TASAWUF ISLAMI ?
وَلِلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجْهُ اللّهِ إِنَّ اللّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui." (Q. S. 2. Al-Baqoroh, A. 115)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
Artinya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya." (Q. S. 50. Qof, A. 16).
كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِي عَرَفُوْنِي
Artinya:
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalKu”.
كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِي عَرَفُوْنِي
Artinya:
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalKu”.
Muqaddimah
Abu Al-Wafa’ Al-Ganimi At-Taftazani mengatakan bahwa semua tahapan
(maqamat) dan keadaan (akhwal) para sufi, yang pada dasarnya merupakan tema pokok ajaran tasawuf, berlandaskan Al-Qur’an. Berikut ini landasan sebagian muqamat dan akhwal para sufi tersebut.
a. Dalam Al Qur’an menerangkan tentang penggemblengan jiwa, yang digunakan sebagai landasan, yaitu dalam surat Al Ankabut [29] ayat 69)
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (العنكبوت: 69)
Artinya, “ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Q. S. Al Kanbut [29]: 69)
Firman-Nya lagi,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
(النازعات:40-41)
“Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”.
b.Tentang maqam ketaqwaan, Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (الحجرات:13)
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q. S. Al Hujurat [49]:13)
Allah SWT. juga berfirman,
.......وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ( البقرة : 194)
Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Al Baqoroh [2] 194)
c. Tentang maqam Zuhud
“Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
d.Tentang maqam tawakal, menurut para sufi, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (الطلاق : 3)
…Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…(Q. S. Ath Thalaq [ 65]:3)
قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (الزمر: 39)
Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman itu bertawakal. (Q. S. Az Zumar [39]: 39)
Tentang maqam syukur antara lain berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ ( إبراهيم : 7 )
…Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu…(Q.S. Ibrohim [14]:7)
e. Maqam sabar, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
(المؤمن :55)
Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuja Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Mu’min [40]:55)
..... وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (البقرة : 155 )
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Q.S. Al-Baqarah[2]:155)
f. Maqam rida berlandaskan pada firman Allah SWT. Berikut ini.
رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ( المائدة : 119)
….Allah rela terhadap mereka, dan merekapun rela terhadapnya…(Q.S. Al-Maidah [5]:119).
g. Tentang maqam ma’rifah, antara lain Allah SWT. berfirman,
وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ وَاللّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (البقرة : 282)
Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)
فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً
(الكهف : 65)
Lalu, mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadany ilmu dari sisi Kami. (Q.S. Al-Kahfi [18]: 65).
Demikian sebagian ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan kaum sufi dalam melaksanakan praktik-praktik kesufiannya. Akan terlalu panjang uraiannya jika semua pengertian psikis dan moral yang diungkapkan para sufi tentang tingkatan dan keadaan, dicarikan rujukannya dalam dalam Al-Qur’an.
Abu Al-Wafa’ Al-Ganimi At-Taftazani mengatakan bahwa semua tahapan
(maqamat) dan keadaan (akhwal) para sufi, yang pada dasarnya merupakan tema pokok ajaran tasawuf, berlandaskan Al-Qur’an. Berikut ini landasan sebagian muqamat dan akhwal para sufi tersebut.
a. Dalam Al Qur’an menerangkan tentang penggemblengan jiwa, yang digunakan sebagai landasan, yaitu dalam surat Al Ankabut [29] ayat 69)
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (العنكبوت: 69)
Artinya, “ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.(Q. S. Al Kanbut [29]: 69)
Firman-Nya lagi,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
(النازعات:40-41)
“Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”.
b.Tentang maqam ketaqwaan, Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (الحجرات:13)
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q. S. Al Hujurat [49]:13)
Allah SWT. juga berfirman,
.......وَاتَّقُواْ اللّهَ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ( البقرة : 194)
Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (Q.S. Al Baqoroh [2] 194)
c. Tentang maqam Zuhud
“Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.”
d.Tentang maqam tawakal, menurut para sufi, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ (الطلاق : 3)
…Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…(Q. S. Ath Thalaq [ 65]:3)
قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَى مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (الزمر: 39)
Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman itu bertawakal. (Q. S. Az Zumar [39]: 39)
Tentang maqam syukur antara lain berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ ( إبراهيم : 7 )
…Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu…(Q.S. Ibrohim [14]:7)
e. Maqam sabar, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT. berikut ini.
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
(المؤمن :55)
Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuja Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Mu’min [40]:55)
..... وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (البقرة : 155 )
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(Q.S. Al-Baqarah[2]:155)
f. Maqam rida berlandaskan pada firman Allah SWT. Berikut ini.
رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ( المائدة : 119)
….Allah rela terhadap mereka, dan merekapun rela terhadapnya…(Q.S. Al-Maidah [5]:119).
g. Tentang maqam ma’rifah, antara lain Allah SWT. berfirman,
وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ وَاللّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (البقرة : 282)
Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)
فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً
(الكهف : 65)
Lalu, mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadany ilmu dari sisi Kami. (Q.S. Al-Kahfi [18]: 65).
Demikian sebagian ayat Al-Qur’an yang dijadikan landasan kaum sufi dalam melaksanakan praktik-praktik kesufiannya. Akan terlalu panjang uraiannya jika semua pengertian psikis dan moral yang diungkapkan para sufi tentang tingkatan dan keadaan, dicarikan rujukannya dalam dalam Al-Qur’an.
TASAWUF AKHLAQI
?
Taswuf akhlaki adalah taswuf yang
berkonsentrasi pada perbaikan akhlak. Dengan metode-metode tertentu yang telah
dirumuskan,tasawuf bentuk ini berkonsentrasi pada upaya-upaya menghindarkan
diri dari akhlak yang tercela (Mazmumah) sekaligus mewujudkan akhlak yang
terpuji (Mahmudah) didalam diri para sufi.
Dalam pandangan para sufi
berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tidak baik diperlukan
terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriyah. Oleh karena itu pada tahap-tahap
awal memasuki kehidupan tasawuf, seseorang diharuskan melakukan amalan dan
latihan kerohanian yang cukup berat tujuannya adalah mengusai hawa nafsu,
menekan hawa nafsu, sampai ke titik terendah dan -bila mungkin- mematikan hawa
nafsu sama sekali oleh karena itu dalam tasawuf akhlaqi mempunyai tahap sistem
pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
1. Takhalli ?
Takhalli merupakan langkah pertama
yang harus di lakukan oleh seorang sufi. Takhalli adalah usaha mengosongkan
diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah satu dari akhlak tercela yang
paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan yang
berlebihan kepada urusan duniawi.
2. Tahalli ?
Tahalli adalah upaya mengisi dan
menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, dan akhlak
terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa dari
akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama baik yang bersifat
eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar adalah
kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan
adapun yang bersifat dalam adalah seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan
kepada Tuhan
3. Tajalli ?
Untuk pemantapan dan pendalaman
materi yang telah dilalui pada fase tahalli, maka rangkaian pendidikan akhlak
selanjutnya adalah fase tajalli. Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib.
Agar hasil yang telah diperoleh jiwa dan organ-organ tubuh –yang telah terisi
dengan butir-butir mutiara akhlak dan sudah terbiasa melakukan
perbuatan-perbuatan yang luhur- tidak berkurang, maka rasa ketuhanan perlu
dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan
rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu
kepada-Nya.
Tokoh-tokoh Tasawuf Ahlaki dan
Ajarannya ?
Tasawuf Sunni (akhlaki) yaitu
tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-qur’an dan Sunnah, terikat, bersumber,
tidak keluar dari batasan-batasan keduanya, mengontrol prilaku, lintasan hati
serta pengetahuan dengan neraca keduanya. Sebagaimana ungkapan Abu Qosim
Junaidi al-Bagdadi: “Mazhab kami ini terikat dengan dasar-dasar Al-qur’an dan
Sunnah”, perkataannya lagi: “Barang siapa yang tidak hafal (memahami) Al-qur’an
dan tidak menulis (memahami) Hadits maka orang itu tidak bisa dijadikan qudwah
dalam perkara (tarbiyah tasawuf) ini, karena ilmu kita ini terikat dengan
Al-Qur’an dan Sunnah.”. Tasawuf ini diperankan oleh kaum sufi yang mu’tadil
(moderat) dalam pendapat-pendapatnya, mereka mengikat antara tasawuf mereka dan
Al-qur’an serta Sunnah dengan bentuk yang jelas. Boleh dinilai bahwa mereka
adalah orang-orang yang senantiasa menimbang tasawuf mereka dengan neraca
Syari’ah.
Tasawuf ini berawal dari zuhud,
kemudian tasawuf dan berakhir pada akhlak. Mereka adalah sebagian sufi abad
kedua, atau pertengahan abad kedua, dan setelahnya sampai abad keempat
hijriyah. Dan personal seperti Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa, al-Junaidi
al-Bagdadi, al-Qusyairi, as-Sarri as-Saqeti, al-Harowi, adalah merupakan
tokoh-tokoh sufi utama abad ini yang berjalan sesuai dengan tasawuf sunni.
Kemudian pada pertengahan abad kelima hijriyah imam Ghozali membentuknya ke
dalam format atau konsep yang sempurna, kemudian diikuti oleh pembesar syekh
Toriqoh. Akhirnya menjadi salah satu metode tarbiyah ruhiyah Ahli Sunnah wal
jamaah. Dan tasawuf tersebut menjadi sebuah ilmu yang menimpali kaidah-kaidah
praktis.
1.Junaid Al-Baghdadi
Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim
al-Junaid bin Muhammad al-Kazzaz al-nihawandi. Dia aadalah seorang putera
pedagang barang pecah belah dan keponakan Surri al-Saqti serta teman akrab dari
Haris al-Muhasibi. Dia meninggal di Baghdad pada tahun 297/910 M. dia termasuk
tokoh sufi yang luar biasa, yang teguh dalam menjalankan syari`at agama, sangat
mendalam jiwa kesufiannya. Dia adalah seorang yang sangat faqih, sering memberi
fatwa sesuia apa yang dianutnya, madzhab abu sauri: serta teman akrab imam
Syafi`i.
Kemampuan al-Junaid untuk menyapaikan ajaran agama
kepada umat diakui oleh pamannya, sekaligus gurunya, Surri al-Saqti. Hal ini
terbukti pada kepercayaan gurunya dalam memberikan amanat kepadanya untuk dapat
tampil dimuka umum.
Al-Junaid dikenal dalam sejarah
atsawuf sebagai seorang sufi yang banyak membahas tentang tauhid.
Pendapat-pendapatnya dalam masalah ini banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab
biografi para sufi, antara lain sebagaimana diriwayatkan oleh al-qusyairi:
“oang-orang yang mengesakan Allah adalah mereka yang merealisasikan keesaan-Nya
dalam arti sempurna, meyakini bahwa Dia adalah Yang Maha Esa, dia tidak beranak
dan diperanakkan. Di sini memberikan pengertian tauhid yang hakiki. Menurutnya
adalah buah dari fana` terhadap semua yang selain Allah. Dalam hal ini dia
menegaskan
2.Al-Qusyairi An-Naisabury
Dialah Imam Al-Qusyary an-Naisabury,
tokoh sufi yang hidup pada abad kelima hijriah. Tepatnya pada masa pemerintahan
Bani Saljuk. Nama lengkapnya adalah Abdul Karim al-Qusyairy, nasabnya Abdul
Karim ibn Hawazin ibn Abdul Malik ibn Thalhah ibn Muhammad. Ia lahir di Astawa
pada Bulan Rabiul Awal tahun 376 H atau 986 M.
Al-Qusyairy banyak menelaah
karya-karya al-Baqillani, dari sini ia menguasai doktrin Ahlusunnah wal Jama’ah
yang dikembangkan Abu Hasan al-Asy’ary (w.935 M) dan para pengikutnya. Karena
itu tidak mengherankan, kalau Kitab Risalatul Qusyairiyah yang merupakan karya
monumentalnya dalam bidang Tasawuf -dan sering disebut sebagai salah satu
referensi utama Tasawuf yang bercorak Sunni-, Al-Qusyairy cenderung
mengembalikan Tasawuf ke dalam landasan Ahlusunnah Wal Jama’ah. Dia juga
penentang keras doktrin-doktri aliran Mu’tazilah, Karamiyah, Mujassamah dan
Syi’ah. Karena tindakannya itu, Al-Qusyairy pernah mendekam dalam penjara
selama sebulan lebih, atas perintah Taghrul Bek, karena hasutan seorang menteri
yang beraliran Mu’tazilah yaitu Abu Nasr Muhammad ibn Mansyur al-Kunduri
3.Al-Harawi
Nama lengkapnya adalah Abu isma`il
`Abdullah bin Muhammad al-Ansari. Beliau lahir tahun 396 H. di Heart, kawasan
khurasan. Seperti dikatakan Louis Massignon, dia adalah seorang faqih dari
madzhab hambali; dan karya-karyanya di bidang tasawuf dipandang amat bermut.
Sebagai tokoh sufi pada abad kelima Hijriyah, dia mendasarkan tasawufnya di
atas doktrin Ahl al-Sunnah. Bahkan ada yang memandangnya sebagai pengasas
gerakan pembaharuan dalam tasawuf dan penentang para sufi yang terkenal dengan
ungkapan-ungkapan yang anah, seperti al-Bustami dan al-Hallaj.
Dalam kaitannya dengan masalah
ungkapan-ungkapan sufi yang aneh tersebut, al-Harwi berbicara tentang maqam
ketenangan (sakinah). Maqam ketenangan timbul dari perasaan ridha yang aneh.
Dia mengatakan: “peringkat ketiga (dari peringkat-peringkat ketenangan) adalah
ketenagan yang timbul dari perasaan ridhaatas bagian yang diterimanya.
Ketenangan tersebut bias mencegah ucapan aneh yang menyesatkan ; dan membuat
orang yang mencapainya tegak pada batas tingkatannya. “yang dimaksud dengan
ucapan dengan ucapan yang menyesatkan itu adalah seperti ungkapan-ungkapan yang
diriwayatkan dari Abu yazid dan lain-lain. Berbeda dengan al-Jinaid, Sahl
al-Tusturi dan lainnya; karena mereka ini memiliki ketenangan yang membuat
mereka tidak mengucapkan ungkapan-ungkapan yang anah. Karena itu dapat
dikatakan bahwa ungkapan-ungkapan yang aneh tersebut timbul dari ketidak
tenangan, sebab, seandainya ketenangan itu telah bersemi di kalbu, maka hal itu
akan membuatnya terhindar dari mengucapkan ungkapan-ungkapan yang menyesatkan
tersebut.
Makna Tasawuf Akhlaki (Tasawuf Sunni) ?
Tasawuf Akhlaki adalah tasawuf yang berorientasi pada
perbaikan akhlak’ mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan menuasia yang dapat
ma’rifah kepada Allah, dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskan.
Tasawuf Akhlaki, biasa disebut juga dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf
Akhlaki ini dikembangkan oleh ulama salaf as-salih.
Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadibaik dan
potensi untuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara
potensi untuk menjadi buruk adalah an-Nafs. (nafsu) yang
dibantu oleh syaithan.
Sebagaimana
digambarkan dalam al-Qur’an, surat as-Syams : 7-8 sebagai berikut :
Artinya : “Dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.
Para sufi yang mengembangkan taswuf akhlaki antara
lain : Hasan al-Basri (21 H – 110 H), al-Muhasibi (165 H – 243 H), al-Qusyairi
(376 H – 465 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470 –
561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid al-Gajali (450 H – 505 H), Ibnu Atoilah
as-Sakandari dan lain-lain.
Makna Tasawuf Falsafi ?
Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada
keterpaduan teori-teori tasawuf dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja
dikembangkan oleh para sufi yang filosof.
Ibnu Khaldun
berendapat bahwa objek utama yang menjadi perhatian tasawuf falsafi ada empat
perkara. Keempat perkara itu adalah sebagai berikut:
1. Latihan
rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
2. Iluminasi
atau hakikat yang tersingkap dari alam gaib, misalnya sifat-sifat rabbani,
‘arasy, kursi, malaikat, wahyu kenabian, ruh, hakikat realitas segala yang
wujud, yang gaib maupun yang nampak, dan susunan yang kosmos, terutama tentang
penciptanya serta penciptaannya.
3.
Peristiwa-peristiwa dalam alam maupun kosmos yang brepengaruh terhadap berbagai
bentuk kekeramatan atau keluarbiasaan.
4. Penciptaan
ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang
dalam hal ini telah melahirkan reaksi masyarakat berupa mengingkarinya,
menyetujui atau menginterpretasikannya.
Tokoh-tokoh penting yang termasuk kelompok sufi
falsafi antara lain adalah al-Hallaj (244 – 309 H/ 858 – 922 M) Ibnu’ Arabi
(560 H – 638 H) al-Jili (767 H – 805 H), Ibnu Sab’in (lahir tahun 614 H)
as-Sukhrawardi dan yang lainnya.
Makna Tasawuf ‘Irfani ?
Tasawuf ‘Irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap
hakikat kebenaran atau ma’rifah diperoleh dengan tidak melalui logika atau
pembelajaran atau pemikiran tetapi melalui pemebirian Tuhan (mauhibah). Ilmu
itu diperoleh karena si sufi berupaya melakukan tasfiyat al-Qalb. Dengan
hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batini dengan Tuhan sehingga
pengetahuan atau ma’rifah dimasukkan Allah ke dalam hatinya, hakikat kebenaran
tersingkap lewat ilham (intuisi).
Tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf ‘irfani antara
lain : Rabi’ah al-Adawiyah (96 – 185 H), Dzunnun al-Misri (180 H – 246 H),
Junaidi al-Bagdadi (W. 297 H), Abu Yazid al-Bustami (200 H – 261 H), Jalaluddin
Rumi, Ibnu ‘Arabi, Abu Bakar as-Syibli, Syaikh Abu Hasan al-Khurqani, ‘Ain
al-Qudhat al-Hamdani, Syaikh Najmuddin al-Kubra dan lain-lainnya.
Tokoh Akhlak Falsafi ?
Menurut At-taftazani,tasawuf
falsafi mulai muncul dalam khazanah islam sejak abad keenam Hijriah,meskipun
para tokohnya baru dikenal seabad kemudian.Sejak saat itu,tasawuf ini terus
hidup dan berkembang,terutama dikalangan para sufi yang juga filosof.Adanya
pemaduan antara tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf ini,dengan sendirinya
telah membuat ajaran-ajaran tasawuf ini bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat
diluar islam,seperti dari Yunani,Persia,India,dan agama Nasrani.Akan
tetapi,orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang,meskipun mempunyai
latar belakang kebudayaan dan pengetahuan yang berbeda dan beragam,seiring
dengan ekspansi Islam yang telah meluas pada waktu itu.Para tokohnya tetap
berusaha menjaga kemandirian ajaran aliran mereka,apabila dikaitkan dengan
kedudukannya sebagai Umat Islam.
Tokoh-tokoh penting yang
termasuk kelompok sufi falsafi antara lain :
1)
Ibnu’ Arabi (560 H – 638 H)
ajaran tasawufnya adalah wahdat al-wujud (kesatuan wujud).
2)
Al-Jili (767 H – 805 H) ajaran
tasawufnya adalah paham insan kamil (manusia sempurna).
3)
Ibnu Sab’in (614 - 669 H)
ajaran tasawufnya adalah paham kesatuan mutlak (wujud adalah satu alias wujud
Allah semata)
Ikhtitam
1. Taswuf Akhlaqi adalah tasawuf yang berorientasi pada
perbaikan akhlak mencari hakikat kebenaran yang mewujudkan manusia yang dapat
ma’rifah kepada allah. Tokoh-toohnya antara lain yakni hasan al-basri,
al-muhasibi, al Qursyairi dan al-ghazali
2. Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha menyikap hakikat
kebenaran atau ma’rifah yang diperoleh dengan melalui logik, pembelajaran dan
pemikiran tetapi melalui pemberian tuhan. Tokoh-tokohnya antara lain rabi’ah al
adawiyah, dzun nun al mishari.
3. Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang didasarkan kepada keterpaduan
teori-teori tasawuf dan falsafah. Tasawuf falsafi ini tentu saja dikembangkan
oleh para sufi yang filosof. Tokoh-tokohnyua ntara lain ibnu arabi,
al-jilli, abu yazid al bustami, abu mansyur al hallaj.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran." (Q. S. 2. Al-Baqarah, A. 186).
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://tasawufakhlaqi.blogspot.com
3.http://ahmadhatimi.blogspot.com
4.http://salsaakbar.blogspot.com
JAKARTA 13/4/2015
Boss apakah di dalam surat az zumar 39 itu artinya???katakanlah: Hai kaumku,bekerjalah sesuai dengan keadaanmu,sesungguhny aku akan bekerja(pula),maka kelak kamu akan mengetahui....thanks atas penjelasannya
BalasHapusAz zumar :39...og artiny???hmm
BalasHapus..hmm
Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi...itu surat apa ayat berapa?????
BalasHapusKlo tidak salah itu Hadis Qudsi
Hapus