MENGIKUTI RASUL
DAN SAHABAT ?
قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْــهِ وَسَلَّمَ وَاِنَّ هَذِهِ الْمِلََّةَ ستَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ تِثْنَانِ وَسَبْعُوْنَ فِى النَّارٍ وَوَاحِدَةُ فِى الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ (رواه أبو داود(
Maknanya: “…dan
sesungguhnya ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 diantaranya di
neraka dan hanya satu
yang di surga yaitu al-Jama’ah”. (H.R. Abu Dawud)
Muqaddimah
الم أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka
tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sungguh Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh
Dia Maha Mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankab ut : 29 / 1-3).
ASWAJA adalah kepanjangan kata dari “ Ahlussunnah
waljamaah”. Ahlussunnah berarti orang-orang yang menganut atau mengikuti sunnah
Nabi Muhammad SAW, dan waljamaah berarti mayoritas umat atau mayoritas
sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlussunnah waljamaah yaitu; “
Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas sahabat ( maa
ana alaihi wa ashhabi ), baik di dalam syariat (hukum Islam) maupun akidah dan
tasawuf”.
Istilah ahlussunnah waljamaah tidak dikenal di zaman Nabi Muhammad SAW
maupun di masa pemerintahan al-khulafa’ al-rasyidin, bahkan tidak dikenal di
zaman pemerintahan Bani Umayah ( 41 – 133 H. / 611 – 750 M. ). Istilah ini
untuk pertama kalinya di pakai pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far
al-Manshur (137-159H./754-775M) dan khalifah Harun Al-Rasyid
(170-194H/785-809M), keduanya dari dinasti Abbasiyah (750-1258). Istilah
ahlussunnah waljamaah semakin tampak ke permukaan pada zaman pemerintahan
khalifah al-Ma’mun (198-218H/813-833M).
Pada
zamannya, al-Ma’mun menjadikan
Muktazilah ( aliran yang mendasarkan ajaran Islam pada al-Qur’an dan akal)
sebagai madzhab resmi negara, dan ia memaksa para pejabat dan tokoh-tokoh agama
agar mengikuti faham ini, terutama yang berkaitan denga kemakhlukan al-qur’an.
untuk itu, ia melakukan mihnah
(inquisition), yaitu ujian akidah terhadap para pejabat dan ulama. Materi
pokok yang di ujikan adalah masalah al-quran. Bagi muktazilah, al-quran
adalah makhluk (diciptakan oleh Allah SWT), tidak qadim ( ada sejak awal
dari segala permulaan), sebab tidak ada yang qadim selain Allah SWT. Orang yang
berpendapat bahwa al-quran itu qadim berarti syirik dan syirik merupakan dosa
besar yang tak terampuni. Untuk membebaskan manusia dari syirik,
al-Ma’mun melakukan mihnah. Ada beberapa ulama yang terkena mihnah dari
al-Ma’mun, diantaranya, Imam Ahmad Ibn Hanbal ( 164-241H).
Penggunaan istilah ahlussunnah waljamaah semakin
popular setelah munculnya Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324H/873-935M) dan Abu
Manshur Al-Maturidi (w. 944 M), yang melahirkan aliran “Al-Asy’aryah dan
Al-Maturidyah” di bidang teologi. Sebagai ‘perlawanan’ terhadap aliran
muktazilah yang menjadi aliran resmi pemerintah waktu itu. Teori
Asy’ariyah lebih mendahulukan naql ( teks qu’an hadits)
daripada aql ( penalaran rasional). Dengan demikian bila dikatakan ahlussunnah
waljamaah pada waktu itu, maka yang dimaksudkan adalah penganut paham
asy’ariyah atau al-Maturidyah dibidang teologi. Dalam hubungan ini ahlussunnah
waljamaah dibedakan dari Muktazilah, Qadariyah, Syiah, Khawarij, dan
aliran-aliran lain. Dari aliran ahlussunnah waljamaah atau disebut aliran sunni
dibidang teologi kemudian juga berkembang dalam bidang lain yang menjadi cirri
khas aliran ini, baik dibidang fiqh dan tasawuf. sehingga menjadi
istilah, jika disebut akidah sunni (ahlussunnah waljamaah) yang
dimaksud adalah pengikut Asy’aryah dan Maturidyah. Atau Fiqh Sunni, yaitu
pengikut madzhab yang empat ( Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali). Yang
menggunakan rujukan alqur’an, al-hadits, ijma’ dan qiyas. Atau juga
Tasawuf Sunni, yang dimaksud adalah pengikut metode tasawuf Abu Qashim
Abdul Karim al-Qusyairi, Imam Al-Hawi, Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi.
Yang memadukan antara syari’at, hakikat dan makrifaat.
Makna Ahlus Sunnah Wal Jama’ah?
Jika
dilihat dari segi bahasa, Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah terdiri dari tiga kata :
1. Ahlun (اَهْلٌ )
artinya golongan, keluarga atau orang yang mempunyai atau orang yang menguasai,
misalnya :
- اَهْلُ الْبَيْتِ Artinya : Keluarga atau kaum kerabat
- اَهْلُ اْلاَمْرِ Artinya Orang yang mempunyai urusan atau
penguasa
2. As-Sunnah
(اَلسُّنَّةِ ) artinya meliputi : perkataan, perbuatan, ketetapan.
Secara
istilah yang dimaksud adalah apa yang datang dari Rosululloh saw. yang meliputi
perkataan ( sabda Nabi ), perbuatan Nabi ( af’al ) dan ketetapan Nabi (taqrir).
3. al-Jama’ah
(اَلْجَمَاعَةِ ) artinya kumpulan atau kelompok.
Secara
Istilah yang dimaksud Jama’ah adalah para sahabat Rosululloh saw. terutama
adalah khulafa’ur rosyidin yaitu Khalifah : Abu Bakar
as-Shidiq ra., Umar bin Khottob ra., Utsman bin ‘Affan ra., dan Ali bin Abi
Tholib ra.
Arti Ahlu
as-Sunnah wal-Jama’ah ( Ahlus Sunnah wal-Jama’ah ) secara Istilah adalah :
Kaum
atau golongan yang menganut/mengikuti serta mengamalkan ajaran agama Islam yang
murni sesuai yang diajarkan dan diamalkan oleh Rosululloh saw dan para
sahabatnya.
Menurut
Muhammad bin Muhammad bin al-Husaini az-Zabidi dalam kitabnya berjudul Ithafus
Sadah al-Muttaqin ( Sarah kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Ghozali ) mengatakan
: Yang dikatakan Ahlu as-Sunnah wal-Jama’ah ( Ahlus Sunnah
wal-Jama’ah ) adalah :
اِذَا اُطْلِقَ اَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ فَالْمُرَادُ بِهِ اَلاَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِدِيَّةُ
Artinya
adalah : Apabila di sebut Ahlu as-Sunnah wal-Jama’ah ( Ahlus Sunnah
wal-Jama’ah ) maka maksudnya adalah orang-orang yang mengikuti paham Imam
Al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi.
Pesan Nabi Muhammad saw ?
أُوْ سِيْكُمْ بِأَصْحَابِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ، وَفِيْهِ عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَأِيَّاكُمْ وَالْفُرْقة فَأِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَا حِدِ وَهُوَ مِنَ الْأِثْنَيْنِ اَبْعَدُ فَمَنْ اَرَادَ بُحْبُوْحَة الْجَنَّةَ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَة (رواه التِرْمذِيُّ وَقَال حَسَنُ صَحِيْحٌ وَصَحَّحَهُ الحَاكِمُ)
Maknanya: “Aku
berwasiat kepada kalian untuk mengikuti sahabat-sahabatku,
kemudian mengikuti orang-orang yang datang setelah mereka, kemudian mengikuti
yang datang
setelah mereka“. Dan termasuk rangkaian hadits ini: “Tetaplah bersama al-Jama’ah dan jauhi perpecahan karena syaitan akan menyertai orang yang sendiri. Dia (syaitan) dari dua orang akan lebih jauh, maka barang siapa menginginkan tempat lapang di surga hendaklah ia berpegang teguh pada (keyakinan) al-Jama’ah”. (H.R. at-Turmudzi, ia berkata hadits ini
Hasan Shahih juga hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim).
setelah mereka“. Dan termasuk rangkaian hadits ini: “Tetaplah bersama al-Jama’ah dan jauhi perpecahan karena syaitan akan menyertai orang yang sendiri. Dia (syaitan) dari dua orang akan lebih jauh, maka barang siapa menginginkan tempat lapang di surga hendaklah ia berpegang teguh pada (keyakinan) al-Jama’ah”. (H.R. at-Turmudzi, ia berkata hadits ini
Hasan Shahih juga hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim).
خَيْرُ
الْقُرُوْنِ
قَرْنِي
ثُمَّ
الَّذِيْنَ
يَلُوْنَهُمْ
ثُمَّ
الَّذِيْنَ
يَلُوْنَهُمْ
( رواه
التِرْمذِيُّ
)
Maknanya: “Sebaik-baik abad (kurun) adalah abadku kemudian abad setelah mereka kemudian abad setelah mereka”. (H.R. Tirmidzi)
Maknanya: “Sebaik-baik abad (kurun) adalah abadku kemudian abad setelah mereka kemudian abad setelah mereka”. (H.R. Tirmidzi)
Hadits 73 Golongan ?
Ada beberapa
riwayat hadits tentang firqah atau millah ( golongan atau aliran) yang kemudian
dijadikan landasan bagi firqah ahlussunnah waljamaah. Sedikitnya ada 6 riwayat
hadits tentang firqah/millah yang semuanya sanadnya dapat dijadikan hujjah
karena tidak ada yang dloif tetapi hadits shahih dan hasan. Dari hadits yang
kesimpulannya menjelaskan bahwa umat Rasulullah akan menjadi 73 firqah, semua
di neraka kecuali satu yang di surga. itulah yang disebut firqah yang
selamat الفرقة الناجية)). Dari beberpa riwayat itu ada yang secara
tegas menyebutkan; ( أهل الســنة والجمــاعة“) ahlussunnah waljamaah”. ataub
“aljamaah”. (الجماعة Tetapi yang paling banyak dengan kalimat; “ maa ana alaihi wa ashhabi” (( ماأنا عليه وأصحا .
baiklah penulis kutipkan sebagian hadits tentang firqah atau millah:.
عن
عبد الله بن عمرو قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” لبأتين على أمتي ما أتى
على بني اســــرائيل حذو النعل بالنعل حتى ان كان منهم من بأتي أمه علانية لكان في
أمتي من يصنع ذالك , وان بني اســـرائيل تفرقت على ثنتين وســبعين ملة, وتفترق
أمتي على ثلاث وســبعين ملة كلهم فى النار الا واحدة قالوا ومن هي يا رسول الله ؟
قال : ” مـــا أنا عليه وأصـــحابي”. ( الترمذي و الآجري واللا لكائي
وغيرهم. حـــسن بشــواهد كثيرة )
Artinya:
Dari Abillah Bin ‘Amr berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ Akan datang kepada
umatku sebagaimana yang terjadi kepada Bani Israil. Mereka meniru
perilakuan seseorang dengan sepadannya, walaupun diantara mereka ada yang
menggauli ibunya terang-terangan niscaya akan ada diantara umatku yang
melakukan seperti mereka. Sesungguhnya bani Israil berkelompok menjadi 72 golongan.
Dan umatku akan berkelompok menjadi 73 golongan, semua di neraka kecuali satu.
Sahabat bertanya; siapa mereka itu Rasulullah? Rasulullah menjawab: “ Apa
yang ada padaku dan sahabat-sahabatku “ ( HR. At-Tirmidzi,
Al-Ajiri, Al-lalkai. Hadits hasan )
عن أنس بن مــالك قال : قال رســول الله صــلى الله عليه وســلم : ” ان بني اســرائيل افترقت على احدى وســبعين فرقة , وان أمتي ستفترق على ثنــتين وسبعين فرقــة كلها في النار الا واحدة, وهي الجمــاعة ” ( ابن ماجه وأحمد واللا لكائي وغيرهم. هذا اســـناد جيد )
Artinysa:
Dari Anas bin Malik berkata, rasulullah SAW bersabda; “ Sesungguhnya bani
Israil akan berkelompok menjadi 71 golongan dan sesungguhnya umatku akan
berkelompok menjadi 72 golongan, semua di neraka kecuali 1 yaitu
al-jamaah”. ( HR.Ibn Majah, Ahmad, al-lakai dan
lain. Hadits sanad baik )
Siapa Ahlussunnah wal Jama’ah ?
Al-Hafizh Murtadla az-Zabidi (W. 1205
H) mengatakan:
أِذَا أَطْلِقُ أَهْلُ السُّنَّةِ وَ الْجَمَاعَةِ فَالْمُرَادُ بِهِمْ الأ شَاعِرَةِ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ إتحاف سادات المتقين، محمد الزبدي، ج. 2، ص. 6
“Jika dikatakan
Ahlussunnah wal Jama’ah, maka yang dimaksud adalah al-Asy’ariyyah dan
al-Maturidiyyah “. (al-Ithaf Sadat al-Muttaqin, Muhammad az-Zabidi , juz 2 hlm
6)
Berikut pernyataan
para ulama Ahlu Sunnah Wal Jama’ah:
وأهل الحق عبارة عن أهل السنة أشاعرة وماتريدية أو المراد بهم من كان على سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم فيشمل من كان قبل ظهور الشيخين أعني أبا الحسن الأشعري وأبا منصور الماتريدي (حاشية العدوي، علي الصعيدي العدوي، دار الفكر، بيروت، 1412 ج. 1، ص. 151)
“Dan Ahlul-Haqq
(orang-orang yang berjalan di atas kebenaran) adalah gambaran tentang
Ahlussunnah Asya’irah dan Maturidiyah, atau maksudnya mereka adalah orang-orang
yang berada di atas sunnah Rasulullah Saw., maka mencakup orang-orang yang
hidup sebelum munculnya dua orang syaikh tersebut, yaitu Abul Hasan al-Asy’ari
dan Abu Manshur al-Maturidi” (Hasyiyah Al-‘Adwi, Ali Ash-Sha’idi Al-‘Adwi, Dar
El-Fikr, Beirut, 1412, juz 1, hal. 105).
والمراد بالعلماء هم أهل السنة والجماعة وهم أتباع أبي الحسن الأشعري وأبي منصور الماتريدي رضي الله عنهما (حاشية الطحطاوي على مراقي الفلاح، أحمد الطحطاوي الحنفي، مكتبة البابي الحلبي، مصر، 1318، ج. 1، ص. 4)
“Dan yang dimaksud
dengan ulama adalah Ahlussunnah Wal-Jama’ah, dan mereka adalah para pengikut
Abul Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi radhiyallaahu ‘anhumaa
(semoga Allah ridha kepada keduanya)” (Hasyiyah At-Thahthawi ‘ala Maraqi
al-Falah, Ahmad At-Thahthawi al-Hanafi, Maktabah al-Babi al-Halabi, Mesir,
1318, juz 1, hal. 4).
وأما حكمه على الإطلاق وهو الوجوب فمجمع عليه في جميع الملل وواضعه أبو الحسن الأشعري وإليه تنسب أهل السنة حتى لقبوا بالأشاعرة (الفواكه الدواني، أحمد النفراوي المالكي، دار الفكر، بيروت، 1415، ج: 1 ص: 38)
“Adapun hukumnya
(mempelajari ilmu aqidah) secara umum adalah wajib, maka telah disepakati ulama
pada semua ajaran. Dan penyusunnya adalah Abul Hasan Al-Asy’ari, kepadanyalah
dinisbatkan (nama) Ahlussunnah sehingga dijuluki dengan Asya’irah (pengikut
faham Abul Hasan al-Asy’ari)” (Al-Fawakih ad-Duwani, Ahmad an-Nafrawi
al-Maliki, Dar el-Fikr, Beirut, 1415, juz 1, hal. 38).
Pengertian Thaifah Manshurah yang sering diucapkan oleh para da’i diambil dari perkataan Nabi Muhammad saw. :
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ. لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ. حَتَّىٰ يَأْتِيَ أَمْرُ اللّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
”Akan ada sekelompok orang dari umatku yang selalu menyeru diatas kebenaran, orang yang menghinakan mereka tidak akan memadharatkan mereka, sampai datang keputusan Allah sedang mereka masih dalam keadaan seperti itu”.( H.R. Muslim)
Istilah Jama’ah Muslimah diambil dari sabda Nabi Muhammad saw. mengenai keadaan Jama’ah Muslimah yang berbunyi:
مَنْ فَارَقَ الجَماعَةَ قِيدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الإسْلاَمِ مِنْ عُنْقِهِ
“Barangsiapa memisahkan diri dari Jama’ah walaupun sejengkal, maka lepaslah dari lehernya ikatan Islam”.( H.R. Turmudzi, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban. Bukhari, Muslim, dan Ahmad meriwayatkan dengan makna hadits yang sama)
Pengertian Thaifah Manshurah yang sering diucapkan oleh para da’i diambil dari perkataan Nabi Muhammad saw. :
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ. لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ. حَتَّىٰ يَأْتِيَ أَمْرُ اللّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
”Akan ada sekelompok orang dari umatku yang selalu menyeru diatas kebenaran, orang yang menghinakan mereka tidak akan memadharatkan mereka, sampai datang keputusan Allah sedang mereka masih dalam keadaan seperti itu”.( H.R. Muslim)
Istilah Jama’ah Muslimah diambil dari sabda Nabi Muhammad saw. mengenai keadaan Jama’ah Muslimah yang berbunyi:
مَنْ فَارَقَ الجَماعَةَ قِيدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ الإسْلاَمِ مِنْ عُنْقِهِ
“Barangsiapa memisahkan diri dari Jama’ah walaupun sejengkal, maka lepaslah dari lehernya ikatan Islam”.( H.R. Turmudzi, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban. Bukhari, Muslim, dan Ahmad meriwayatkan dengan makna hadits yang sama)
Ahlussunnah Waljamaah versi KH. Hasyim Asy’ari
KH. Hasyim Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama’
memberikan tashawur (gambaran) tentang ahlussunnah waljamaah
sebagaimana ditegaskan dalam al-qanun al-asasi, bahwa faham ahlussunnah
waljamaah versi Nahdlatul Ulama’ yaitu
mengikuti Abu Hasan al-asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi secara teologis,
mengikuti salah satu empat madzhab fiqh ( Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali)
secara fiqhiyah, dan bertashawuf sebagaimana yang difahami oleh Imam al-Ghazali
atau Imam Junaid al-Baghdadi.
Penjelasan
KH. Hasyim Asy’ari tentang ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul Ulama’ dapat
difahami sebagai berikut:
1.
Penjelasan aswaja KH Hasyim Asy’ari, jangan dilihat dari pandangan ta’rif
menurut ilmu Manthiq yang harus jami’ wa mani’ (جامع مانع) tapi itu merupakan gambaran (تصــور) yang akan
lebih mudah kepada masyarakat
untuk bisa mendaptkan pembenaran dan
pemahaman secara jelas ( تصــد يق). Karena secara definitif tentang
ahlussunnah waljamaah para ulama berbeda secara redaksional tapi muaranya sama
yaitu maa ana alaihi wa ashabii.
2.
Penjelasan aswaja versi KH. Hasyim Asy’ari, merupakan implimentasi dari sejarah
berdirinya kelompok ahlussunnah waljamaah sejak masa pemerintahan
Abbasiyah yang kemudian terakumulasi menjadi firqah yang berteologi Asy’ariyah
dan Maturidiyah, berfiqh madzhab yang empat dan bertashuwf al-Ghazali dan Junai
al-Baghdadi
3.
Merupakan “Perlawanan” terhadap gerakan ‘wahabiyah’ (islam modernis) di
Indonesia waktu itu yang mengumandangkan konsep kembali kepada al-quran dan
as-sunnah, dalam arti anti madzhab, anti taqlid, dan anti TBC. (
tahayyul, bid’ah dan khurafaat). Sehingga dari penjelasan aswaja versi NU dapat
difahami bahwa untuk memahami al-qur’an dan As-sunnah perlu penafsiran para
Ulama yang memang ahlinya. Karena sedikit sekali kaum m uslimin mampu
berijtihad, bahkan kebanyakan mereka itu muqallid atau muttabi’ baik
mengakui atau tidak.
Ciri Khas Ummat yang Selamat ?
Pertama; aqidah
salafush shalih adalah satu-satunya cara untuk mencegah berbagai perselisihan
dan timbulnya golongan-golongan, menyatukan
barisan kaum muslimin pada umumnya dan ulama serta para juru dakwah pada
khususnya. Karena aqidah yang benar itu merupakan wahyu Allah Ta’ala dan
petunjuk Nabi-Nya SAW, serta jalan yang ditempuh oleh generasi pertama yaitu
pada Sahabat yang muliah. Perkumpulan apapun yang berlandaskan kepada selain
aqidah yang benar ini maka akan berakhir pada perpecahan, pertentangan kaum
Muslimin sebagaimana yang kita saksikan saat ini. Allah Ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa menentang Rasul sesudah
jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang
mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu
dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, Jahannam itu seburuk-buruknya tempat
kembali.” (An-Nisaa’: 115).
Kedua: aqidah
Salafush Shalih adalah menyatukan dan
menguatkan barisan kaum muslimin, serta memperkokoh persatuan mereka di atas
kebenaran, karena aqidah tersebut sebagai respon atas Allah Ta’ala dalam
firman-Nya, “Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Ali
Imran: 103).
Ketiga: aqidah
Salafush Shalih menghubungkan seorang
Muslim secara langsung dengan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya SAW dengan
kecintaan dan pengagungan keduanya serta tidak mendahului Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya SAW (dalam menetapkan suatu hukum). Yang demikian itu, karena aqidah
Salaf sumber hukumnya adalah firman Allah dan Sabda Rasul-Nya, jauh dari
permainan hawa nafsu dan syubhat serta bersih dari pengaruh-pengaruh luar; baik
itu filsafat, ilmu kalam maupun rasionalisme. Jadi sumber aqidah Ahlus Sunnah
wal Jama’ah tiada lain kecuali al-Qur-an dan as-Sunnah.
Keempat:
Sesungguhnya aqidah salafush shalih
mudah, praktis dan jelas; tidak ada kesamaran dan kesukaran di dalamnya,
tidak bertele-tele. Orang yang beraqidah semacam ini akan senang hatinya,
tenang jiwanya, jauh dari kebimbangan, prasangka, was-was bisikan syaitan dan
hatinya sejuk, karena ia berjalan di atas petunjuk Nabi SAW ummat ini dan para
Sahabat r.a. yang mulia. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang kepada
Allah dan Rasul-Nya kemudiaan mereka tidak ragu-ragu dan mereke berjihad dengan
harga dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang yang benar.”
(Al-Hujaraat: 15)
Kelima: aqidah
Salafush Shalih merupakan faktor yang
paling agung untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan
mendapatkan keridhaan-Nya.
Ikhtitam
Bisa
disimpulkan dari seluruh penjelasan di atas bahwa Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah para sahabat, tabi’in dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik dari para ulama Ahli Ijtihad dan Ahli Hadits
yang berjalan di atas Al-Qur’an dan Sunnah dan siapa saja yang mengikuti
mereka dalam hal tersebut sampai hari kiamat. Wal Ilmu ‘Indallah .
Sumber:1.http://www.muslimdaily.net
2.http://www.sarkub.com
3.https://nurannabawiy.wordpress.com
4.http://madawis.blogspot.com
JAKARTA 6/4/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar