KAJIAN TAFSIR
QS.AL-FIIL ?
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ
فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
(2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ
(4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ (5)
“Apakah kamu
tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan
Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang
berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang
terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
(QS. Al Fiil: 1-5).
Muqaddimah
Kisah di
atas menjelaskan tentang ashabul fiil
(pasukan gajah) yang ingin menghancurkan rumah Allah (Ka’bah). Mereka sudah
mempersiapkan diri untuk menghancurkan Ka’bah tersebut. Mereka pun
mempersiapkan gajah untuk menghancurkannya. Tatkala mereka datang mendekati
Makkah, orang-orang Arab tidak punya persiapan apa-apa untuk menghadang mereka.
Penduduk Makkah malah takut keluar, takut dari serangan ashabul fiil tersebut. Lantas
Allah menurunkan burung yang terpencar-pencar, artinya datang kelompok demi
kelompok. Itulah yang dimaksud “thoiron
ababil” sebagaimana kata Ibnu Taimiyah. Burung-burung tersebut
membawa batu untuk mempertahankan Ka’bah. Batu itu berasal dari lumpur (thin) yang dibentuk jadi batu,
seperti tafsiran Ibnu ‘Abbas. Ada juga yang menafsirkan bahwa batu tersebut
adalah batu yang dibakar (matbukh).
Batu tersebut digunakan untuk melempar pasukan gajah tersebut. Lantas mereka
hancur seperti daun-daun yang dimakan dan diinjak-injak oleh hewan. Allah
memberi pertolongan dari kejahatan pasukan gajah tersebut. Tipu daya mereka pun
akhirnya sirna.
Dijelaskan
oleh Ibnu Taimiyah, “Kisah ini adalah dari kisah raja Abrahah yang membangun kanisah (gereja) di negeri Yaman.
Ia ingin agar haji yang ada di Arab dipindahkan ke sana. Abrahah ini adalah
raja dari negeri Habasyah (berpenduduk Nashrani kala itu) yang telah menguasai
Yaman. Kala itu diceritakan ada orang Arab yang menjelek-jelekkan kanisah
(gereja) orang Nashrani sehingga membuat raja Abrahah marah. Lalu ia pun
berniat menghancurkan Ka’bah.” (Lihat Majmu’atul
Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 27: 355-356).
Pada tahun penyerangan gajah
tersebut, lahirlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kisah itu adalah titik
awal yang menunjukkan akan datangnya risalah beliau atau itulah tanda kenabian
beliau. Falillahil hamdu wasy syukru.
Ada hadits yang
menunjukkan bahwa Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dilahirkan pada tahun
gajar yaitu hadits dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
ولد النبي صلى الله عليه و سلم عام الفيل
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dilahirkan pada tahun gajah.” (HR. Ath Thohawi dalam Musykilul Atsar no. 5211,
Ath Thobroni dalam Al Kabir no. 12432, Al Hakim dalam mustadroknya no. 4180. Al
Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, tetapi
keduanya tidak mengeluarkannya. Adz Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini sesuai
syarat Muslim. Juga dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah no. 5
dari jalur Ibnu ‘Abbas. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam As
Silsilah Ash Shahihah pada hadits no. 3152).
Tafsir ayat ?
أَلَمْ تَرَ
كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
1.
Apakah engkau tidak melihat bagaimana Tuhanmu berurusan dengan para pemilik
gajah?
Relevansinya
di sini adalah konfrontasi antara kekuatan dan kekuasaan yang sangat besar, dan
pertentangannya yang langsung. Pelajaran yang bisa diambil adalah bahwa
kekuatan nyata tidak dapat diukur dengan cara biasa. Penghancuran bala tentara
yang telah dikirim untuk menghancurkan Ka'bah bukanlah suatu kekuatan gaib
tapi, ma-lah, merupakan fenomena alamiah yang mengumandangkan kelahiran
Nabi—menunjukkan pancaran Sinar yang agung di tengah kegelapan.
Untuk
memahami makna gajah ini kita harus menyadari bahwa apa pun senjata yang
dimiliki manusia pada waktu itu adalah lemah dan jarang. Pada sebuah negeri di
mana para pejuangnya memiliki paling banyak hanya beberapa buah tombak dan
pedang tumpul saja, maka dengan memiliki seekor gajah menunjukkan bahwa
pemiliknya nyaris dianggap sebagai seorang kaisar.
أَلَمْ يَجْعَلْ
كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
2.
Bukankah Ia menyebabkan strategi mereka berakhir dengan kacan-balau?
Kayd berarti 'komplotan yang licik', atau 'rencana yang licik'.
Bukankah Allah membuat komplotan mereka yang sudah direncanakan dengan baik
berjalan serba salah?
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ
طَيْرًا أَبَابِيلَ
3.
Dan mengirimkan sekawanan makhluk terbang untuk melawan mereka,
Ababil berarti 'kawanan'. la tidak mesti hanya menunjuk kepada
kawanan burung, tapi juga kepada jumlah besar yang membanjiri.
تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ
مِّن سِجِّيلٍ
4.
Melempari mereka dengan bebatuan dari tanah liat yang dibakar.
Sijjil berarti 'batu seperti bongkahan tanah liat kering'. Kata
ini dikaitkan dengan kata keija sajala yang berarti 'mencatat,
menuliskan' atau 'mendokurnentasikan'. Terdapat banyak penafsiran mengenai ayat
ini. Kita tidak tahu fenomena macam apa ini, apakah itu benar-benar badai yang membawa
sekawanan makhluk yang berukuran kecil sekali, seperti burung-burung, yang
menimpuki pasukan besar ini dengan batu (sijjil) yang dapat menembus
daging mereka, ataukah itu suatu penyakit yang tiba-tiba menjalari mereka
(banyak penyakit seperti campak dan cacar tidak teridentifikasi pada masa itu),
yang mungkin dibawa oleh burung-burung atau serangga. Meskipun terdapat fakta
bahwa kejadian ini diketahui dan dibicarakan di mana-mana, kita masih tidak
tahu sifat sebenarnya dari serangan tersebut karena pada masa itu pemahaman
manusia mengenai fenomena alam tidak seterang pemahaman kita zaman sekarang.
Kita hanya tahu bahwa pasukan besar ini tiba-tiba hancur sama sekali begitu ia
mendekati Ka'bah.
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ
مَّأْكُولٍ
5.
Maka Ia menjadikan mereka seperti jerami yang dilahap.
Akibat
serangan itu adalah bahwa bala tentara yang jumlahnya banyak sekali ini menjadi
bagaikan tunggul jerami padi atau rerumputan yang tersisa setelah dipangkas.
Pada sebagian penjelasan dikatakan bahwa setelah penghancuran ini, tanah
terlihat bagaikan alas datar yang terbuat dari ribuan tentara musuh dan
gajah-gajah mereka tergeletak di atasnya.
Tafsiran
“Tayran Ababil” ?
Kalangan Mufassirin
mempunya berbagai-bagai pandangan tentang Tayran Ababil . Dikemukakan di sini
pandangan-pandangan yang berkecamuk dan sukar disatukan kerana masing-masing
tidak mempunyai dalil yang kukuh dan putus: 1: Al-Kalbi dan lain-lain
menjelaskan erti Tayran Ababil” ialahpasukan burung yang membawa batu-batu yang
akan diluntarkan ke atas tentera bergajah. Batu itu bertulis nama manganya dan
kata-kata “Sesiapa taatkan Allah nescaya selamat dan sesiapa derhaka nescaya
menyeleweng”.[856]. 2: `Atiyyah al-`Ufi meriwayatkan daripada Abu Sa`id
al-Khudri ra, menjelaskan burung merpati di negeri Makkah antara erti Tayran
Ababil[857]. 3: Al-Alusi memetik daripada sumber al-Haiwan karya al-Damiri:
Burung yang dimaksudkan ialah sejenis burung yang bersarang dan bertelur di
antara langit dan bumi[858]. 4: Riwayat Ibn `Abbas: Burung itu paruhnya seperti
belalai gajah, jari-jari kakinya seperti kuku anjing, kepalanya seperti kepala
singa[859]. 5: Berkata `Ikrimah, burung itu warnanya hijau, keluar dari laut,
kepalanya seperti kepala harimau[860]. 6: Burung ini seperti burung
`Anqa’[861], iaitu sejenis berung legenda yang hanya wujud pada nama tetapi
tiada pada kenyataan. Mungkin juga burung-burung ini muncul pada kali itu
sahaja kemudian pergi dan tidak kunjung-kunjung lagi. 7: Berkata `A’isyah,
burung itu seperti burung layang-layang atau kelawar berwarna merah dan
kuning[862]. 8: Ibn Abbas dalam riwayat lain menjelaskan Tayran Ababil itu
dikatakan kepada benda terbang yang membawa bahan berbisa. Badan seseorang yang
ditimpa batu itu akan melecur dan menjadi kudis cacar[863]. 9: Ikrimah
berpandangan, bahan-bahan berbisa ini dibawa melalui anak-anak batu yang
mengeluarkan bahan-bahan berbisa mengakibatkan penyakit cacar untuk diluntarkan
ke atas kepala tentera Abrahah[864]. Dinyatakan juga batu-batu ini menimbulkan
gatal-gatal pada badan. Ada yang menyatakan batu-batu itu membawa kuman kudis
cacar dan demam campak. Sesetengah riwayat mengulas: Inilah jangkitan yang
pertama berlaku di bumi Arab. 10: Sebahagian ulama lebih cenderung kepada
menyempitkan ruang peristiwa-peristiwa yang mencarikkan adapt atau cenderung
melihat undang-undang alam itu berlaku dalam bentuk yang biasa sahaja, mereka
berpendapat bahawa pentafsiran peristiwa burung itu dengan kejadian wabak cacar
adalah lebih dekat dan lebih baik[865
Sayyid
Qutb setelah membayangkan banyak pendapat
dan tafsiran tentang Tayran Ababil, pada akhirnya menyatakan pendiriannya: Kami
lebih cenderung kepada tafsiran bahawa kekalahan tentera bergajah adalah
berlaku menurut undang-undang Allah yang luar biasa, iaitu Allah menghantar
pasukan-pasukan burung yang luar biasa membawa batu-batu yang luar biasa dan
mengakibatkan penyakit-penyakit yang luar biasa, walaupun kita tidak semestinya
menerima riwayat-riwayat yang menerangkan rupa bentuk dan besar kecilnya
burung-burung dan batu-batu dengan sifat-sifat yang mengharukan itu kerana
kejadian-kejadian yang seumpama itu ada sahaja ditokok tambah dengan
unsur-unsur keterlaluan[866]. Pandangan Sayyid Qutub merupakan jalan tengah,
iaitu mengekalakn tair dengan erti burung dan batu dengan erti batu yang biasa
difahami tanpa sebarang rakwilan. Namun beliau menolak keterangan-keterangan
yang melampau tentang rupa bentuk burung seperti yang diriwayatkan.
Faedah
yang dapat di ambil dari ayat ini.
- Hiburan bagi Rasulullah terhadap apa – apa yang beliau temui dari kezhaliman kuffar Quraisy.
- Mengingatkan kaum Quraisy akan tindakan Allah Ta’ala terhadap Abrahah beserta kaumnya, menakutkan dan mengancam mereka.
- Memperlihatkan kekuasaan Allah Subhanawata’ala dalam memelihara hamba – hambaNya juga meperlihatkan serangan Allah Ta’ala terhadap musuh-musuhNya
- Perlindungan Allah terhadap baitnya dari musuh-musuh AgamaNya.
- Kejadian “ gajah” menjadi sejarah yang dinamakan dengan tahun gajah ( tahun 570 M) yang juga merupakan tahun lahirnya Nabi Muhammad Sholollohu’alaihiwassalam.
(diambil
dari buku Ad Durusil Muhimmah Li Ammatil Ummah, Cahaya Tauhid Pres)
Foonote
[856]Terjemahan
kepada مَنْ أطَاعَ اللهَ نَجَا وَمَنْ
عَصَاهُ غَوَى . Tafsir
al-Qurtubi, 10/193. [857]Ibid. Riwayat pertama dan kedua ini da`if kerana jalan
isnad melalui Muhammad ibn al-Sa`ib al-Kalbi dan `Atiyyah bin Sa`d bin Junadah
al-`Awfi diperti0kaikan kesahihan riwayatnya. Lihat Taqrib al-Tahdhib, 2/163
dan 2/24. [858]Tafsir Ruh al-Ma`ani, 30/237. [859]Tafsir al-Razi, 30/191.
[860]Tafsir Ibn Kathir, 4/551. [861]Ibid. [862]Tafsir al-Tabari, 10/197.
[863]Tafsir al-Qurtubi, 10/198. [864]Tafsir al-Qurtubi, 10/198. Sirat Ibn
Hisyam, 1/88, Tafsir Ibn Kathir, 4/551. Pada akhirnya Ibn Kathir mengulas jalan
iusnad melalui `Ikrimah ini disifatkan Jayyid. [865]Tafsir Fi Zilal al-Qur`an,
17/538. [866]Ibid, 17/540
Sumber:1.http://www.drhayei.com 2.http://quran.al-shia.org
3.https://shirotholmustaqim.wordpress.com
4.http://rumaysho.com
Jakarta 30/10/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar