SAUDARA SEBANGSA
كونو عباد الله اخوانا (رواه ابخاري عن ابي هريرة)
Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.
Muqaddimah
Seorang ulama dari Jawa Timur yang juga
mantan Rais Aam PB Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Shiddiq, suatu ketika pernah
menyitir konsep ukhuwah
(persaudaraan). Menurutnya, ada tiga macam ukhuwah,
yaitu ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan umat Islam), ukhuwah
wathaniyah (persaudaraan bangsa), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat manusia).
Ukhuwah basyariyah bisa juga disebut ukhuwah
insaniyah.
Pada konsep ukhuwah Islamiyah, seseorang merasa saling bersaudara
satu sama lain karena sama-sama memeluk agama Islam. Umat Islam yang dimaksudkan bisa berada di
belahan dunia mana pun. Dalam konsep ukhuwah
wathaniyah, seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain
karena merupakan bagian dari bangsa yang satu, misalnya bangsa Indonesia.
Ukhuwah model ini tidak dibatasi oleh sekat-sekat primordial seperti agama,
suku, jenis kelamin, dan sebagainya. Adapun, dalam konsep ukhuwah basyariyah, seseorang
merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari umat
manusia yang satu yang menyebar di berbagai penjuru dunia. Dalam konteks ini,
semua umat manusia sama-sama merupakan makhluk ciptaan Tuhan.
Dengan
semangat ukhuwah basyariyah/insaniyah,
marilah kita tebarkan semangat “bersaudara” antarsesama manusia untuk
mewujudkan kehidupan yang semakin baik, indah, adil, dan maslahah. Hadis Nabi
yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim mengatakan,“Tidaklah beriman seseorang
dari kamu sehingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya
sendiri.” Kata “saudara” dalam hadis di atas bukanlah sekadar sesama Muslim,
melainkan sesama umat manusia.
Macam-Macam Ukhuwah Islamiyah
kitab
suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan:
1) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewat sabda beliau,
كونو عباد الله اخوانا (رواه ابخاري عن ابي هريرة)
Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.
العبادة كلهم اخوة
Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara
3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw. bersabda,
انتم اصحابي اخوانناالدين ياتون بعدى
Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)-ku.
1) Ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara kesemahlukan dan kesetundukan kepada Allah.
2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewat sabda beliau,
كونو عباد الله اخوانا (رواه ابخاري عن ابي هريرة)
Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.
العبادة كلهم اخوة
Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara
3) Ukhuwah wathaniyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antarsesama Muslim. Rasulullah Saw. bersabda,
انتم اصحابي اخوانناالدين ياتون بعدى
Kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah (wafat)-ku.
Proses Ukhuwah Islamiyah
Oleh karena itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
1. Melaksanakan proses Ta’aruf
ِيَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Oleh karena itu untuk mencapai nikmatnya ukhuwah, perlu kita ketahui beberapa proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :
1. Melaksanakan proses Ta’aruf
ِيَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
2. Melaksanakan
proses Tafahum
Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan.
Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan.
3. Melakukan
At-Ta’aawun
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُحِلُّوا شَعَائِرَ اللهِ وَلاَ الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْهَدْىَ وَلاَ الْقَلاَئِدَ وَلآَءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menggganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S. Al-maidah:2)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتُحِلُّوا شَعَائِرَ اللهِ وَلاَ الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلاَ الْهَدْىَ وَلاَ الْقَلاَئِدَ وَلآَءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya: “Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menggganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S. Al-maidah:2)
4.
Melaksanakan proses Takaful
yang muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan bersama. Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
Seperti sabda Nabi SAW: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. (HR. Bukhari-Muslim).
yang muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan bersama. Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
Seperti sabda Nabi SAW: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. (HR. Bukhari-Muslim).
Memahami Ukhuwah Wathaniyah/Insaniyah
Ukhuwah
Wathaniyah memiliki makna persaudaraan/kerukunan dalam bangsa dan negara.
Seperti namanya, perwujudan Ukhuwah Wathaniyah berarti perwujudan kerukunan
dalam masyarakat sebangsa dan tanah air. Dari situ, kita mengetahui bahwa ini
bukanlah pekerjaan yang mudah, sebab apabila kita membicarakan skala/ukuran,
jelas sekali skala untuk bisa mewujudkan Ukhuwah Wathaniyah butuh kerjasama
dari banyak pihak, mencakup para petinggi negara hingga masyarakat biasa. Namun
untuk mencapai sesuatu yang besar, kita tidak boleh lupa bahwa kita dapat dan
harus memulainya dari sesuatu yang kecil, misalnya menjaga ukhuwah antar
anggota keluarga hingga antar organisasi masyarakat serta antar pemeluk agama. Apabila
semua elemen dari suatu negara dapat menjaga ukhuwah masing-masing serta
membangun ukhuwah yang kuat dengan elemen-elemen lainnya, niscaya perwujudan
Ukhuwah Wathaniyah bukan lagi sebuah mimpi belaka.
Kemudian
apakah yang dimaksud dengan Ukhuwah Insaniyah? Ukhuwah Insaniyah yaitu
persaudaraan antar sesama manusia secara keseluruhan, tanpa memandang suku,
agama, ras, dan sebagainya. Dari satu sudut pandang, kita bisa melihat Ukhuwah
Insaniyah itu memiliki skala jauh lebih besar daripada Ukhuwah Wathaniyah yang
hanya melingkupi suatu negara, namun apabila kita melihatnya dari sisi lain,
Ukhuwah Insaniyah bisa saja menjadi lebih sederhana. Sebab dalam konteks
Ukhuwah Insaniyah, persaudaraan antara dua manusia saja sudah termasuk di
dalamnya. Sehingga bisa saya simpulkan bahwa sesungguhnya Ukhuwah Insaniyah ini
tidak memiliki batas pasti, yang memiliki implikasi bahwa persaudaraan dapat
dan harus kita jalin dengan setiap manusia tanpa ada batas-batas yang
menghalanginya.
Mendahukukan Ukhuwah Wathaniyah
Atas fakta tersebut, Kang Said mengusulkan ukhuwah wathaniyah didahulukan, baru kemudian ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim). Jika persaudaraan nasional ini sudah kokoh, sangat mudah untuk membangun persaudaraan sesama umat Islam.
Logikanya sederhana. Kata dia, orang ingin membangun masjid, mendirikan pesantren atau madrasah butuh tempat berpijak. Jadi memiliki dan menunjung tanah air merupakan kewajiban, karena tanpa tanah air, kewajiban berupa dakwah Islam tidak bisa dijalankan.
“Apa kita mau membangun pesantren dan madrasah di awang-awang?” ujarnya dengan kalimat tanya.
Tapi dia menegaskan, hal itu hanya sebatas usulan. Itupun menurutnya meniru ajaran pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari yang dia modifikasi. KH Hasyim Asy’ari, kisah Said, mengajarkan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyyah. Ajaran itu dia balik susunannya menjadi ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah islamiyah.
“Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy’ari mengajarkan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah. Saya punya usul yang membalik susunannya saja. Ini sebatas ide saya,” pungkasnya.
Atas fakta tersebut, Kang Said mengusulkan ukhuwah wathaniyah didahulukan, baru kemudian ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim). Jika persaudaraan nasional ini sudah kokoh, sangat mudah untuk membangun persaudaraan sesama umat Islam.
Logikanya sederhana. Kata dia, orang ingin membangun masjid, mendirikan pesantren atau madrasah butuh tempat berpijak. Jadi memiliki dan menunjung tanah air merupakan kewajiban, karena tanpa tanah air, kewajiban berupa dakwah Islam tidak bisa dijalankan.
“Apa kita mau membangun pesantren dan madrasah di awang-awang?” ujarnya dengan kalimat tanya.
Tapi dia menegaskan, hal itu hanya sebatas usulan. Itupun menurutnya meniru ajaran pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari yang dia modifikasi. KH Hasyim Asy’ari, kisah Said, mengajarkan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathoniyyah. Ajaran itu dia balik susunannya menjadi ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah islamiyah.
“Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy’ari mengajarkan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah. Saya punya usul yang membalik susunannya saja. Ini sebatas ide saya,” pungkasnya.
Sumber:1.http://kumpulan-makalah-islami.blogspot.co.id
2.https://sunlightheart.wordpress.com
3.http://www.beritasatu.com
4.http://www.nu.or.id
Jakarta 10/8/2016
Suka Bermain POKER?
BalasHapusTapi jarang menang?
Terlebih tidak pernah ada dapat Bonus apapun dalam bermain POKER?
Jangan khwatir kawan mari join bersama kami di POKERVITA
Dapatkan bonus setiap hari mulai dari Rollingan & Cashback Mingguan
Ayo bergabung segera bersama kami kawan GRATIS
Info hub
WA:0812 2222 996