Senin, 12 Januari 2015

MENGENAL TASAWUF (PT)




BELAJAR BERTASAWUF ?
“Sesungguhnya berbahagialah orang yang membersihkan diri, dan ia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.” (QS. Al- A'la: 14-15)
“Hai orang-orang yang beriman; berdhikirlah (dengan) menyebut (nama) Allah, dhikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbhilah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”(Q.S. Al-Ahzab: 41-42)
Muqaddimah
Muncul juga pernyataan lain, yang mengatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari “ahlus shuufah” yaitu sebuah kelompok muslimin yang memilih hidup zuhud, sederhana dan sembari bernaung diemperan atau beranda Masjid Nabawi Rasulullah SAW, mereka beribadah, bertempat tinggal seumur hidup diberanda Masjid Nabawi. Dari kata “ahlus shuufah” ini, muncul asumsi bahwa tasawuf berasal darinya, yaitu sekumpulan muslimin yang hidup zuhud bersama Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Dari beberapa istilah asal kata tasawuf diatas, masih banyak beberapa perspektif lain mengenai asal istilah Tasawuf. Apabila kita menelusuri lebih jeli, betul adanya bahwa Tasawuf memang lahir dari ajaran Islam, karena rujukan utama mereka adalah al-Quran, al-Hadits, serta riwayat-riwayat dari ajaran para pendahulu Islam.
Sebut saja dalam istilah tasawuf terdapat sebuah istilah “sanad” atau “silsilah”, dalam hal ini khusunya para sufi yang mengaplikasikan penyucian jiwa melalui “thoriqoh” mempunyai garis turun temurun yang berasal dari Rasulullah SAW, kemudian kepada Sayyidina Ali bin abi Thalib KW, Sayyidina Hasan, Sayyidina al-Husain, sayyidina Ali zainal abidin, Sayyidina Muhammad al-Baqir, Sayyidina Ja’far shadiq, dan turun menurun melalui keturunan, murid-murid mereka serta para Sahabat Rasulullah SAW yang terpilih.
Dalam ordo sufi atau Thoriqoh sanad ini dikenal sebagai “silsilah dzahabiyyah” / silsilah ke-emas-an, yang berarti satu sama lain saling berkaitan, bersambung dan berhubungan secara metafisik/spiritual. Kita sering mendengar dan bahkan mengenal thoriqoh qaadiriyyah, Alawiyyah, syadziliyyah, naqsyabandiyyah, syattariyyah dsb, semua kelompok tersebut sama-sama bertumpu pada ajaran spiritual dan akhlak Rasulullah SAW.
Sebagai penutup, istilah tasawuf dalam Islam bukan hal yang asing seperti dikatakan para orientalis bahwa tasawuf bukan berasal dari ajaran Islam. Justru sebaliknya Tasawuf berasal dari Ajaran Islam sejak diajarkan kepada para Keluarga, Murid dan Sahabat Rasulullah SAW yang terdahulu.
Pengertian Tasawuf
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang di-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Nasution, misalnya menyebutkan lima istilah yang ber-dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah), (orang yang nindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah), saf (baris-sufi (suci), sophos (bahasa Yunani: hikmat), dan suf (kain Keseluruhan kata ini bisa-bisa saja dihubungkan dengan wuf. Kata ahl al-suffah (orang yang ikut pindah dengan Nabi Mekkah ke Madinah) misalnya menggambarkan keadaan yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain-lainya hanya untuk Allah.
Mereka ini rela meninggalkan jung halamannya, rumah, kekayaan dan harta benda lainnya kah untuk hijrah bersama Nabi ke Madinah. Tanpa ada iman dan kecintaan pada Allah, tak mungkin mereka ukan hal yang demikian. Selanjutnya kata sa/juga meng-rkan orang yang selalu berada di barisan depan dalam adah kepada Allah dan melakukan amal kebajikan. Demi-pula kata sufi (suci) menggambarkan orang yang selalu ielihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat, dan kata suf (Kain wol) menggambarkan orang yang hidup sederhana dan mementingkan dunia. Dan kata sophos (bahasa Yunani) mbarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung ke pada kebenaran.
Dari segi Linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara cian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang diguna-kannya masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang1 ber-Tuhan. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, maka tasawuf dapat didefinisikan seba­gai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.(guzzairulhaq.wordspress.com)
Tassawuf adalah membersihkan jiwa dari pengaruh benda atau alam supaya dia mudah menuju kepada TUHAN. (Prof.DR.HAMKA)
dari beberapa difinisi tersebut dapat disimpulkan :pada dasarnya Tassawuf adalah laku mendekatkan diri dari hamba kepada TUHANnya,dengan cara mensucikan diri melalui ibadah ibadah, meninggalkan sifat tercela dan menghiasi dengan sifat terpuji,sehingga mendapatkan kedudukan yang mulia disisi ALLOH.
Pokok-pokok Ajaran Tasawuf
Pembagian Tasawuf yang ditinjau dari lingkup materi pembahasannya menjadi tiga macam, yaitu:
a.Tasawuf Aqidah
yaitu ruang lingkup pembicaraan Tasawuf yang menekankan masalah-masalah metafisis (hal-hal yang ghaib), yang unsur-unsurnya adalah keimanan terhadap Tuhan, adanya Malaikat, Syurga, Neraka dan sebagainya. Karena setiap Sufi menekankan kehidupan yang bahagia di akhirat, maka mereka memperbanyak ibadahnya untuk mencapai kebahagiaan Syurga, dan tidak akan mendapatkan siksaan neraka. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut, maka Tasawuf Aqidah berusaha melukiskan Ketunggalan Hakikat Allah, yang merupakan satu-satunya yang ada dalam pengertian yang mutlak. Kemudian melukiskan alamat Allah SWT, dengan menunjukkan sifat-sifat ketuhanan-Nya. Dan salah satu indikasi Tasawuf Aqidah, ialah pembicaraannya terhadap sifat-sifat Allah, yang disebut dengan “Al-Asman al-Husna”, yang oleh Ulama Tarekat dibuatkan zikir tertentu, untuk mencapai alamat itu, karena beranggapan bahwa seorang hamba (Al-‘Abid) bisa mencapai hakikat Tuhan lewat alamat-Nya (sifat-sifat-Nya).
b.Tasawuf Ibadah
yaitu Tasawuf yang menekankan pembicaraannya dalam masalah rahasia ibadah (Asraru al-‘Ibadah), sehingga di dalamnya terdapat pembahasaan mengenai rahasia Taharah (Asraru Taharah), rahasia Salat (Asraru al-Salah), rahasia Zakat (Asraru al-Zakah), rahasia Puasa (Asrarus al-Shaum), rahasia Hajji (Asraru al-Hajj) dan sebagainya. Di samping itu juga, hamba yang melakukan ibadah, dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1)        Tingkatan orang-orang biasa (Al-‘Awam), sebagai tingkatan pertama.
2)        Tingkatan orang-orang istimewa (Al-Khawas), sebagai tingkatan kedua.
3)        Tingkatan orang-orang yang teristimewa atau yang luar biasa (Khawas al-Khawas), sebagai tingkatan ketiga.
Kalau tingkatan pertama dimaksudkan sebagai orang-orang biasa pada umumnya, maka tingkatan kedua dimaksudkan sebagai para wali (Al-Auliya’), sedangkan tingkatan ketiga dimaksudkan sebagai para Nabi (Al-Anbiya’).
Dalam Fiqh, diterangkan adanya beberapa syarat dan rukun untuk menentukan sah atau tidaknya suatu ibadah. Tentu saja persyaratan itu hanya sifatnya lahiriah saja, tetapi Tasawuf membicarakan persyaratan sah atau tidaknya suatu ibadah, sangat ditentukan oleh persyaratan yang bersifat rahasia (batiniyah). Sehingga Ulama Tasawuf sering mengemukakan tingkatan ibadah menjadi beberapa macam, misalnya Taharah dibaginya menjadi empat tingkatan:
1)        Taharah yang sifatnya mensucikan anggota badan yang nyata dari hadath dan najis.
2)        Taharah yang sifatnya mensucikan anggota badan yang nyata dari perbuatan dosa.
3)        Taharah yang sifatnya mensucikan hati dari perbuatan yang tercela.
4)        Taharah yang sifatnya mensucikan rahasia (roh) dari kecendrungan menyembah sesuatu di luar Allah SWT.
Karena Tasawuf selalu menelusuri persoalan ibadah sampai kepada hal-hal yang sangat dalam (yang bersifat rahasia), maka ilmu ini sering dinamakan Ilmu Batin, sedangkan Fiqh sering disebut Ilmu Zahir.
c.    Tasawuf Akhlaqi
Yaitu Tasawuf yang menekankan pembahasannya pada budi pekerti yang akan mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga di dalamnya dibahas beberapa masalah akhlaq, antara lain:
1)        Bertaubat (At-Taubah); yaitu keinsafan seseorang dari perbuatannya yang buruk, sehingga ia menyesali perbuatannya, lalu melakukan perbuatan baik.
2)        Bersyukur (Asy-Shukru); yaitu berterima kasih kepada Allah, dengan mempergunakan segala nikmat-Nya kepada hal-hal yang diperintahkan-Nya;
3)        Bersabar (Ash-Sabru); yaitu tahan terhadap kesulitan dan musibah yang menimpanya.
4)        Bertawakkal (At-Tawakkul); yaitu memasrahkan sesuatu kepada Allah SWT. Setelah berbuat sesuatu semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan.
5)        Bersikap ikhlas (Al-Ikhlas); yaitu membersihkan perbuatan dari riya (sifat menunjuk-nunjukkan kepada orang lain), demi kejernihan perbuatan yang kita lakukan.
Urgensi Bertasawuf
Buah yang diharapkan dari laku TASSAWUF adalah jiwa yang dermawan, hati yang tenang, dan pekerti yang baik kepada semua makluk.Dan Tassawuf dapat digunakan sebagai sarana untuk mendidik hati dan mengetahui alam gaib menuju buahnya tersebut diatas.Ilmu Tassawuf tidak berbicara tentang ungkapan lisan, melainkan tentang perasaan dan emosi.Ilmu ini tidak bisa dipelajari dari lembar kertas, melainkan diambil dari para ahli rasa.Imu ini tidak  bisa diperoleh dengan banyak ceritera, melainkan dengan melayani para guru dan menyertai para ahli kesempurnaan ( ahluluKamal)
Ilmu Tasawuf merupakan penyempurna dan syarat bagi semua ilmu lain, karena tidak ada satupun ilmu dan perbuatan kecuali bertujuan menghadap diri kepada ALLOH, dan ikhlas merupakan syarat dalam segala urusan.Syech As Sayuthi berkata :Ilmu Tassawuf menjadi penyempurna dan memperindah bagi ilmu ilmu lain,hubungan ilmu tassawuf dengan ilmu lain seperti hubungan ilmu bayan dan nahwu ataumenurut sych Zaruq;seperti ruh dan jasad.
Dasarnya Bertasawuf
Syekh Ahmad bin Muhammad bin ‘Ajibah al Hasani ,mengatakan : Ilmu Tassawuf bersumber dari Al Qur’an, Sunnah, Ilham orang orang salih dan riwayat dari para ‘arif.
Beberapa ayat Al Qur’an sebagi landasan Tassawuf sebagai berikut :
1.Qur’an 3 ;Surat Ali Imron 31
Katakanlah ; Jika kamu mencintai ALLOH, ikutilah aku,niscaya ALLOH mencintaimu dan mengampuni dosa dosamu ALLOH maha pengampun maha penyayang.”
2.Al Qur’an 33:Al Ahzab :41 – 42
“Hai orang orang beriman berdzikirlah ( dengan menyebut nama ALLOH ),dzikir sebanyak sebanyaknya, dan bertasbihlah kepadaNYA diwaktu pagi dan petang.”
3.Al Qur’an 2:Al Baqoroh ;186
Dan apabila hambaku hambaku bertanya kepadamu tentang AKU maka ( jawablah ),AKU adalah dekat.AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdo’a kepadaKU.Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahku ) dan hendaklah mereka beriman kepadaKU, agarmereka memperoleh kebenaran “.
4.Al Qur’an2:Albaqoroh ;115
Timur dan barat adalah kepunyaan ALLOH, kemana saja kamu berpaling disitu ada wajah ALLOH sungguh.Alloh maha luas maha mengetahui “.
5.AlQur’an 50: Qof: 16
“ Dan sesungguhnya KAMI telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya,dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya .“
Ikhtitam
Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang bertuhan, tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Sehingga pada intinya tasawuf merupakan upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan. Dengan harapan, hal ini dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan dunia sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain, tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Allah SWT. Inilah esensi atau hakikat tasawuf.
Rujukan
Asmaran. 1996. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers
Solihin, dkk. 2005. Akhlak Tasawuf. Bandung: Nuansa
Mahmud, Abdul Halim. 2001. Tasawuf di Dunia Islam Bandung: Pustaka Setia
Jakarta 12/1/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman