beribadah kepada Allah SWT sesuka
dia. (HR al-Bukhari).
Kedudukan Hijrah ?
- Hijrah merupakan simbol akan iman yang hakiki (manifsetasi iman sejati), bahwa seorang yang berhijrah berarti telah mengikrarkan diri dengan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, sedangkan aplikasi dari keimanan tersebut adalah siap dan rela meninggalkan segala sesuatu yang akan terjadi seperti hijrah demi mempertahankan akidah yang diyakini. Karena hakikat iman itu sendiri adalah pengakuan melalui lisan, dibenarkan dalam hati dan diaplikasikan dalam perbuatan, sedangkan hijrah di sini merupakan salah satu dari wacana tersebut. (Al-Baqarah: 218) (Al-Anfal: 72,74) (Al-Ahzab: 6)
- Hijrah merupakan ujian dan cobaan, karena setiap orang yang hidup pasti akan mendapatkan suatu cobaan, terutama bagi orang yang beriman, sebesar apa keimanan seseorang maka sebesar itu pula cobaan, ujian dan fitnah yang akan dihadapi. Meninggalkan harta, keluarga, sanak famili dan tanah air merupakan cobaan yang sangat berat, apalagi tempat yang dituju masih mengambang, sangat tidak bisa dibayangkan akan kerasnya ujian dan cobaan yang dihadapi saat manusia sudah mengikrarkan diri sebagai hamba Allah. (16:110)
- Hijrah sama derajatnya dengan jihad, karena hijrah merupakan salah satu cara mempertahankan akidah dan kehormatan diri maka Allah SWT mensejajarkannya dengan jihad dijalan-Nya yang tentunya ganjarannya pun akan sama dengan jihad. (Al-Baqarah: 218), (Al-Anfal: 72,74)
Balasan orang yang Hijrah ?
Adapun ganjaran bagi orang yang melakukan hijrah karena Allah, maka bagi mereka ganjaran yang berlimpah dan tempat serta derajat yang tinggi di sisi Allah, hal ini bisa kita lihat dalam firman Allah yang berkenaan tentang ganjaran bagi orang berhijrah sebagai berikut:
Adapun ganjaran bagi orang yang melakukan hijrah karena Allah, maka bagi mereka ganjaran yang berlimpah dan tempat serta derajat yang tinggi di sisi Allah, hal ini bisa kita lihat dalam firman Allah yang berkenaan tentang ganjaran bagi orang berhijrah sebagai berikut:
1Rezki yang berlimpah
di dunia (An-Nisa: 100) (Al-Anfal: 79)
2Kesalahan dihapus dan
dosa diampuni (Ali Imran: 195)
3.Derajatnya
ditinggikan oleh Allah (At-Taubah: 20)
4.Kemenangan yang besar
(At-Taubah: 20, 100)
5.Tempat kembalinya
adalah surga (At-Taubah: 20-22)
6.Mendapatkan ridha
dari Allah (At-Taubah: 100)
Momentum Hijrah ?
Ada tiga
makna utama dari momentum hijrah Rasulullah saw yang dapat diterapkan dalam
kehidupan masa kini.
Pertama, memaknai hijrah Rasulullah sebagai Hijrah Insaniyyah. Sebagai transformasi
nilai-nilai kemanusiaa. Perubahan paradigma masyarakat Arab setelah kedatangan
Islam dan pola pikir mereka menunjukkan betapa sisi-sisi kemanusiaan dijadikan
materi utama dakwah Rasulullah saw. bahwa semua manusia memiliki derajat yang
sama, hanya Allahlah satu-satunya Zat yang memiliki perbedaan dengan manusia.
Itulah inti kalimat Syahadat أشهد أن لا اله الا الله bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah
kecuali Allah.
Pernyataan
syahadat ini secara langsung mengeliminir segala macam perbudakan dan
penguasaan atas seseorang. Dan inilah yang paling ditakutkan oleh para
bangsawan Makkah semacam Abu Jahal pada waktu itu. Karena misi kemanusiaan ini
dapat merobohkan dominasi mereka atas para budak belian. Dengan demikian,
sungguh Islam telah meletakkan sebuah pondasi tata nilai kemanusiaan.
Sebagaimana dengan tegas disampaikan Rasulullah saw dalam khutbahnya ketika
haji wada'
·
إن دمائكم
وأموالكم وأعراضكم عليكم حرام "
Sesungguhnya
darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua,Hijrah Tsaqafiyyah, yaitu hijrah kebudayaan. Hijrah dari kebudayaan jahiliyyah menuju
kebudayaan madaniyah. Kebudayaan yang sarat dengan makna dan kemuliaan sebagaimana
diperlihatkan oleh Rasulullah dalam tata krama keseharian. Dalam pergaulannya,
beliau menghargai dan menggauli semua orang dengan cara yang sama tanpa ada
perbedaan. Bahkan lebih dari itu, beliau selalu bertindak sopan dan ramah
kepada semua orang tidak pernah pandang bulu. Sebagaimana sabda beliau إنما
البعثت لأتمم مكارم الأخلاق Bahwasannya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlaq.
Inilah
sejatinya fondasi kebudayaan dalam kacamata Islam yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemuliaan. Termasuk di dalamnya adalah kebersamaan, gotong royong
dan kesetia kawanan. Inilah nilai-nilai yang kini mulai lenyap dari kehidupan
kita digantikan dengan individualism dan kapitalime.
ketiga, Adalah memaknai hijrah sebagai Hijrah Islamiyyah,
yaitu peralihan kepeasrahan kepada Allah secara total. Momentum hijrah ini
harus kita maknai sebagai upaya peralihan diri menuju kepasrahan total kepada
Allah Yang Maha Kuasa. Artinya setelah modernism menggiring kita kepada
rasionalisme yang tinggi, hingga menyandarkan kehidupan kepada teknologi. Dan
mengandalkan struktur sebuah system. Maka kini saatnya kita berbalik kepada
Allah Yang Maha Pencipta. Sadarlah bahwasannya berbagai pertunjukan modernisme
semata merupakan hasil kreatifitas manusia belaka.
Sumber:1.http://www.eramuslim.com 2.http://www.nu.or.id
3.http://www.dakwatuna.com
Jakarta 9/10/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar