Alam Jin
Menurut Al Qur’an dan As Sunnah ?
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan
suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak
beriman." (QS Al-A'rof [7]:27)
Muqaddimah
Apakah manusia dapat menjalin hubungan dengan jin?
Apabila ia dapat menjalin hubungan itu, bagiamana hubungan tersebut dapat
dijelaskan dan dibenarkan?
Al-Qur’an membenarkan keberadaan jin dan menyebutkan
beberapa tipologi jin sebagai berikut:
1. Jin adalah satu makhluk
yang diciptakan dari api berbeda dengan manusia yang diciptakan dari tanah.[1]
2. Jin memiliki ilmu,
pemahaman, dapat mengidentifikasi hak dan batil, memiliki kemampuan logika dan
bernalar.[2]
3. Memiliki taklif dan
tanggung jawab.[3]
4. Sebagian dari mereka
mukmin, saleh dan sebagian lainnya kafir.[4]
5. Jin akan dibangkitkan dan
disidang di mahkamah hari Kiamat.[5]
6. Kemampuan untuk melakukan
infiltrasi di langit dan mengambil berita, istiraq dan kemudian dilarang.[6]
7. Menjalin hubungan dengan
sebagian manusia dan dengan informasi terbatas terkait dengan sebagian rahasia,
ia membisikkanya kepada manusia.[7]
8. Di antara mereka ada yang
memiliki banyak kekuatan dan kekuasaan sebagiamana di antara manusia demikian
adanya.[8]
9. Kemampuan untuk melakukan
sebagian pekerjaan yang dibutuhkan manusia.[9]
10. Penciptaan mereka di bumi sebelum penciptaan
manusia.[10]
11. Dalam kisah Nabi Sulaiman As, tatkala jin
Ifrith mengklaim dapat menghadirkan singgasana Bilqis ke hadapan Sulaiman,
sebelum ia bangkit dari tempat duduknya.[11]
Nabi Sulaiman tidak mengingkari jin tersebut kendati dalam Al-Qur’an tidak
disebutkan bahwa jin Ifrith menghadirkan singgasana tersebut.[12]
Dari sekumpulan ayat ini dapat disimpulkan bahwa
jin bukan merupakan makhluk imaginatif (khiyâli) dan delutif (wahmi).
Jin adalah makhluk ril material dan manusia dapat menjalin hubungan dengannya.
Sebagian manusia ada yang menjalin hubungan dengannya. Meski semenjak dahulu
antara manusia dan jin, ragam model hubungan ini tergambarkan akan tetapi kita
hanya dapat menerima ragam model tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam
riwayat-riwayat standar.
ASAL KATA JIN ?
Asal pembentukan kalimat "jin" dari huruf 'jim' dan 'nun'
menunjukkan makna tertutup, sebagaimana firman Allah SWT:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ هَـذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
"Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah
bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Robbku", tetapi tatkala bintang
itu tenggelam dia berkata:"Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (QS.Al-An'am [6]: 76).
Bekata Syaikhul Islam Rahimahullah: "Ia dinamakan jin karena
ketertutupannya dari pandangan manusia."
Para jin melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat mereka. Allah SWT berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan
suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak
beriman." (QS.Al-A-rof [7]: 27)
Maksud dari ayat ini adalah: Sesungguhnya manusia tidak dapat melihat jin
sesuai dengan bentuk kejadiannya yang hakiki, tetapi terkadang mereka bisa
dilihat dengan bentuk yang lain semisal hewan. (Lihat Fath al-Haq al-Mubin: 28
oleh Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thoyar)
ASAL PENCIPTAAN JIN ?
Allah menciptakan jin dari api. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Hijr [15]: 27;
وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ
"Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas." Dan juga dalam surat Ar-Rohman [55]: 15;
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ
"Dan Dia menciptakan jin dari nyala api."
Dan Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat diciptakan dari nur
(cahaya). Jin diciptakan dari marij (api). Dan Adam diciptakan dari apa yang
disifatkan kepada kalian. (yaitu dari tanah)" (HR Muslim: 2512)
MACAM-MACAM JIN ?
Rasulullah SAW bersabda: "Jin terdiri atas tiga kelompok: satu
kelompok memiliki sayap mereka terbang di udara dengannya, satu kelompok
berbentuk ular dan anjing, dan satu kelompok lagi berdiam diri di tempatnya dan
melakuikan petualangan." (HR.Thabroni dengan sanad hasan, al-Hakim,
dan al-Baihaqi dengan sanad shohih; lihat Shohihul Jami' 3/85)
TEMPAT TINGGAL JIN ?
Jin banyak berdiam pada tempat-tempat berikut ini:
Di Pasar
Dari Salman r.a. ia berkata: "Bersabda Rasulullah SAW:
"Sungguh jika kamu mampu, janganlah engkau menjadi orang yang pertama kali
masuk pasar dan terakhir kali keluar darinya, karena sesungguhnya pasar adalah
medan peperangan setan dan di dalamnya ia menancapkan bendera." (HR.
Muslim:2451)
Tempat-tempat Buang Hajat
Dari Zaid bin Arqam r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Tempat-tempat
buang hajat ini dihadiri oleh setan (dengan tujuan mengganggu). Maka jika salah
seorang di antara kalian masuk ke dalamnya, hendaklah mengucapkan: ("Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan laki-laki dan
perempuan)." (HR. Abu Daud: 6)
Bersama dengan unta dan di kandang-kandangnya
Dari Abdullah bin Mughofal r.a., ia berkata: "Rasulullah SAW telah melarang kami untuk melakukan sholat di kandang-kandang unta dan tempat-tempat menderumnya, karena ia diciptakan dari setan-setan." (Shahih Sunan Abu Dawud, No.184/493)
Berkata Ibnu Hibban r.a sebagaimana dalam al-Ihsan (4/602)., mengomentari makna hadits: karena ia diciptakan dari setan-setan: "Maksudnya adalah: "Sesungguhnya setan bersamanya."
Di rumah-rumah
Dari Abu Hurairah r.a. behwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah
kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya setan akan lari
dari rumah-rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah." (HR.Muslim:780-Shahih
Muslim:752)
Dalam hadist yang diriwayatkan dari As-Sya'bi ia berkata: "Abdullah
bin Mas'ud berkata: "Barangsiapa membaca 10 ayat dari surat Al-Baqarah di
dalam rumah, maka setan tidak akan memasuki rumah itu malam harinya hingga tiba
pagi hari. Kesepuluh ayat tersebut adalah 4 ayat pertama darinya; Ayat Kursi; 2
ayat sesudah Ayat Kursi; dan 3 ayat terakhir dari surah Al-Baqarah."
(HR.Thabrani).
(Al-Haitsami berkata dalam Mazma'uz Zawai'd [10/118], "Hadits ini
diriwayatkan Thabrani dengan rijal shahih, hanya saja As-Sya'bi tidak mendengar
langsung dari Ibnu Mas'ud.")
Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa mereka tinggal pula di rumah-rumah manusia.
Di Lautan
Dari Jabir r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya
Iblis meletakkan singgasananya di lautan. Dari sana dia mengirim pasukannya
untuk membuat fitnah (mengacau atau membencanai) umat manusia. Maka siapa yang
lebih besar membuat bencana, dialah yang lebih besar jasanya (terhormat) di
kalangan mereka." (HR.Muslim: 2813-Shahih Muslim: 2408)
Di Lubang-lubang dan belahan-belahan tanah
Dari Qatadah, dari Abdullah bin Sirjis, bahwa sesungguhnya Nabi SAW
melarang seseorang melakukan kencing di lubang. Meraka bertanya kepada Qatadah:
"Mengapa dibenci kencing di dalam lubang?" Ia menjawab: "Dikatakan,
bahwasanya ia adalah tempat-tempat tinggal jin." (Abu Daud: 29)
Di padang pasir, Lembah, Lorong, dan tempat-tempat yang ditinggalkan oleh penghuninya.
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Mas'ud r.a. yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim: "Pada suatu malam kami bersama Rasulullah SAW, lalu kami
kehilangan beliau lantas kamipun mencari beliau di lembah-lembah dan gang-gang.
Kami mengatakan "Rasulullah SAW telah diculik." Maka kamipun tidur
malam dengan sejelek-jelek malam yang suatu kaum bermalam dengannya. Tatkala
tiba waktu pagi hari, tiba-tiba beliau datang dari arah Haro', maka kami
mengatakan:"Ya Rasulullah, kami kehilangan anda dan kami mencari anda
namun kami tidak menjumpai anda, lantas kami bermalam dengan sejelek-jelek
malam yang suatu kaum bermalam dengannya." (Mendengar ucapan tersebut)
maka Rasulullah menjawab: "Datang kepadaku seorang yang mengundang dari
kalangan jin, maka akupun pergi bersamanya dan aku membacakan Al-Qur'an kepada
mereka." (HR.Muslim, 1007)
Hubungan Manusia dengan Jin ?
Di sini kami akan menyebutkan sebagian dari model
hubungan ini seperti yang disebutkan dalam al-Qur’an, riwayat dan ucapan ulama:
A. Berlindung kepada jin; dalam
al-Qur’an disebutkan: “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari golongan jin, maka
jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Qs. Jin
[72]:6) Kebiasaan orang-orang Arab tatkala menerima berita-berita yang
menakutkan maka mereka berlindung kepada jin di tempat itu. Kemudian Islam
melarang perbuatan ini dan menitahkan manusia untuk berlindung kepada Sang
Pencipta jin dan manusia.[13]
B. Memperalat jin; memperalat jin
dan menjadikan mereka sebagai pelayan, kendati hal ini mungkin dapat dilakukan,
namun bagaimana pandangan fukaha terkait dengan persoalan bahwa apakah
perbuatan ini boleh atau tidak? Dalam hal ini terdapat pembahasan. Kadar yang
pasti bahwa perbuatan yang haram secara syar’i itu tidak boleh dilakukan atau
menjadi sebab terganggunya dan tersakitinya mereka. Juga tidak boleh memperalat
mereka untuk pekerjaan-pekerjaan haram dan ilegal; karena mengerjakan perbuatan
ilegal adalah haram terlepas bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan
perantara atau tanpa perantara.[14]
Tatkala Ayatullah Agung Khamenei ditanya ihwal
bagaimana hukumnya merujuk kepada orang-orang yang menyembukan orang sakit
dengan cara memperalat jin, dengan memperhatikan adanya keyakinan bahwa mereka
hanya melakukan perbuatan baik. Ayatullah Agung Khamenei menjawab, “Perbuatan
ini pada dasarnya bermasalah, (namun hukumnya) halal dengan syarat bahwa
perbuatan ini harus dilakukan melalui jalan syar’i.[15]
DAPATKAH MANUSIA MENUNDUKKAN JIN?
Tidak seorangpun akan mampu menaklukkan dan menguasai jin setelah do'a dari Nabi Sulaiman AS, sebagaimana firman Allah SWT:
DAPATKAH MANUSIA MENUNDUKKAN JIN?
Tidak seorangpun akan mampu menaklukkan dan menguasai jin setelah do'a dari Nabi Sulaiman AS, sebagaimana firman Allah SWT:
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكاً لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاء حَيْثُ أَصَابَوَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاء وَغَوَّاصٍوَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ هَذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". Kemudian Kami tundukkan
kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang
dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya
ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain terikat dalam belenggu.
Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk
dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab." (QS Shod [38]:35-39)
Berkata Syaikh Ahmad bin Nashir bin Muhammad al-Hamd ra: "Tetapi didapatkan
penguasaan dan penundukkan manusia terhadap jin tidaklah mungkin, karena adanya
perbedaan bentuk keduanya. Manusia tidak bisa melihat jin dan dari sini
(diketahui) bahwa manusia tidaklah dapat menguasai dan menundukkan jin.
(Penundukkan dan penguasaan ini) didapatkan dari syaitan sebagai hasil dari
penundukkan sebagian mereka terhadap sebagian yang lain. Maka jin yang
ditundukkan manusia, hakikatnya ia tertundukkan oleh syaitan yang memiliki
kekuasaan dan kekuatan terhadap sang jin itu sendiri, dan hal ini adalah
sebagai timbal balik dari pelaksanaan manusia itu terhadap apa yang dikehendaki
oleh syaitan darinya, yang berupa kefasikan, maksiat dan keluar dari
ajaran-ajaran agama. Dari sini diketahui, (pada hakekatnya) manusialah yang
menjadi budak bagi syaitan (bukan syaitan atau jin ditundukkan olehnya)."
(As-Sihr Baina Haqiqoh wal Khoyal:211)
MEMINTA BANTUAN JIN ?
Meminta bantuan jin tidaklah diperbolehkan secara syar'i. Adapun
dasar-dasar larangan tersebut adalah sebagai berikut:
- Hal ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, Khulafa'ur Rosyidin, para shahabat Nabi SAW secara umum, para tabi'in, dan orang-orang shaleh dari umat ini.
- Ciri utama dari jin dan setan adalah dusta. Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Hurairoh r.a.: "Ia berlaku jujur kepadamu, sedangkan ia pendusta." (Shahih Bukhori No.1122)
- Tersebarnya kejahilan yang merata, jauhnya kebanyakan manusia dari metode al-Qur'an dan as-Sunnah, serta sedikitnya penuntut ilmu syar'i di masa sekarang ini menyebabkan kebanyakan manusia tidak dapat lagi membedakan antara tukang sihir (tenung) dan selainnya dari orang-orang yang mendakwakan meminta bantuan kepada jin yang sholih. Akibatnya, bercampur aduklah perkara-perkara tersebut dan cacatlah aqidah umat manusia, padahal ia merupakan sesuatu yang paling berharga baginya dan padahal jaminan kejayaan dan keselamatan di dunia dan akhirat terdapat dalam aqidah shohihah.
- Jin atau syaitan akan menjerumuskan manusia kedalam kekufuran, kesyirikan, ataupun keharaman dengan berbagai jalan dan sarana serta secara sedikit demi sedikit menjerat orang yang meminta bantuan kepada mereka.
- Meminta bantuan kepada mereka (jin-syaitan), akan membawa kepada kecacatan aqidah, dimana kita akan jumpai diantara mereka bergantung kepada selain Allah SWT.
- Membuka pintu lebar-lebar bagi kebanyakan ahli sihir untuk mendakakan ruqyah syar'iyyah dengan al-Qur'an dan Sunnah dan meminta pertolongan jim muslim (padahal hakikat dan keadaan yang sebenarnya berbicara lain).
Apabila ada orang bertanya:
"Apakah orang yang meminta bantuan jin telah melakukan kekufuran?"
Maka jawabannya adalah: "Orang (manusia) yang menggunakan jin tidaklah
kufur, kecuali apabila penggunaan jin tersebut dengan memakai cara dan jalan
yang telah ditempuh tukang sihir dan sulap atau dikaitkan dengan bintang dan
tulisan-tulisan ajimat kufur atau semisalnya. Apabila perkaranya seperti itu,
maka ia telah kafir. [Lihat al-Qoul al-Mubin oleh Usamah bin Yasin: 197]
Ikhtitam
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكاً لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاء حَيْثُ أَصَابَوَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاء وَغَوَّاصٍوَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ هَذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi". Kemudian Kami tundukkan
kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang
dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya
ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain terikat dalam belenggu.
Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk
dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab." (QS Shod [38]:35-39)
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits
2.http://hariswanindra.blogspot.com 3.http://quran.al-shia.org 4.https://edywitanto.wordpress.com
JAKARTA 4/4/2015
thank nice infonya sangat menarik, silahkan kunjungi balik website kami http://bit.ly/2qix4Hb
BalasHapusAssalamualaikum wr wb..topik ini sangat menarik...dan kebetulan ada bagian cerita yg sama..dan mohon direspon..dl anak saya umur 1,8 bln sakit..terdpt benjolan lebam2 dikaki...awalnya Dr mwngira2 ank sy terkena leukimia.dn Alhamdulillah trnyata diagnosa salah..disitu km sgt bersyukur..setelah pulih.kami dibolehkan plg krmh..sampi drmh dpt 1 hari anak sy demam tinggi dn benjolan dikaki mulai keluar2 LG..stiap magrib tenngah mlm dn menjelang subuh anak sy menangis.mgkn krn sakit yg dirasa..smpi pd akhirnya suami sy merasa ada yg janggal lalu mencari org pintar yg bisa lihat anak sy..dn PD akhir cerita jujur saya dn suami berkomunikasi dg jin..saat itu sy sngt ketakutan..stlh dilihat oleh jin itu tnyata anak sy kena guna2 yg sbnrnya dialamatkan k suami sy...2x sy bertemu jin itu dn berangsu2 anak sy sehat dn bs kmbali jalan..tp samping itu km slalu berdoa kepada Allah SWT krn saya yakin Allah lah hakiki ny yg menyembuh kan sakit anak saya..yg saya tanyakan..apakh itu termasuk perbuatan syirik? Krn saya baca artikel anda itu msh dihalal kan jika salah mohon koreksi LG...was wassalamu'alaikum wr wb..
BalasHapus