NASIB ORANG ZALIM ?
3.QS. Al-Ma'idah [5] : 51
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
- “Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya telah AKU haramkan atas diri-KU perbuatan zhalim dan Aku jadikan ia diharamkan di antara kamu; maka janganlah kalian saling berbuat zhalim.” [1]
Muqaddimah
Sekiranya
adil dari aspek bahasanya diberi maksud sebagai "meletakkan sesuatu di
tempatnya�, tentulah zalim sebagai antonim kepada istilah adil boleh diberi
maksud sebagai 'tidak meletakkan sesuatu di tempatnya' atau "meletakkan
sesuatu di tempat yang tidak wajar". Umpamanya, meletakkan sepasang kasut.
Lazimnya, orang akan meletakkan kasutnya di rak kasut atau di tempatnya yang
khusus. Kasut adalah sebahagian yang menjadi barang keperluan tetapi ia
mempunyai tempat yang tertentu untuk diletak atau disimpan kerana kedudukannya
yang berada di kaki (di bawah). Sekiranya kita meletakkannya secara
sewenang-wenangnya di tempat sembarangan seperti di atas sofa atau di atas
katil, maka ia akan menimbulkan kejanggalan orang lain untuk menerima keadaan
tersebut. Malah, kadang kala ia bukan sekadar menimbulkan rasa janggal tetapi
menyebabkan kemarahan pada orang lain. Maka, dari aspek bahasanya perbuatan
tersebut adalah perbuatan yang zalim kerana meletakkan kasut di tempat yang
kurang wajar.
Dari segi
praktikalnya, kriteria utama sifat atau perbuatan zalim ia akan memberikan
kesusahan atau kemudaratan kepada orang lain. Perbuatan zalim yang dilakukan
mungkin dalam bentuk mengambil manfaat dari orang lain dengan cara yang salah
ataupun melakukan sesuatu terhadap orang lain yang menimbulkan rasa sakit
kerana perlakuan tersebut memberi keseronokan atau kepuasan kepada yang
melakukannya. Pemerasan, pemaksaan dan penipuan demi keuntungan peribadi juga
termasuk dalam perbuatan yang zalim.
Perbuatan
zalim lazimnya dilakukan oleh orang yang mempunyai kelebihan dan kekuatan berbanding
dengan orang yang dizalimi. Ini kerana, fenomena kezaliman tidak akan berlaku
sekiranya orang yang hendak dizalimi mempunyai kelebihan atau kekuatan yang
sama. Kelebihan atau kekuatan ini boleh diukur dari pelbagai aspek, seperti
kekuatan fizikal, kekayaan, kebijaksanaan, kuasa ataupun pengaruh. Manakala
orang-orang yang dizalimi adalah dari kalangan mereka yang jahil, lemah,
miskin, lurus dan tidak berdaya. Itulah sebabnya orang yang zalim sukar untuk
ditewaskan kerana mereka mempunyai berbagai-bagai kemampuan.
Macamnya
Kezaliman ?
Menurut Imam Hasan Al-Bashri dalam Kitab kitab Syarhu Sunnah jilid
14,” Kezaliman itu ada tiga macam:
1) Kezaliman yang tidak diampuni Allah Swt;
2) Kezaliman yang tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah Swr ;
3) Kezaliman yang
diampuni Allah Swt.
Kezaliman Pertama, Kezaliman yang tidak di ampuni
Allah sebelum pelakunya bertobat, adalah syirik pada kepada Allah Swt.
Syirik (menyekutukan Allah) merupakan kezaliman terbesar, sebagaimana firman
Allah Swt : “Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman yang besar.” (QS.
Luqman:13)
Rasulullah Saw juga bersabda :Maukah
aku kabarkan kepadamu sekalian tentang dosa yang paling besar? yaitu
mempersekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, dan persaksian palsu.”
(Muttafaq alaih)
Dosa syirik membawa dampak yang
sangat buruk bagi kehidupan seorang manusia di dunia dan di akhirat. Di antaranya sebagai berikut:
Dosa syirik merupakan kezaliman dan dosa terbesar yang tidak terampuni
pelakunya sebelum bertaubat. Sebagaimana termaktub dalam surat An-Nisaa’ ayat
48 dan 116.
Dosa syirik mengeluarkan seseorang dari lingkaran Islam dan menjadikan
tersesat dengan kesesatan yang jauh. Allah berfirman: Dan Barangsiapa
yang mempersekutukan Allah sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang
jauh.” (QS. An-Nisaa’ 116)
Kesyirikan menggugurkan pahala amalan kebajikan. Allah berfirman: “Seandainya
mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 88)
Kezaliman yang kedua: kezaliman yang tidak dibiarkan
begitu saja tanpa ada pembalasan, yaitu kezaliman yang dilakukan seorang
manusia terhadap sesamanya, atau seorang muslim terhadap saudaranya.
Dalam sebuah hadist Qudsi yang diriwayat-kan oleh Imam Muslim, Rasul
berkata, Allah Swt berfirman, “Wahai hamba-hambaku sesungguhnya Aku
mengharamkan atas diriKu untuk berbuat zalim (kepada hamba-hambaKu) dan Aku
mengharamkannya pula atas kamu sekalian, maka janganlah kamu sekalian saling
menzalimi satu dengan yang lain.”
Kezalimam yang ketiga: kezaliman yang diampuni
Allah Swt, yaitu kezaliman seorang hamba terhadap dirinya dengan melakukan
perbuatan dosa atau kemungkaran/pelanggaran terhadap hak-hak Allah atas
dirinya, misalnya meninggalkan puasa, minum-minuman keras, dan
perbuatan-perbuatan yang mungkar lainnya yang berkaitan dengan pelanggaran
hak-hak Allah terhadap dirinya. Al Qur’an sering membahasakan dosa itu dengan
menganiaya diri sendiri.
Barangsiapa yang terjerumus dalam menganiaya diri sendiri atau berbuat
kemungkaran –kemungkaran, tapi ia menyadari bahwa itu dosa lalu segera
mengingat Allah Swt dengan bertobat dan beramal shaleh niscaya akan diampuni
oleh Allah Ta’ala Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Allah Swt berfirman: “Dan orang-orang yang apabila mengerjakan
pekerjaan keji atau menganiaya diri mereka, mereka ingat akan Allah lalu mohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain daripada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang
mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka, dan
Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Ali Imran:135 – 136)
Kezaliman Jauh dari Hidayah ?
1.QS. Al-Baqarah [2] : 258
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِى حَآجَّ إِبْرَٰهِۦمَ فِى رَبِّهِۦٓ أَنْ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّىَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحْىِۦ وَأُمِيتُ ۖ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأْتِى بِٱلشَّمْسِ مِنَ ٱلْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ ٱلْمَغْرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِى كَفَرَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat
Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu
pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang
menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat
menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu
terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim.
2.QS. 'Ali `Imran [3] : 86
كَيْفَ يَهْدِى ٱللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا۟ بَعْدَ إِيمَٰنِهِمْ وَشَهِدُوٓا۟ أَنَّ ٱلرَّسُولَ حَقٌّ وَجَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ ۚ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir
sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad)
benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka?
Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim.
3.QS. Al-Ma'idah [5] : 51
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
4.QS. Al-'An`am [6] : 144
وَمِنَ ٱلْإِبِلِ ٱثْنَيْنِ وَمِنَ ٱلْبَقَرِ ٱثْنَيْنِ ۗ قُلْ ءَآلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ ٱلْأُنثَيَيْنِ أَمَّا ٱشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ ٱلْأُنثَيَيْنِ ۖ أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ وَصَّىٰكُمُ ٱللَّهُ بِهَٰذَا ۚ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu.
Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang
betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan
di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia
tanpa pengetahuan?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.
5.QS. At-Taubah [9] : 19
۞ أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ ٱلْحَآجِّ وَعِمَارَةَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَجَٰهَدَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ لَا يَسْتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang
yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan
Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
kaum yang zalim.
6.QS. At-Taubah [9] : 109
أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَٰنَهُۥ عَلَىٰ تَقْوَىٰ مِنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٍ خَيْرٌ أَم مَّنْ أَسَّسَ بُنْيَٰنَهُۥ عَلَىٰ شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَٱنْهَارَ بِهِۦ فِى نَارِ جَهَنَّمَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di
atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah
orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu
bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan
Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
7.QS. Al-Qasas [28] : 50
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan
tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Ancaman Kezaliman ?
Sehubungan dengan itu, beliau saw banyak mengeluarkan ancaman dan peringatan keras terhadap kezaliman.
Beliau Saw bersabda:
- “Jauhilah kezaliman, sesungguhnya kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.
- “Waspadalah terhadap do'a orang yang dizalimi. Sesungguhnya antara dia dengan Allah tidak ada tabir penyekat." (HR. Mashabih Assunnah)
- “Do'anya seorang yang dizalimi terkabul meskipun dia orang jahat dan kejahatannya menimpa dirinya sendiri." (HR. Ahmad)
- “Do’a orang yang teraniaya diangkat Allah menembus awan dan dibukakan pintu langit baginya, seraya Allah berfirman padanya; “Demi Keagungan-KU, Aku akan membelamu sampai kapan pun.”
- “Waspadalah terhadap do'a orang yang teraniaya, karena do’anya naik ke langit seperti bunga api."
Sumber:1.Al-Qur’an Hadits
http://filsafat.kompasiana.com
JAKARTA 30/4/2015