BELAJAR BERDZIKIR
Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya),“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan
dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzaab: 41).
Muqaddimah
Ada beberapa
hal yang harus kita perhatikan pada saat berdo’a ataupun pada saat berdzikir.
Inti dari adab-adab ini adalah bahwa adab dzikir dan do’a harus memiliki dalil
yang jelas, baik itu dari Al-Qur’an atau dari Al-Hadits, bukan berdasarkan
petunjuk hawa nafsu.
“Sekali-kali
tidak! Demi Tuhanmu! Mereka belum beriman, sampai mereka menjadikan kamu (wahai
Muhammad) sebagai hakim bagi semua urusan mereka, lalu tidak ada keberatan
sedikitpun di dalam hati mereka atas putusanmu dan mereka pasrah dengan hati
yang lapang.” (QS An-Nisa’, 4/65)
“Dan apa-apa
yang diberikan oleh Rasul maka ambillah dan apa-apa yang dilarangnya maka
tinggalkanlah, dan takutlah kepada ALLAH! Sesungguhnya ALLAH amat keras
siksanya.” (QS Al-Hasyr, 59/7)
Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya),“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan
dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzaab: 41).
Ibnu Katsir
rahimahullaah berkata, “Dari Ibnu ‘Abbas beliau berkata, “Sesungguhnya Allah
tidaklah memerintahkan sebuah kewajiban atas hamba-Nya, melainkan menyebutkan
batas-batas kewajiban tersebut dan memberikan ‘udzur bagi orang-orang yang
tidak mampu melakukannya, kecuali dzikir. Allah tidak membatasi kewajiban
berdzikir dengan batasan tertentu dan tidak pula memberi ‘udzur bagi orang yang
meninggalkannya, kecuali orang yang tidak sengaja meninggalkannya.
Allah berfirman
(yang artinya),“Maka ingatlah Allah di waktu berdiri, duduk dan berbaring.”
(QS. An-Nisaa’: 103). Pada waktu malam dan siang, di daratan dan di lautan,
ketika sedang menetap maupun dalam perjalanan, di waktu kaya maupun miskin,
sedang sehat ataupun sedang sakit, dalam keramaian maupun dalam kesendirian,
dan dalam segala hal.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Adab Berdzikir
Sebelum meiaksanakan dzikir, sebaiknya sang salik terlebih dulu bertobat,
membersihkan jiwa dengan riyadhoh (olah) rohani, melembutkan sirr (batin)
dengan menjauhkan dan dengan kaitan hati dengan makhluk, memutuskan segaia
penghaiang, memahami ilmu-ilmu agama, dan mempelajari syarat rukun dalam fardlu
'ain, mempertegas tujuan-tujuuan luhur sebagai spirit tahapan utamanya, yang bersifat
syar'i. Ia juga harus memilih dzikir yang sesuai dengan kondisi batinnya.
Setelah
mengetahui keutamaan berdzikir, hendaknya seorang muslim menghiasi hari-harinya
dengan dzikrullah. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Hendaknya
engkau senantiasa membasahi lidahmu dengan dzikrullah.” (HR. Ahmad).
Di dalam
berdzikir, seorang muslim dianjurkan untuk melakukannya dengan adab-adab
sebagai berikut:
1. Berdzikir
dengan suara yang lemah lembut dan penuh kekhusyu’an.
Allah berfirman
(yang artinya),“Dan berdzikirlah mengingat Tuhanmu dalam dirimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu
pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS.
Al-A’raaf: 205).
2. Tidak
berteriak dan mengeraskan suaranya.
Dari Abu Musa
Al-Asy’ary radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Tatkala orang-orang
meninggikan suara mereka dalam berdo’a di sebuah perjalanan, maka Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam menegur mereka dengan bersabda: “Wahai manusia,
sayangilah diri-diri kalian! Sesungguhnya kalian tidak sedang berdo’a kepada
sesuatu yang bisu dan jauh. Akan tetapi Dia adalah Dzat yang Maha Mendengar
lagi Dekat, bahkan lebih dekat dengan kalian daripada leher tunggangan
kalian.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
3. Jika berada
dalam sebuah jama’ah (baik jama’ah shalat, jama’ah pengajian, maupun jama’ah
dalam kendaraan), maka hendaknya masing-masing berdzikir dengan suaranya
sendiri-sendiri, atau dilakukan secara berjama’ah (satu
suara/koor/dipimpin).
Dalilnya adalah
dari Anas bin Maalik radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Kami berangkat
bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam di waktu pagi hari itu (hari
Arafah pada haji Wada’ -pen) dari Mina menuju Arafah. Di antara kami ada yang
bertakbir, ada pula yang bertalbiyah. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak
mengingkarinya.”(HR. Ibnu Maajah.Syaikh Al-Albaany berkata, “Shahih”).
4. Jika dzikir
yang dilakukan berupa membaca Al-Qur’an maka tidak dibolehkan membacanya dalam
keadaan junub (hadats besar), baik membacanya dengan hafalan apalagi membacanya
dengan membuka mushaf.
Dari ‘Ali bin Abi Thaalib radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi jamban untuk membuang hajatnya. Setelah keluar dari jamban, lalu beliau makan daging dan roti bersama kami, dan membaca Al-Qur’an. Tidaklah menghalangi beliau dari membaca Al-Qur’an kecuali ketika beliau dalam keadaan junub.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Shahih).
Dari ‘Ali bin Abi Thaalib radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi jamban untuk membuang hajatnya. Setelah keluar dari jamban, lalu beliau makan daging dan roti bersama kami, dan membaca Al-Qur’an. Tidaklah menghalangi beliau dari membaca Al-Qur’an kecuali ketika beliau dalam keadaan junub.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Shahih).
5. Hendaknya
berdzikir dengan penuh keikhlasan hanya mengharap pahala dan balasan dari Allah
saja.
Allah
berfirman, (yang artinya), “Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya
beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan
agama dengan lurus…” (QS. Al-Bayyinah: 5).
Adapun 5
(lima ) adab dalam thariqah yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah;
1. Taubat, yang hakekatnya
adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang
berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.
2. Mandi dan atau wudlu.
3. Diam dan tenang. Hal ini
dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya
hatinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan
lisannya yang mengucapkan Lailaaha illallah.
4. Menyaksikan dengan hatinya
ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru
mursyidnya.
5. Menyakini bahwa dzikir
thariqoh yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat
dari Rasulullah Saw, karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari
beliau.
Keutamaan Berdzikir
Agar kita
semangat untuk berdzikir, sangat dianjurkan untuk mengetahui dan menyadari
tentang keutamaan dzikir dan orang-orang yang banyak berdzikir. Di antara
keutamaannya:
[1] Dzikir
merupakan salah satu tujuan disyari’atkannya ibadah
Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Maka beribadahlah kepada-Ku dan dirikanlah shalat
untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaaha: 14).
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya
disyari’atkannya thawaf, sa’i antara Shafa dan Marwah, dan melempar jamrah
adalah dalam rangka untuk menegakkan dzikrullah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
At-Tirmidzi, dan yang lainnya. At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih”).
[2] Dzikir
merupakan senjata utama melawan dan mengusir syaithan
Dalam hadits
Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda (yang artinya), “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian
seperti kuburan. Sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan di
dalamnya surat Al-Baqarah.” (HR. Muslim).
Ibnu ‘Abbas
radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Syaithan itu berdiam di dalam hati anak Adam.
Apabila seseorang itu lalai, lengah, dan lupa mengingat Allah, maka syaithan
pun menggodanya. Sedangkan jika ia berdzikir mengingat Allah, maka syaithan pun
lari bersembunyi” (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, 7/135).
[3] Hidup
menjadi lapang dengan berdzikir
Allah berfirman
(yang artinya), “Dan barangsiapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta.” (QS. Thaaha: 124).
[4] Dzikir
sebagai pembeda antara mu’min dan munafik
Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka .Dan apabila mereka berdiri untuk shalat,
mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ di hadapan manusia.Dan
tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An-Nisaa’: 142).
Hendaknya kita
tidak merasa aman dari bahaya kemunafikan. Barangkali kita bukan termasuk orang
yang suka berdusta, tidak pernah ingkar janji, selalu menjaga amanah, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, apakah kita termasuk orang-orang yang banyak
berdzikir?
[5] Dzikir
menyejukkan hati
Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Menjadi insan
yang banyak berdzikir
Allah Ta’ala
berfirman (yang artinya), “…laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(QS. Al-Ahzaab: 35).
Kapan seorang
muslim atau muslimah dikatakan sebagai orang-orang yang banyak berdzikir?
Ibnu ‘Abbas
radhiyallaahu ‘anhuma berkata ketika menafsirkan laki-laki dan perempuan yang
banyak berdzikir, “Maksudnya adalah yang berdzikir setelah selesai shalat,
berdzikir pagi dan petang, berdzikir sebelum tidur dan sesudah bangun dari
tidur, berdzikir setiap keluar masuk rumah”
Mujaahid rahimahullaah
berkata, “Seseorang tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang banyak
berdzikir sampai ia berdzikir dalam semua keadaannya baik ketika sedang
berdiri, duduk, atau berbaring” (Tafsir Al-Wasiith, Al-Waahidiy Asy-Syaafi’iy,
3/471)
JAKARTA 4/8/2013
sangat bagus terutama bagi pengikut thoriqoh untuk semakin istiqomah dalam mengamalkannya
BalasHapus