NABI MUHAMMAD MANUSIA
YANG MULIA ?
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku.” [Al-Kahfi; 110].
Muqaddimah
Banyak nash
baik Al Quran maupun Hadits yang menjelaskan kepada kita tentang keagungan dan
kesempurnaan akhlak Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sebagaimana firman Allah (artinya), “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Orang yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya. Dan orang yang paling baik (akhlaknya) diantara kalian adalah orang
yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada
istriku (HR. Tirmidzi, shahih)
Demi Allah,
aku telah berkhidmat kepada beliau selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah
berkata untuk sesuatu yang aku lakukan, “Mengapa kamu melakukan ini?” Beliau
tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan, “Mengapa kamu
tinggalkan ini?” (HR. Muslim).
Karakter Muhammad saw ?
Selain memiliki akhlak yang agung dan utama, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam juga memiliki fisik yang rupawan. Anas bin Malik berkata,
“Beliau adalah orang yang paling dermawan, paling tampan, dan paling
pemberani.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sifat fisik dan perawakan
beliau adalah penampilan yang sempurna. Semua ciri-ciri ketampanan berkumpul
dalam fisik beliau. Hal itu menunjukkan kesempurnaan beliau”.(Syarah Syamail
an-Nabi oleh Syaikh Abdurrazzaq al-Abbad, Hal. 19).
Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata,
“Rasulullah (perawakannya) tidak terlalu tinggi, juga tidak pendek, tidak putih
sekali (kulitnya) juga tidak kecoklatan. Beliau rambutnya tidak keriting pekat,
juga tidak lurus menjurai. Allah Ta’ala mengutusnya pada usia empat
puluh. Beliau tinggal di Mekah selama sepuluh tahun dan di Madinah selama tiga
belas tahun. Allah Ta’ala mewafatkannya pada usia enam puluh tahunan,
dan uban beliau tidak mencapai dua puluh helai, baik di kepala ataupun jenggot
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Bukhari dan Muslim).
Anas juga mengatakan, “Aku tidak pernah memegang dibaj
(satu jenis sutra) yang lebih lembut dari tangan Rasulullah.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Artinya, telapak tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sangat lembut, lebih lembut dari sutra.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu dia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat wangi kulitnya
dan keringatnya bagaikan kilau mutiara. Apabila beliau berjalan, maka
langkahnya terayun tegap. Sutera yang pernah aku sentuh tidak ada yang lebih
halus daripada telapak tangannya. Minyak misk dan minyak ambar yang pernah aku
cium, tidak ada yang melebihi wanginya tubuh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mengenal Nabi ?
Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan,
“Termasuk faktor yang bisa meningkatkan dan mendatangkan keimanan ialah
mengenal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan budi pekertinya yang
luhur serta sifat-sifat fisiknya yang sempurna. Orang yang benar-benar mengenal
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia tidak merasa ragu terhadap
kejujuran beliau dan kebenaran risalah yang beliau bawa yaitu Al Quran dan
Sunnah, serta agama yang benar, sesuai firman Allah Ta’ala, (artinya) “Ataukah
mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?” (QS.
Al-Mukminun:69).
Maksudnya, dengan mengenal beliau akan melahirkan
semangat untuk segera mengimaninya (bagi orang yang belum beriman) dan
meningkatkan keimanan (bagi orang yang telah beriman kepada beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam).
Syaikh as-Sa’di melanjutkan, bahwa orang yang munshif
(moderat), yang tidak mempunyai keinginan kecuali mengikuti kebenaran, hanya
dengan sekedar melihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mendengarkan tutur katanya, akan segera beriman kepada beliau dan tidak ragu
terhadap risalahnya. Banyak orang yang hanya sekedar menyaksikan wajah beliau
menjadi yakin bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pendusta (Asbab
Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi, Hal. 34-35).
Akhlak Nabi ?
"Sesungguhnya kamu dapati suri
tauladan yang sebaik-baiknya dalam Pribadi Rasulullah, bagi orang-orang yang
mengharapkan bertemu dengan Allah dan hari kiamat dan yang banyak-banyak
mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab : 21)
Setelah Nabi wafat, seketika itu pula kota Madinah
bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul
Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang
arab badui menemui Umar dan dia meminta, "ceritakan padaku akhlak
Muhammad". Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup
berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah
ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup
menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali
bin Abi Thalib.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan
seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat
setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan
berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata
berkata, "ceritakan padaku keindahan dunia ini!." Badui ini
menjawab, "bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan
dunia ini..." Ali menjawab, "engkau tak sanggup menceritakan
keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil
dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak
Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi
pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)"
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi
yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab,
khuluquhu al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur'an). Seakan-akan Aisyah
ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Al-Qur'an berjalan. Badui ini tidak
puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat
ke seluruh kandungan Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk
membaca dan menyimak QS Al-Mu'minun[23]: 1-11.Bagi para sahabat,
masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau
mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah
jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling
mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan
dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.
|
Amalan Keseharian Nabi ?
1.Makan dan Minum dalam Keadaan
Duduk
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah sekali-kali salah
seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya
dia muntahkan.” (HR. Muslim no. 2026),
“Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?” Anas
menjawab, “Itu lebih parah dan lebih jelek.” (HR. Muslim no. 2024).
2.Menyambung Silaturrahmi (Kepada
kerabat, teman, tetangga, dst)
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Barang
siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya,
maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih
Muslim No.4638)
Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Tidak ada dosa yang Allah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini
di samping adzab yang telah Dia sediakan untuknya di akhirat daripada berlaku
Dzalim dan Memutuskan Silaturrahmi". (al-Adab al-Mufrad, No. 29)
3.Memenuhi Undangan dan Menjenguk
orang Sakit
Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila seorang di antara
kamu diundang untuk menghadiri pesta perkawinan, maka hendaklah ia
menghadirinya. (Shahih Muslim No.2574)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Ada lima kewajiban bagi
seorang muslim terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang
yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah.
(Shahih Muslim No.4022)
4.Shalat Tahajjud.
Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah oleh
kalian shalat malam, karena hal itu merupakan
kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, pendekatan diri kepada Allah Ta`ala,
pencegah dari dosa, penghapus segala kesalahan, dan penolak penyakit dari
tubuh.”
Beliau SAW juga bersabda, “Dua rakaat
di tengah malam yang dilakukan oleh seorang anak Adam lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dan
jika saja tidak memberatkan umatku, niscaya aku mewajibkan dua rakaat shalat
malam tersebut kepada mereka.”
5.Membaca Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman: Kitab (Alquran)
ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (QS
Al-Baqarah [2]: 2).
6.Shalat Berjama'ah di
Masjid
Rasulullah Saw pernah bersabda,
sesungguhnya Shalat Subuh dan dan Sholat Isya’ secara berjamaah di masjid
sangat sulit dikerjakan oleh orang-orang yang munafik. Maukah gelar ini melekat
pada diri kita? Tentu tidak. Maka marilah kita bangun pagi untuk melaksanakan
perintah Allah. Allah SWT akan mengubah apa yang terjadi di muka bumi ini dari
kegelapan menjadi keadilan, dari kerusakan menuju kebaikan. Semua itu terjadi
pada waktu yang mulia, ialah waktu Subuh.
7.Shalat Dhuha
Dari Abu Dzarr Ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap pagi, pada ruas tulang kalian
terdapat sedekah,
setiap ucapan tasbih (SUBHANALLAH)
adalah sedekah,
setiap ucapan tahmid (ALHAMDULILLAH)
adalah sedekah,
setiap ucapan tahlil (LAA ILAHA
ILLALLAH) adalah sedekah,
setiap ucapan takbir (ALLAHU AKBAR)
adalah sedekah,
memerintah kebaikan adalah sedekah,
mencegah perkara mungkar adalah
sedekah,
dan dua raka’at yang dikerjakan
seseorang dalam Shalat Dhuha telah mencakup semuanya.”
(HR.Muslim)
8.Sedekah (setiap hari)
Allah SWT. berfirman:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Baqarah [2]: 261).
9.Bershalawat ke atas
Nabi SAW
Ubay bin Ka’ab bertanya kepada
Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, berapa banyak saya harus mengucapkan
shalawat untukmu?” Rasulullah menjawab, “Sesukamu.” Lalu Ubay bertanya lagi,
“Apakah seperempat atau dua pertiga?” Rasulullah menjawab, “Sekehendakmu. Dan
jika engkau tambahkan, maka itu lebih baik.” Jadi, makin banyak kita
bershalawat kepada Nabi, maka akan semakin bagus. Ini adalah jaminan dari Rasulullah
Saw. Lalu Ubay kemudian bertanya lagi, “Apakah shalawatku untukmu seluruhnya?”
Rasulullah Saw menjawab, “Karena itu, dosamu akan diampuni, dan kesedihanmu
akan dihilangkan.
Shalawat kepada Nabi Muhammad
menjanjikan pahala yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda, "Barang
siapa bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya 10
kali" (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu
Dawud, Nasa'i dan Ahmad)
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2. http://buletin.muslim.or.id
JAKARTA 26/4/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar