GOLONGAN YANG
MERUGI
قُلۡ
هَلۡ نُنَبِّئُكُم بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَٰلًا ١٠٣ ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِي
ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّهُمۡ يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا ١٠٤
Katakanlah,
“Maukah kami kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (al-Kahfi:
103—104)
Mereka yang Merugi
قُلۡ
إِنَّ ٱلۡخَٰسِرِينَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ وَأَهۡلِيهِمۡ يَوۡمَ
ٱلۡقِيَٰمَةِۗ
Katakanlah,
“Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang merugikan diri
mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” (az-Zumar: 15) [Taisirul Karimirrahman, hlm. 487—488]
Terjadi
perselisihan di kalangan para ulama tentang siapa yang dimaksud dalam ayat ini.
Pendapat tersebut di antaranya ada yang mengatakan bahwa:
- Mereka adalah para pendeta. Terdapat riwayat dari Sa’d bin Abi Waqqash, dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhuma dan adh-Dhahhak. (Tafsir ath-Thabari, 16/33)
- Pendapat lain mengatakan mereka adalah Ahlul Kitab: Yahudi dan Nasrani. Pendapat ini juga diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhuma.
Ath-Thabari
rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Mush’ab bin Sa’d bin Abi
Waqqash, ia berkata, “Aku bertanya kepada ayahku tentang ayat ini. ‘Apakah
(yang dimaksud) adalah Haruriyyah (Khawarij)?’
Sa’d
bin Abi Waqqash (ayahnya) menjawab, “Bukan. Mereka adalah Ahlul Kitab, Yahudi
dan Nasrani. Adapun Yahudi mereka telah mendustakan Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Sedangkan Nasrani karena mereka mengingkari surga dan
berkata, ‘Di dalamnya tidak ada makanan dan minuman’.” (Tafsir ath-Thabari,
16/33)
- Pendapat lain mengatakan bahwa mereka adalah Khawarij sebagaimana yang diriwayatkan oleh ath-Thabari rahimahullah dengan sanadnya dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu ketika menafsirkan ayat ini, beliau berkata, “Kalian (yang dimaksud), wahai penduduk Harura’ (Khawarij, red.)!” (ath-Thabari, 11/34)
- Pendapat yang mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang kafir penduduk Makkah. Ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. (Tafsir al-Qurthubi, 11/66)
Perumpamaan Dunia
وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ
لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Kehidupan
dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya ? [al-An’âm/6: 32]
Imam
al-Alûsi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah semua perbuatan yang
dikhususkan hanya untuk kehidupan dunia ini seperti main-main dan senda gurau,
yaitu tidak bermanfaat dan tidak tetap (kekal). Dengan penjelasan ini,
sebagaimana dikatakan oleh banyak ulama’, amal-amal shalih yang dilakukan di
dunia ini tidak termasuk (main-main dan sendau gurau), seperti ibadah dan
perbuatan yang dilakukan untuk kebutuhan pokok dalam kehidupan.” [1]
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ
اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allâh. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi. [ al-Munâfiqûn/63: 9]
Imam
Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan para hambaNya yang beriman untuk banyak mengingatNya dan melarang
mereka sibuk dengan harta serta anak-anak sampai lupa dzikir. Allâh juga
memberitakan kepada mereka bahwa barangsiapa terlalaikan oleh kesenangan
kehidupan dunia dan segala perhiasannya dari tujuan utama penciptaannya yaitu
mentaati Rabbnya dan selalu mengingatNya, maka dia termasuk orang-orang yang merugi.
Yang merugikan diri mereka sendiri beserta keluarga mereka pada hari kiamat.”
[2]
وَأَنْفِقُوا
مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ
رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ
الصَّالِحِينَ
Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?”
[al-Munâfiqûn/63:10]
Ayat
ini mengisyaratkan bahwa semua orang yang melalaikan kewajiban akan menyesal
pada saat ajal menjemput. Dia akan meminta perpanjangan waktu walau sejenak
untuk mencari keridhaanNya dan memperbaiki yang telah lewat. Tetapi itu
mustahil. Segala yang sudah terjadi telah berlalu dan akan terjadi apa yang
akan datang. Setiap orang akan mengungkapkan penyesalannya sesuai dengan kadar
kelalaiannya”. [3]
Allâh Azza wa Jalla memberitakan penyesalan orang-orang kafir dengan firmanNya:
وَأَنْذِرِ
النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا
أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ
أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
Dan
berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang
adzab kepada mereka, maka orang-orang yang zalim berkata : “Ya Rabb kami,
berikanlah tangguh kepada kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam
waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan akan mengikuti
rasûl-rasûl”. (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah dahulu (di dunia) kamu telah
bersumpah bahwa kamu sama sekali tidak akan binasa ? [Ibrâhîm/14: 44]
Juga
dalam firmanNya:
حَتَّىٰ إِذَا
جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا
فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ
وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
(Demikianlah
keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila kematian mendatangi salah
seorang dari mereka, dia berkata: “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar
aku dapat melakukan amal saleh pada segala yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja,
dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
[al-Mukminûn/23: 99-100]
Dunia Tempat Ujian
ٱلَّذِي
خَلَقَ ٱلۡمَوۡتَ وَٱلۡحَيَوٰةَ لِيَبۡلُوَكُمۡ أَيُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلٗاۚ
وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡغَفُورُ ٢
“Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian siapa di antara kalian
yang lebih baik amalannya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (al-Mulk: 2)
Ketika
Fudhail bin Iyadh rahimahullah
menafsirkan firman Allah ‘azza wa
jalla “Siapakah di
antara kalian yang paling baik amalannya,” beliau berkata, “Yaitu
yang paling ikhlas dan paling benar. Sesungguhnya apabila suatu amalan ikhlas
tapi tidak benar, tidaklah diterima sampai amalan itu ikhlas dan benar. Ikhlas
semata-mata untuk Allah subhanahu wa
ta’ala dan benar yaitu berada di atas As-Sunnah.”
Dua syarat
ini pun telah diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلاَ إِلىَ صُوَرِكُمْ
وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلىَ قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada fisik (jasmani) dan bentuk tubuh kalian akan tetapi
Allah melihat kepada hati-hati dan amalan kalian.” (Sahih,
HR. Muslim
dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu)
أَفَمَن
زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنٗاۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن
يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۖ فَلَا تَذۡهَبۡ نَفۡسُكَ عَلَيۡهِمۡ حَسَرَٰتٍۚ
إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا يَصۡنَعُونَ ٨
“Maka
apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik perbuatannya yang buruk
lalu dia meyakini perbuatannya itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu
[setan])? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki dan
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Maka janganlah dirimu binasa karena
kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.” (al-Fathir: 8)
Ikhtitam
1.Kerugian bagi para pendeta,ahlul kitab(Yahudi dan
Nasrani),kaum khawarij,dan orang-orang kafir.
2.Kerugian disebabkan cinta buta harta,keturunan,tidak
bersedekah dan tidak menjadi orang shalih.
3.Hidup dan mati merupakan ujian. Untuk itu,siapa yang
paling terbaik amal shalihnya.
https://almanhaj.or.id
jakarta 26/8/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar