RASA SYUKUR
وَمَا بِكُمْ
مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan
apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs.
An Nahl: 53)
إِنَّ اللَّهَ
لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ
يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid
(alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).
Perintah Bersyukur
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki
yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.” (QS.
Al Baqarah: 172).
“Sesungguhnya
apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta.
Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki
kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al Ankabut : 17).
“Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152).
Syukur
Dalam Perspektif Hadits
“Sungguh
menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini
tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan
kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.
Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu
merupakan kebaikan baginya.” (HR
Muslim).
“Yang paling pandai
bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada
manusia.” (HR. Ath-Thabrani).
“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang tadi):“Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena ujian seperti itu betapapun keadaannya.” (HR. Abu Dawud).
“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Tirmidzi).
“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang tadi):“Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena ujian seperti itu betapapun keadaannya.” (HR. Abu Dawud).
“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Tirmidzi).
Ketika Rasulullah SAW
beribadah sampai beliau bengkak-bengkak, Sayidah Aisyah istrinya berkata,
“Wahai Rasulullah, mengapa engkau beribadah sampai seperti itu, bukankah Allah
telah mengampuni segala dosamu?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah engkau suka
aku menjadi hamba Allah yang bersyukur?” (HR Bukhari dan Muslim).
“Bersyukur
atas nikmat Allah akan melestarikan nikmat tersebut.” (HR. Ad Dailami)
Ibnu
`Abbas menceritakan, Rasulullah bersabda, “Orang pertama yanag akan dipanggil
untuk masuk surga adalah orang-orang yang senantiasa memanjatkan puji syukur
kepada Allah, yaitu orang-orang yang senantiasa memuji Allah dalam keadaan
lapang dan dalam keadaan sempit” (Tanbihul
Ghafilin 197).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya
sebaik-baik hamba Allah adalah orang yang suka memanjatkan puji dan syukur
kepada Allah” (Riyadhus Shalihin 27).
Syukur ala Imam Ghazali
IMAM Al-Ghazali menjelaskan bahwa cara bersyukur kepada
Allah SWT terdiri dari empat komponen, yaitu:
1.
Syukur dengan Hati.
Syukur
dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang kita
peroleh, baik besar, kecil, banyak maupun sedikit semata-mata karena anugerah
dan kemurahan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari
Allah,” (QS. An-Nahl: 53)
2. Syukur dengan Lisan.
Ketika hati
seseorang sangat yakin bahwa segala nikmat yang ia peroleh bersumber dari
Allah, maka spontan ia akan mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi
Allah). Karenanya, apabila ia memperoleh nikmat dari seseorang, lisannya tetap
memuji Allah. Sebab ia yakin dan sadar bahwa orang tersebut hanyalah perantara
yang Allah kehendaki untuk “menyampaikan” nikmat itu kepadanya.
3. Syukur dengan Perbuatan.
Syukur
dengan perbuatan mengandung arti bahwa segala nikmat dan kebaikan yang kita
terima harus dipergunakan di jalan yang diridhoi-Nya. Misalnya untuk beribadah
kepada Allah, membantu orang lain dari kesulitan, dan perbuatan baik lainnya.
Nikmat Allah harus kita pergunakan secara proporsional dan tidak berlebihan
untuk berbuat kebaikan.
Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah senang melihat atsar
(bekas/wujud) nikmat-Nya pada hamba-Nya,” (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Amr).
4. Menjaga Nikmat dari Kerusakan.
Ketika
nikmat dan karunia didapatkan, cobalah untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. Setelah itu, usahakan untuk menjaga nikmat itu dari kerusakan.
Misalnya: Ketika kita dianugerahi nikmat kesehatan, kewajiban kita adalah
menjaga tubuh untuk tetap sehat dan bugar agar terhindar dari sakit. Demikian
pula dengan halnya dengan nikmat iman dan Islam, kita wajib menjaganya dari
“kepunahan” yang disebabkan pengingkaran, pemurtadan dan lemahnya iman.
Manfaat
Bersyukur
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
“Dan
sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur
untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
(QS. Al Luqman : 31).
“Mengapa
Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha
Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.”
(QS. An Nisaa’ : 147).
“Sesuatu
yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya
Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran:145)
Ikhtitam
Hendaklah kita selalu mengingat-ingat kenikmatan Allah
yang berupa kesehatan, kemudian bersyukur kepada-Nya, dengan memanfaatkannya
untuk ketaatan kepada-Nya. Jangan sampai menjadi
orang yang rugi, sebagaimana hadits berikut,
عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ
الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dari
Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua
kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan
waktu luang”. (HR Bukhari, no. 5933)
Sumber:1.https://muslimah.or.id
2.https://www.islampos.com
Jakarta 18/8/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar