SALING MENGENAL ANTAR
SESAMA ?
Al-Qur’an
surat Al-Hujuraat ayat13 :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Muqaddimah
United we stand devided we
fall, bersatu kita
teguh bercerai kita runtuh, الجماعة رحمة والفرق عذابungkapan tersebut menggambarkan
betapa pentingnya persatuan dan kesatuan. Karena tidak ada kemenangan tanpa
kekuatan, dan tidak ada kekuatan tanpa persatuan dan persatuan. Demikian
menurut almarhum panglima besar jenderal Sudirman.
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
”Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai…” (QS Ali Imran ayat 103)
Allah
mengancam bahwa segala bentuk persahabatan, persekutuan, koalisi, pertemanan,
perkoncoan, aliansi, kemitraan akan berakibat kepada saling bermusuhan kelak di
hari berbangkit, kecuali bila menjalin persahabatan yang berlandaskan taqwa
kepada Allah semata. Mereka yang menjalin hubungan semata berlandaskan taqwa
kepada Allah akan akrab di dunia dan tetap akrab di akhirat.
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
”Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf ayat 67)
Disamping
itu umat Islam secara keseluruhan harus mampu
mentransformasikan nilai-nilai Islam kedalam kehidupan
bermasyarakat sehingga mereka mampu memecahkan problem-problem
aktual yg dihadapi oleh rakyat bangsa dan negara.
mentransformasikan nilai-nilai Islam kedalam kehidupan
bermasyarakat sehingga mereka mampu memecahkan problem-problem
aktual yg dihadapi oleh rakyat bangsa dan negara.
Terakhir
sesama umat Islam harus mampu menjaga ukhuwah Islamiyah
diantara mereka serta menjaga hubungan baik diantara sesama muslim
dan jagan memandang adanya perbedaan golongan ataupun partai.
diantara mereka serta menjaga hubungan baik diantara sesama muslim
dan jagan memandang adanya perbedaan golongan ataupun partai.
Selama
perjuangan kita itu disertai dgn niat yg ikhlas
berdasarkan iman dan taqwa maka tidak ada perbedaan yg dapat
memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam Indonesia.
Persatuan umat Islam adl modal pokok bagi persatuan dan kesatuan
bangsa ini. Selama ini sejarah telah berbicara bahwa umat Islam
senantiasa berdiri di barisan paling depan dalam menciptakan
memelihara dan memperkuat persatuan bangsa.
berdasarkan iman dan taqwa maka tidak ada perbedaan yg dapat
memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam Indonesia.
Persatuan umat Islam adl modal pokok bagi persatuan dan kesatuan
bangsa ini. Selama ini sejarah telah berbicara bahwa umat Islam
senantiasa berdiri di barisan paling depan dalam menciptakan
memelihara dan memperkuat persatuan bangsa.
Kita Bangsa Indonesia ?
Sungguh keliru jika menganggap
Muhammadiyah tak memiliki sense of nationalism. Muhammadiyah lahir 33 tahun
sebelum negeri ini terbentuk. Sejak berdiri pada 18 November 1912, Muhammadiyah
sudah mengusung visi persatuan bagi kaum bumiputra.
Selama 33 tahun, jauh sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah sudah turut andil menggagas konsep persatuan bangsa yang merdeka dan bermartabat. Bahkan, sejak tahun 1925, organisasi ini telah mengenalkan istilah ”Indonesia” untuk mengganti nama ”Hindia-Belanda.” Tetapi memang di kalangan warga Muhammadiyah sendiri muncul fenomena ahistoris terhadap sejarahnya sendiri, sehingga seakan-akan organisasi ini tampak independen, tak bersentuhan langsung dengan proses membangun nasionalisme keindonesiaan.
Memasukiperiodekepemimpinan KH Mas Mansur (1938–1940), Muhammadiyah melakukan langkah- langkah strategis yang cukup mendukung bagi proses pembentukan nasionalisme keindonesiaan. KH Mas Mansur tegas menentang kebijakan Ordonansi Guru dan pencatatan perkawinan oleh pemerintah Belanda. Pada 1937, lewat kongres XXVI,Muhammadiyah mencanangkan program perbaikan ekonomi bagi kaum bu-miputra. Lewat kebijakan ini,KH Mas Mansur menghendaki agar bangsa Indonesia kuat dan mandiri secara ekonomi.
Di bawah kepemimpinan KH Mas Mansur pula,Muhammadiyah menentang kebijakan Ordonansi Sidang dan mengganti semua istilah Hindia-Belanda dengan bahasa Indonesia (Melayu).Pada kongres XXVIII di Medan (1939),sekitar 11 tahun pasca-Sumpah Pemuda (1928), Muhammadiyah mendukung gerakan kebangkitan nasional yang dipelopori kaum muda di Tanah Air dalam menggunakan bahasa nasional.
Selama 33 tahun, jauh sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah sudah turut andil menggagas konsep persatuan bangsa yang merdeka dan bermartabat. Bahkan, sejak tahun 1925, organisasi ini telah mengenalkan istilah ”Indonesia” untuk mengganti nama ”Hindia-Belanda.” Tetapi memang di kalangan warga Muhammadiyah sendiri muncul fenomena ahistoris terhadap sejarahnya sendiri, sehingga seakan-akan organisasi ini tampak independen, tak bersentuhan langsung dengan proses membangun nasionalisme keindonesiaan.
Memasukiperiodekepemimpinan KH Mas Mansur (1938–1940), Muhammadiyah melakukan langkah- langkah strategis yang cukup mendukung bagi proses pembentukan nasionalisme keindonesiaan. KH Mas Mansur tegas menentang kebijakan Ordonansi Guru dan pencatatan perkawinan oleh pemerintah Belanda. Pada 1937, lewat kongres XXVI,Muhammadiyah mencanangkan program perbaikan ekonomi bagi kaum bu-miputra. Lewat kebijakan ini,KH Mas Mansur menghendaki agar bangsa Indonesia kuat dan mandiri secara ekonomi.
Di bawah kepemimpinan KH Mas Mansur pula,Muhammadiyah menentang kebijakan Ordonansi Sidang dan mengganti semua istilah Hindia-Belanda dengan bahasa Indonesia (Melayu).Pada kongres XXVIII di Medan (1939),sekitar 11 tahun pasca-Sumpah Pemuda (1928), Muhammadiyah mendukung gerakan kebangkitan nasional yang dipelopori kaum muda di Tanah Air dalam menggunakan bahasa nasional.
Konsep Ukhuwah ?
Dalam pengertian
luas, ukhuwwah memberikan cakupan arti suatu sikap yang mencerminkan rasa
persaudaraan, kerukunan, persatuan dan solidaritas, yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain atau suatu kelompok pada kelompok lain, dalam
interaksi sosial (muamalah ijtimaiyah).
Timbulnya
sikap ukhuwwah dalam kehidupan masyarakat disebabkan adanya dua hal, yaitu:
a. Adanya persamaan, baik dalam masalah keyakinan/agama, wawasan, pengalaman, kepentingan, tempat tinggal maupun cita-cita.
b. Adanya kebutuhan yang dirasakan hanya dapat dicapai dengan melalui kerjasama dan gotong royong serta persatuan.
a. Adanya persamaan, baik dalam masalah keyakinan/agama, wawasan, pengalaman, kepentingan, tempat tinggal maupun cita-cita.
b. Adanya kebutuhan yang dirasakan hanya dapat dicapai dengan melalui kerjasama dan gotong royong serta persatuan.
Ukhuwwah
(persaudaraan atau persatuan ) menuntut beberapa sikap dasar, yang akan
mempengaruhi kelangsungannya dalam realita kehodupan sosial. Sikap-sikap dasar
tersebut adalah :
a. Saling mengenal (ta’aruf)
b. Saling menghargai dan menenggang (tasamuh)
c. Saling menolong (ta'awun)
d. Saling mendukung (tadlomum)
e. Saling menyayangi (tarahum)
a. Saling mengenal (ta’aruf)
b. Saling menghargai dan menenggang (tasamuh)
c. Saling menolong (ta'awun)
d. Saling mendukung (tadlomum)
e. Saling menyayangi (tarahum)
Ukhuwwah
islamiyah dan persatuan nasioanal merupakan dua sikap yang saling membutuhkan
dan saling mendukung keduanya harus diupayakan keberadaannya secara serentak,
dan tidak dipertentangkan antara satudengan yang lain.
Hubungan
persaudaraan Islam dan persatuan nasional adalah:
a. Akomodatif, dalam arti ada kesediaan untuk saling memahami pendapat, aspirasi dan kepentingan satu dengan yang lain
b. Selektif, dalam arti ada sikap kritis untuk menganalisis dan memilih yang terbaik dan yang ashlah (lebi memberi maslahat) serta anfa’ (lebih memberi manfaat) dari beberapa alternative yanga ada
c. Integratif, dalam arti ada kesedihan untuk menyesuaikan dan menyelenggarakan berbagai macam kepentingan dan aspirasi tersebut secara benar, adil dan proposional
a. Akomodatif, dalam arti ada kesediaan untuk saling memahami pendapat, aspirasi dan kepentingan satu dengan yang lain
b. Selektif, dalam arti ada sikap kritis untuk menganalisis dan memilih yang terbaik dan yang ashlah (lebi memberi maslahat) serta anfa’ (lebih memberi manfaat) dari beberapa alternative yanga ada
c. Integratif, dalam arti ada kesedihan untuk menyesuaikan dan menyelenggarakan berbagai macam kepentingan dan aspirasi tersebut secara benar, adil dan proposional
Ukhuwwah
islamiyah dan persatuan nasional merupakan landasan dan modal dasar bagi
terwujudnya hubungan kemanusiaan yang universal.
1.Saling tidak
meng0lok-olok.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai
orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS. 49: 11)
2.Tidak fanatik
golongan.
Rasululah
SAW bersabda :
ليس
منا من دعا على عصبيته وليس منا من مات على عصبيته
Bukan
golongan kita, orang yang membangga-banggakan kesukuan dan bukan golongan kita
orang yang mati karena membela, mempertahankan dan memperjuangkan kesukuan.
3. Jaga persatuan umat.
Allah SWT
mengisyaratkan agar saya, saudara dan kita semua memperkokoh persatuan dan
kesatuan dan melarang untuk bercerai berai. Ini terangkai dalam surat Ali Imron
ayat 103 :
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ
فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ
تَهْتَدُونَ
Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu,
agar kamu mendapat petunjuk.”
4.Ikhlas beragama dalam hidup ini.
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ
عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ
“Tidaklah
termasuk golongan kami barangsiapa yang menyeru kepada ashobiyyah (fanatisme
golongan). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang berperang atas
dasar ashobiyyah (fanatisme golongan). Dan tidaklah termasuk golongan kami
barangsiapa yang terbunuh atas nama ashobiyyah (fanatisme golongan).” (HR Abu
Dawud 4456)
5.Mencintai karena Allah
إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ
{ أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ }
“Sesungguhnya
di antara hamba-hamba Allah terdapat mereka yang bukan para Nabi maupun para
Syuhada, namun para Nabi dan para Syuhada cemburu dengan mereka di hari kiamat
karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah,
kabarkanlah kepada kami, siapakah mereka? “ Beliau bersabda: ”Mereka adalah
kaum yang saling mencinta dengan ruh Allah, mereka tidak diikat oleh hubungan
keluarga di antara mereka maupun harta yang mereka kejar. Maka, demi Allah,
sungguh wajah mereka bercahaya, dan mereka di atas cahaya. Mereka tidak takut
saat manusia ketakutan. Dan mereka tidak bersedih saat manusia bersedih.” Lalu
beliau membacakan ayat: ”Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah tidak merasa
takut dan tidak bersedih hati.” (HR Abu Dawud 3060)
Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan
sebuah hadis yang artinya : “Tolonglah saudaramu dalam keadaan menganiaya
atau dianiaya. Saya bertanya. Wahai Rasululah, yang ini saya menolongnya karena
teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang zalim?, Engkau harus melarangnya
dari kezaliman itulah cara menolongnya.” (HR Anas r.a)
Islam sangat Toleran
kepada sesama ?
D. Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi
fiqh al aqliyat al muslimah menyebutkan beberapa faktor toleransi muslim
terhadap non-muslim:
§ Nilai kemanusiaan yang mulia.
ولقد كرمنا بني آدم
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(QS. Al Isra’: 70)
§
Perbedaan yang
dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Sang Maha Pencita alam
semesta dan isinya.
ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة ولا يزالون مختلفين
“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan
manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)
§
Perbedaan
tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan Allah di akhirat
nanti.
وإن جادلوك فقل الله أعلم بما تعملون الله يحكم بينكم
يوم القيامة فيما كنتم فيه تختلفون
“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah,
“Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan” Allah akan
mengadilindiantara kamu pada hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu
berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-69)
§
Allah telah
memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.
يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين لله شهداء بالقسط ولا
يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.”(QS. Al Ma’idah: 8)
Persatuan Sesama Muslim
?
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda :
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
"Al jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah azab"
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Perumpamaan kaum Muslimin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong di antara mereka seperti perumpamaan satu tubuh. Tatkala salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan pula dengan demam dan tidak bisa tidur"
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
"Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan yang lainnya."
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Salah seorang dari kalian tidak beriman (dengan sempurna, Red) sampai ia mencintai (kebaikan) untuk saudaranya dengan apa yang dia dicintai dirinya"
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ
"Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya".
الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ لَا يخذلهُ ولا يحقره وَلَا يُسْلِمُهُ
"Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, dia tidak membiarkannya (di dalam kesusahan), tidak merendahkannya, dan tidak menyerahkannya (kepada musuh)".
"Al jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah azab"
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Perumpamaan kaum Muslimin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong di antara mereka seperti perumpamaan satu tubuh. Tatkala salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan pula dengan demam dan tidak bisa tidur"
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
"Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan yang lainnya."
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Salah seorang dari kalian tidak beriman (dengan sempurna, Red) sampai ia mencintai (kebaikan) untuk saudaranya dengan apa yang dia dicintai dirinya"
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ
"Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya".
الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ لَا يخذلهُ ولا يحقره وَلَا يُسْلِمُهُ
"Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, dia tidak membiarkannya (di dalam kesusahan), tidak merendahkannya, dan tidak menyerahkannya (kepada musuh)".
Karena itu aku tutup pembicaraan ini
dengan mengingatkan hadits Tamim ad Daariy, ia berkata: bersabda Rasulullah :
الدِّينُ النَّصِيحَةُ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
"Din (agama) ini adalah nasihat" (tiga kali). Para sahabat bertanya : “Nasihat bagi siapa, wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab,"Nasihat terhadap Allah (maksudnya dengan mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan niat dalam beribadah, Red), nasihat terhadap kitabNya (maksudnya, dengan mengimaninya dan mengamalkan isinya, Red), nasihat terhadap para pemimpin kaum Muslimin (maksudnya, dengan mentaati mereka dan tidak memberontak) dan nasihat bagi kaum Muslimin secara umum".
الدِّينُ النَّصِيحَةُ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
"Din (agama) ini adalah nasihat" (tiga kali). Para sahabat bertanya : “Nasihat bagi siapa, wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab,"Nasihat terhadap Allah (maksudnya dengan mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan niat dalam beribadah, Red), nasihat terhadap kitabNya (maksudnya, dengan mengimaninya dan mengamalkan isinya, Red), nasihat terhadap para pemimpin kaum Muslimin (maksudnya, dengan mentaati mereka dan tidak memberontak) dan nasihat bagi kaum Muslimin secara umum".
Ikhtitam
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
"Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan yang lainnya."
"Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan yang lainnya."
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://muhammadiyahstudies.blogspot.com
JAKARTA 16/4/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar