AJARAN TASAWUF DALAM ISLAM ?
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (التحريم : 8)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengan dia, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mengatakan, “ Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”. (Q. S. At Tahrim [66] :8).
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
(المؤمن :55)
Maka bersabarlah kamu karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuja Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. (Q.S. Mu’min [40]:55)
رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ( المائدة : 119)
….Allah rela terhadap mereka, dan merekapun rela terhadapnya…(Q.S. Al-Maidah [5]:119).
Tokoh Sufi dan Ajarannya ?
كُنْتُ كَنْزًا مَخْفِيًا فَأَحْبَبْتُ أَنْ أُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَبِي عَرَفُوْنِي
Artinya:
“Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar mereka mengenalKu”.
1. Hasan Al-Bashri
Hasan
al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’
dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di
Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun sesudah
perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal
tahun 110 H. setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian disana
karena keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah
terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi yang
dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu. Gerakan itulah yang menyebabkan
Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan
kehidupan sufi di bashrah. Diantara
ajarannya yang terpenting adalah zuhud serta khauf dan raja’.
2.
Rabiah Al-Adawiyah
Nama
lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah,
juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah
karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Dia adalah seorang zahidah,
zahid perempuan yang dapat menghiasi lembaran sejarah sufi dalam abad kedua
hijriah. Dia termasyhur karena mengemukakan dan membawa versi baru dalam hidup
keruhanian, dimana tingkat zuhud yang diciptakan Hasan al-Bashri yang bersifat
khauf dan raja’ itu dinaikkan oleh Rabi’ah ke tingkat zuhud yang bersifat hub (cinta) karena yang suci murni
tidak mengharapkan apa-apa.
Cinta
kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia
membagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada Allah
telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia ditanyai
tentang cintanya kepada Rasulullah SAW, ia menjawab: “Sebenarnya aku sangat
mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada al-Khaliq telah melupakanku untuk
mencintai siapa saja selain Dia”. Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi
melalui syair berikut ini: “Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna
segalanya selain Dia, Karena kekasih, sirna rasa benci dan murka”.
3. Al-Ghazali
Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad
ibn al-Ghazali. Karena kedudukan tingginya dalam Islam, dia diberi gelar Hujjatul
Islam. Ayahnya, menurut sebagian penulis biografi, bekerja sebagai
pemintal wol. Dari itulah, tokoh sufi yang satu ini terkenal dengan al-Ghazzali
(yang pemintal wol), sekalipun dia terkenal pula dengan al-Ghazali, sebagaimana
diriwayatkan al-Sam’ani dalam karyanya, al-Ansab, yang dinisbatkan pada
suatu kawasan yang disebut Ghazalah. Al-Ghazali lahir di Thus, kawasan
Khurasan, tahun 1059 M. Ia pernah belajar kepada Imam al-Haramain al-Juwaini,
seorang guru besar di Madrasah al-Nizamiah Nisyafur. Setelah mempelajari ilmu
agama, al-Ghazali mempelajari teologi, pengetaauan alam, filsafat dan
lain-lain, tetapi akhirnya ia memilih tasawuf sebagai jalan hidupnya. Setelah
bertahun-tahun menggembara sebagai sufi, ia kembali ke Tus di tahun 1105 M dan
meninngal di sana tahun 1111 M.
Di bidang tasawuf, karya-karya Al-Ghazali cukup
banyak, yang paling penting adalah Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dalam karyanya
tersebut, dia menguraikan secara terinci pendapatnya tentang tasawuf, serta menghubungkannya dengan fiqh maupun
moral agama. Juga karya-karya lainnya, al-Munqidz min al-Dhalal,
dimana ia menguraikan secara menarik kehidupan rohaniahnya, Minhaj
al-‘Abidin, Kimia’ al-Sa’adah, Misykat al-Anwar dan sebagainya.
4.
Al-Qusyairi
Naman lengkap
Al-Qusyairi adalah Abdul karim ibnu Hawazin Al-Qusyairi. lahir pada tahun 376 H
di IStiwa, kawasan Nishafur yang merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan
pada masanya. Al-Qusyairi meninggal pada 16 Rabi’ul Akhir 465 H. Ia terkenal
karena menulis sebuah risalah mengenai ilmu tasawuf, yang biasa disebut orang
“Risalah Qusyairiyah” yang tebalnya hampir 200 halaman. Sebuah syarahnya, yang
merupakan uraian dan keterangan yang lebih lanjut tentang risalah itu ditulis
oleh Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari, dengan nama “Ihsanul Dilalah fi syarah
risalah”
Qusyairi
menguraikan dalam kitabnya itu persoalan-persoalan mengenai I’tikad sufi,
terutama dalam membahas pokok-pokok keyakinan tauhid dalam Islam. Dalam
karangannya itu, dimuat juga tidak kurang dari 80 nama guru-guru sufi yang
terkenal dan berijazah. Dalam ia mengupas istilah-istilah sufi, banyak ia
berbicara tentang kesukaran-kesukaran yang dihadapi murid-murid, seprti
mengenai waktu riyadhah, mengenai makan, mengenai ihwal, wujud dan wujudan dan
lain-lainya. Dengan panjang lebar diuraikannya tentang pengertian mujahadah,
khalwat, wzlah, muraqabah, sabar, syukur, khauf, raja, dan sifat-sifat lain
yang diperlukan keterangannya agak mendalam oleh orang-orang suluk.
Ajaran-Ajaran Tasawufnya
Jika dikaji
secara mendalam, karya al-Qusyairi yaitu risalah al-qusyairiyyah, akan tampak
jelas bagaimana al-qusyairi cenderung
mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin ahlusunnas, sebagaimana
perkataannya:
“ketahuilah!
para tokoh aliran ini (maksudnya pra sufi) membina
prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar. Sehingga doktrin
mereka terpelihara dari penyimpangan. Selain itu, mereka lebih dekat dengan
tauhid kaum salaf maupun ahlusunnah, yang tak tertandingi dan mengenal macet.”
Selain itu,
al-qusyairi pun mengecam keras para sufi pada masanya yang gemar mempergunakan
pakaian orang-orang miskin, sedangkan tindakan mereka bertentangan dengan
pakaian mereka. ia menekankan bahwa kesehatan bathin, dengan berpegang teguh
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, lebih penting dibandingkan pakaian lahirriyah.
karena itu
pula, Al-Qusyairi menyatakan bahwa ia menulis risalahnya karena dorongan
perasaan sedihnya ketika ia melihat hal-hal yang menimpa jalan tasawuf. ia
tidak bermaksud menjelek-jelekkan salah seorang dari kelompok tersebu, dengan
mendasarkan diri dengan penyimpangan sebagian penyerunya. Risalahnya itu
menurutnya, hanay sekedar “pengobat keluhan” atas apa yang menimpa tasawuf pada
masanya. dari uraian ini, tampak jelas bahwa
pengembalian arah tasawuf, menurut Al-Qusyairi, dapat dilakukan dengan merujuknya
pada doktrin ahlus sunnah wal-jama’ah, yaitu dengan mengikuti para sufi
sunni abad ketiga dan keempat Hijriyah sebagaimana di riwayatkan dalam
Ar-Risalah.
BERSAMBUNG...
19/4/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar