NASEHAT KHALIFAH
ABU BAKAR ASSHIDDIQ
عن أنس بن مالك
رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم صعد أُحداً وأبو بكر وعمر وعثمان ، فرجف
بهم فقال : اثبت أُحد ، فإنما عليك نبي وصديق وشهيدان
“Dari Anas
bin Malik Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar dan ‘Utsman.
Gunung Uhud pun berguncang. Nabi lalu bersabda: ‘Diamlah Uhud, di atasmu ada Nabi, Ash Shiddiq (yaitu Abu Bakr)
dan dua orang Syuhada’ (‘Umar dan ‘Utsman)”
Testimoni Rasulullah Terhadap Abu Bakar
1.
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling setia dalam
persahabatannya denganku dan dalam hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku
boleh memilih seseorang menjadi khalil (kekasih/teman setia) selain
Tuhanku, niscaya aku akan memilih Abu Bakar. Namun, Allah telah menjadikannya
untukku sebagai saudara dalam Islam dan kasih sayang di bawah naungan-Nya.
Tidak akan tersisa satu pintu pun di masjid ini, semua akan akan ditutup,
kecuali pintu Abu Bakar.” (Imam as-Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa’)
2.
Beliau saw juga bersabda, “Tidak selayaknya seseorang dari suatu kaum menjadi
imam padahal di tengah-tengah mereka ada Abu Bakar.” (H.R. Tirmidzi, dari
Aisyah)
Di Antara Nasihat Abu Bakar Ash-Shiddiq
1. Aku
bukanlah orang terbaik di antara kalian. Oleh karena itu, jika aku melakukan hal
yang baik maka bantulah. Sebaliknya, jika aku melakukan tindakan yang
menyeleweng maka luruskanlah. Kebenaran itu adalah amanah, sedangkan kebohongan
adalah pengkhianatan. (Dipetik dari khotbah Abu Bakar saat diangkat menjadi
khalifah)
2. Barangsiapa
masuk kubur tanpa membawa bekal, seakan-akan dia mengarungi samudera tanpa
bahtera. (Dalam Nasha’ih al-‘Ibad, An-Nawawi Al-Bantani)
3. Jika
engkau ingin melihat orang yang paling mulia di kalangan manusia maka lihatlah
raja yang berpakaian miskin. Dialah orang yang baik sepak terjangnya, dia layak
menjadi pemimpin dunia dan agama. (Dalam Tarikh Al-Khulafa’, Imam
As-Suyuthi)
4.
Allah tidak mungkin menerima amal yang sunnah apabila yang fardhu belum
ditunaikan. (Pesan Abu Bakar kepada Umar bin Khattab)
5. Barangsiapa
memenuhi panggilan iblis maka hilanglah agamanya. Barangsiapa memenuhi
panggilan hawa nafsu amarah maka hilanglah akhiratnya. (Dalam Nasha’ih
al-‘Ibad, An-Nawawi Al-Bantani)
Lima Kegelapan
Sahabat Rasul SAW, Abu
Bakar Ash-Shiddiq, berkata, ”Kegelapan itu ada lima dan pelitanya pun
ada lima. Jika tidak waspada, lima kegelapan itu akan menyesatkan dan
memerosokkan kita ke dalam panasnya api neraka. Tetapi, barangsiapa teguh
memegang lima pelita itu maka ia akan selamat di dunia dan akhirat.”
Kegelapan
pertama adalah cinta dunia (hubb al-dunya). Rasulullah bersabda, ”Cinta dunia
adalah biang segala kesalahan.” (HR Baihaqi). Manusia yang berorientasi
duniawi, ia akan melegalkan segala cara untuk meraih keinginannya. Untuk
memeranginya, Abu Bakar memberikan pelita berupa takwa. Dengan takwa, manusia
lebih terarah secara positif menuju jalan Allah, yakni jalan kebenaran.
Kedua,
berbuat dosa. Kegelapan ini akan tercerahkan oleh taubat nashuha (tobat yang sungguh-sungguh).
Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya bila seorang hamba melakukan dosa satu kali,
di dalam hatinya timbul satu titik noda. Apabila ia berhenti dari berbuat dosa
dan memohon ampun serta bertobat, maka bersihlah hatinya. Jika ia kembali berbuat
dosa, bertambah hitamlah titik nodanya itu sampai memenuhi hatinya.” (HR
Ahmad). Inilah al-roon (penutup hati) sebagaimana disebutkan dalam QS
Al-Muthaffifin (83) ayat 14.
Ketiga,
kegelapan kubur akan benderang dengan adanya siraj (lampu penerang) berupa
bacaan laa ilaaha illallah, Muhammad Rasulullah. Sabda Nabi SAW, ”Barangsiapa
membaca dengan ikhlas kalimat laa ilaaha illallah, ia akan masuk surga.” Para
sahabat bertanya, ”Wahai Rasulallah, apa wujud keikhlasannya?” Beliau menjawab,
”Kalimat tersebut dapat mencegah dari segala sesuatu yang diharamkan Allah
kepada kalian.”
Keempat,
alam akhirat sangatlah gelap. Untuk meneranginya, manusia harus memperbanyak
amal shaleh. QS Al-Bayyinah (98) ayat 7-8 menyebutkan, orang yang beramal
shaleh adalah sebaik-baik makhluk, dan balasan bagi mereka adalah surga ‘Adn.
Mereka kekal di dalamnya.
Kegelapan
kelima adalah shirath (jembatan penyeberangan di atas neraka) dan yaqin adalah
penerangnya. Yaitu, meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati segala hal
yang gaib, termasuk kehidupan setelah mati (eskatologis).
Sayyidina
Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu 'anh mengatakan, "tiada seorang hamba
yang dianugerahi 10 hal, melainkan ia akan selamat dari berbagai bencana dan
penyakit, dia sederajat dengan Muqarrabin serta akan mendapatkan derajat
Muttaqin, yaitu ;
Keselamatan
1. Jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana'ah,
2. Kesabaran yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus-menerus,
3. Kefaqiran yang abadi yang diikuti dengan sifat zuhud,
4. Berfikir yang terus-menerus disertai dengan perut yang lapar,
5. Keprihatinan yang abadi disertai dengan rasa takut yang terus-menerus,
6. Kerja keras yang terus-menerus disertai dengan sikap rendah diri,
7. Keramahan yang terus-menerus disertai dengan kasih sayang,
8. Cinta yang terus-menerus disertai dengan rasa malu,
9. Ilmu yang bermanfaat diikuti dengan pengamalan yang terus-menerus,
10. Iman yang langgeng yang disertai dengan akal yang kuat."
Keselamatan
1. Jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana'ah,
2. Kesabaran yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus-menerus,
3. Kefaqiran yang abadi yang diikuti dengan sifat zuhud,
4. Berfikir yang terus-menerus disertai dengan perut yang lapar,
5. Keprihatinan yang abadi disertai dengan rasa takut yang terus-menerus,
6. Kerja keras yang terus-menerus disertai dengan sikap rendah diri,
7. Keramahan yang terus-menerus disertai dengan kasih sayang,
8. Cinta yang terus-menerus disertai dengan rasa malu,
9. Ilmu yang bermanfaat diikuti dengan pengamalan yang terus-menerus,
10. Iman yang langgeng yang disertai dengan akal yang kuat."
Sumber:1.http://fafirruilaallah.blogspot.co.id
2.https://alawiy.wordpress.com
3.https://babarusyda.blogspot.co.id
Jakarta 19/8/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar