SEMUA MAKHLUK DIJAMIN
REZKINYA ?
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”
(Huud: 6).
شَرفُ المؤمِنِ قيامُ اللَّيلِ وعزُّهُ استِغناؤُهُ عنِ النَّاسِ
“Kehormatan
seorang mukmin terletak pada shalat malam dan kemuliaannya terletak pada
ketidakbergantungannya pada manusia” (Shahih
al-Isnad. HR. al-Hakim).
Muqaddimah
Nabi Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
"Sesungguhnya daku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak"
Nabi Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
"Sesungguhnya daku diutuskan untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak"
Didalam diri Nabi pun sudah tertanam akhlak yang luhur. Allah SWT menyebutkan didalam al-Qur’an,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al Qalam 68 : 4)
Suatu ketika Sayyidah ‘Aisyah radliyallahu ‘anha pernah ditanya mengenai akhlak Nabi, Aisyah menjawab :
كان خلقه القرآن
“Akhlak Nabi adalah al-Qur’an”
Akhlak di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat
pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam
tindakan sehari-hari bagi manusia. ada yang menjelaskan banyak arti baik dan
buruk.
kita telah mengetahui bahwa akhlak islami adalah
merupakan sistem moral/akhlak yang berdasarkan islam, yakni bertitik
tolak dari akidah yang diwahyukan Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya yang
kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Sehubung dengan akhlak Islam, Drs. Sahilun A. Nasir
menyebutkan bahwa akhlak islam berkisar pada:
a. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan
dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan
batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
b. Dengan keyakinan terhadap kebenaran wahyu Allah dan
sunnah Rasul-Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama
bagi setiap moral Muslim. Ia memberi sangsi terhadap moral dalam kecintaan dan
kekuatannya kepada Allah tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
c. Keyakinannya akan hari kemudian/pembalasan, mendorong
manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala
pengabdiannya kepada Allah.
d. Islam tidak moral yang baru, yang
bertentangan dengan ajaran dan jiwa islam. Berasaskan dari Al-Qur’an dan
Al-Hadits, di interpretasikan oleh para ulama mujtahid.
e. Ajaran akhlak islam meliputi segala segi hidup dan
kehidupan manusia berdasarkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan.
Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji Illahi
yang sang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani, yang
menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
Begitu banyak macam akhlak yang baik, diantaranya adalah :
1. JUJUR / ASH-SHIDQU
Jujur dalam kehidupan merupakan anjuran dari al-Qur’an dan al-Hadits. Islam menaruh perhatian serius terhadap akhlak terpuji ini. Islam selalu mengajak dan mendorong manusia agar memiliki watak ini.
Allah Ta’alaa berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At Taubah: 119).
فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
2. BERKATA YANG BAIK
Diantara perkataan yang baik adalah jujur dalam berucap. Namun, berkata yang baik meliputi segala ucapan yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai al-Qur’an maupun al-Hadits. Allahu Subhanu wa Ta’alaa berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعاً إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya” (QS. al-Fathir : 10)
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. al-Qaaf : 18)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat hendaknya dia berkata perkataan yang baik ataupun diam” (HR. Imam Al Bukhari)
3. AMANAH
Amanah merupakan bagian dari akhlak yang baik yang berkaitan dengan tanggung jawab yaitu memenuhi hak dan kewajiban terhadap Allah (hablun minallah) dan sesama manusia (hablum minannas). Lawan dari amanah adalah khianat. Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya" (QS. An Nisa': 58)
Nabi Shallallahu 'alayhi wa Sallam juga bersabda:
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ
"Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu." (HR. Iman Abu Daud)
أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيْكَ فَلاَ عَلَيْكَ مِمَّا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: حِفْظُ أَمَانَةٍ وَصِدْقُ حَدِيْثٍ وَحُسْنُ خَلِيْقَةٍ وَعِفَّةُ مِنْ طُمْعَةٍ
"Empat perkara yang apabila ada padamu, tidak akan merugikan lepasnya segala sesuatu dari dunia dari padamu, yaitu: memelihara amanah, tutur kata yang benar, akhlak yang baik, dan bersih dari tamak.” (HR. Ahmad)
4. MALU
Malu juga termasuk akhlak yang terpuji yang mendorong seseorang untuk meninggalkan sesuatu yang buruk dan mencegahnya dari kelalaian (meremehkan) dalam memenuhi hak.
الحياء لا يأتي إلا بخير
"Sesungguhnya sifat malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan" (HR. Al-Bukhari)
الحياء كله خير
"Sifat malu adalah baik semuanya" (HR. Muslim)
5.QANA’AH
Untuk memperoleh sifat qana’ah, kita dapat menempuh
beberapa cara berikut:
1. Memperkuat keimanan terhadap
takdir Allah, kesabaran dan tawakkal
Rezeki termasuk salah satu yang telah ditakdirkan
Allah bagi setiap hamba-Nya bahkan ketika dia belum terlahir ke dunia dan masih
berada dalam rahim sang ibu, bahkan sejak azali seluruh hal yang terkait dengan
hamba-Nya telah ditetapkan oleh-Nya. Jika kita benar-benar memahami hal ini,
maka rasa gelisah atas rezeki yang ada tidak sepatutnya terjadi.
2. Mentadabburi firman Allah ta’ala
dan hadits nabi
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh)” (Huud: 6).
Atau sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menyatakan bahwa seorang tidak akan diwafatkan kecuali setelah Allah menyempurnakan
jatah rezeki yang ditetapkan untuknya,
أيها الناس اتقوا الله و أجملوا في الطلب فإن نفسا لن تموت حتى تستوفي رزقها و إن أبطأ عنها فاتقوا الله و أجملوا في الطلب خذوا ما حل و دعوا ما حرم
“Wahai manusia bertakwalah kalian kepada Allah dan
carilah rezeki dengan cara yang baik, sesungguhnya seorang itu tidak akan mati
sehingga lengkap jatah rezekinya. Jika rezeki itu terasa lambat datangnya, maka
bertakwalah kepada Allah dan carilah dengan cara yang, ambillah yang halal dan
tinggalkanlah yang haram” (Shahih. HR. Al Baihaqi).
3. Memahami hikmah Allah menciptakan
perbedaan rezeki dan kedudukan di antara hamba
Salah satu hikmah terjadi perbedaan rezeki di antara
hamba adalah apa yang difirmankan Allah,
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَةُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (az-Zukhruf: 32).
Salah satu hikmah timbulnya perbedaan rezeki sehingga
ada yang kaya dan yang miskin adalah agar kehidupan di bumi bisa berlangsung,
terjadi hubungan timbal-balik di mana kedua pihak saling mengambil manfaat,
yang kaya memberikan manfaat kepada yang miskin dengan harta, sedangkan yang
miskin memberikan bantuan tenaga kepada yang kaya, sehingga keduanya menjadi
sebab kelangsungan hidup bagi yang lain (Tafsir al-Baghawi).
4. Berdo’a
اللَّهُمَ قَنِّعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي، وَبَارِكْ لي فِيهِ، وَاخْلُفْ عَلَيَّ كُلَّ غَائِبَةٍ لِي بِخَيْرٍ
“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang qana’ah
terhadap rezeki yang Engkau beri, dan berkahilah, serta gantilah apa yang luput
dariku dengan sesuatu yang lebih baik” (HR. Bukhari dalam al-Adab
al-Mufrad).
5. Melihat kondisi mereka yang
berada di bawah kita
Jika kita sering memperhatikan orang yang diberi
kelebihan harta dan kedudukan sementara dia mungkin tidak memiliki skill,
kecerdasan, dan perilaku seperti kita, mengapa diri kita tidak mengingat bahwa
di sana betapa banyak orang yang memiliki keunggulan serupa dengan kita atau
bahkan lebih, namun dirinya tidak ditakdirkan untuk memperoleh setengah dari
rezeki yang Allah berikan kepada kita?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan,
إذا رأى أحدكم مَنْ فوقه في المال والحسب فلينظر إلى من هو دونه في المال والحسب
“Jika engkau melihat seorang yang memiliki harta dan
kedudukan yang melebihimu, maka lihatlah orang yang berada di bawahmu” (Shahih. HR. Ibnu Hibban).
Beliau juga mengatakan,
انظروا إلى من أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم؛ فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله
“Perhatikanlah mereka yang kondisi ekonominya
berada di bawahmu dan janganlah engkau perhatikan mereka yang kondisi
ekonominya berada di atasmu. Niscaya hal itu akan membuat dirimu tidak
meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepadamu” (Shahih. HR. Bukhari dan
Muslim).
Ikhtitam
اللَّهُمَ قَنِّعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي، وَبَارِكْ لي فِيهِ، وَاخْلُفْ عَلَيَّ كُلَّ غَائِبَةٍ لِي بِخَيْرٍ
“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang qana’ah
terhadap rezeki yang Engkau beri, dan berkahilah, serta gantilah apa yang luput
dariku dengan sesuatu yang lebih baik” (HR. Bukhari dalam al-Adab
al-Mufrad).
Sumber:1.Al-Qur’an
Hadits 2.https://www.islampos.com
3http://www.muslimedianews.com
4.http://muslim.or.id
JAKARTA 13/4/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar