Kamis, 10 September 2015

MAU BAHAGIA




KITA BISA BAHAGIA ?


قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’aam: 153)
ٌّفَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَيَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thoha: 123-124)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Muqaddimah
Dalam Al-Quran kata yang paling tepat menggambarkan kebahagiaan adalah kata Aflaha. Aflaha merupakan kata turunan dari akar kata falaha yang memiliki arti: kemakmuran, keberhasilan, kenyamanan, atau keadaan hidup yang senantiasa dalam kebaikan dan keberkahan. Arti kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya ketentraman dan kenyamanan saja. Karena yang demikian suatu saat tidak melahirkan kebahagiaan. Untuk mencapai tahap kebahagiaan, kelestarian dan usaha menetapkan perasaan kenyamanan dan kesenangan itu dalam diri harus senantiasa dijaga (h. 17-18).
Menurut hasil kajian Kang Jalal , di dalam Al-Quran banyak terdapat redaksi la’lakum tuflihuna (dalam QS 2:189, QS 3:130, QS 3:200, QS 5: 35, QS 5:90, QS 5:100, QS 7:69, QS 8: 45, QS 22:77, QS 24:31, QS 62: 10) itu menunjukkan bahwa semua perintah Allah dimaksudkan agar hidup kita bahagia dengan cara melakukan perbuatan yang dapat mengantarkan kita pada kebahagiaan. Salah satunya adalah dengan membahagiaan orang lain. Hal ini sesuai dengan hadits yang meriwatkan suatu ketika Rasul saw, ditanya tentang amal yang paling utama, beliau menjawab, “Engkau masukkan rasa bahagia pada hati seorang mukmin, engkau lepaskan kesulitan, engkau hibur hatinya, dan engkau lunasi utang-utangnya” (h. 19-22).
Secara lebih detail Kang Jalal menjabarkan cara meraih kebahagiaan dalam hidup berdasarkan kajian ayat-ayat Al-Quran. Pertama, yakinlah di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Kita sering merasa bingung, frustasi dan sedih dikala ditimpa oleh suatu kondisi sulit dan payah, sehingga hidup terasa tidak menyenangkan dan penuh putus asa. Maka, agar hati kita tetap bahagia dan tenang yakinlah bahwa Allah tidak menurunkan kesulitan kecuali disertai kemudahan, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Insyirah, “…. Sungguh, bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Bersama kesulitan benar-benar selalu ada kemudahan” (h. 29).
Keenam, mengurangi keinginan yang bersifat duniawi dengan zuhud dan qona’ah. Karena terkadang banyak keinginan yang tidak realistis, sehingga menjadikan diri stress sebab tak semua keinginan dapat dicapai. Biasanya keinginan datang dari luar diri kita, maka buanglah keinginan-keinginan yang sebenarnya bukan keinginan anda. Tentukanlah keinginan anda sendiri dan kurangi keinginan anda. Sebab tidak ada cara yang paling mudah menghilangkan stress kecuali mengurangi keinginan untuk memiliki segala-galanya. Al-Quran dalam surat Thaha: 124 menggambarkan situasi sters dengan kalimat, “dadanya dijadikan sesak dan sempit, seperti orang yang terbang ke langit” (h. 179).
Meraih Kebahagiaan dalam Al-Quran dan Sunnah ?
1. Beriman dan beramal soleh.
"Sesiapa yang beramal soleh baik lelaki ataupun perempuan dalam keadaan mereka beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan membalas mereka dengan apa yang mereka amalkan." (An-Nahl : 97)
  • Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahawa segolongan ulama' mentafsirkan bahawa kehidupan yang baik (dalam ayat ini) ialah rezeki halal dan baik (halalan toyyiban).
  • Saidina Ali pula mentafsirkannya dengan sifat qanaah (berasa cukup)
  • Ali bin Abi Thalhah dari Ibn 'Abbas meriwayatkan kehidupan yang baik itu adalah kebahagiaan.
2. Sentiasa mengingati Allah.
  • Dengan berzikir kita akan mendapat kelapangan dan ketenangan sekaligus bebas dari rasa gelisah dan gundah gulana.
Firman Allah : "Ketahuilah dengan mengingat (berzikir) kepada Allah akan tenang hati itu." (Al-Ra'd : 28)
3. Bersandar kepada Allah.
  • Dengan cara ini seorang hamba akan memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa dan kecewa.
Allah berfirman yang bermaksud : "Siapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya." (Al-Talaq :3)
4. Sentiasa mencari peluang berbuat baik.
  • Berbuat baik kepada makhluk dalam bentuk ucapan mahupun perbuatan dengan iklas dan mengharapkan pahala daripada Allah akan memberi ketenangan hati.
Firman-Nya, bermaksud : "Tidak ada kebaikan dalam kebanyakkan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan daripada orang yang menyuruh (manusia) untuk bersedekah atau berbuat kebaikan dan ketaatan atau memperbaiki hubungan antara manusia. Barang siapa melakukan hal itu kerana mengharapkan keredhaan Allah, nescaya kelak Kami akan berikan padanya pahala yang besar." (An-Nisa' : 114)

5. Tidak panjang angan-angan tentang masa depan dan tidak meratapi masa silam.
  • Fikir tetapi jangan khuatir. Jangan banyak berangan-angan terhadap masa depan yang belum pasti. Ini akan menimbulkan rasa gelisah oleh kesukaran yang belum tentu datang. Juga tidak terus meratapi kegagalan dan kepahitan masa lalu kerana apa yang telah berlalu tidak mungkin dapat dikembalikan semula.
Rasulullah saw bersabda maksudnya : "Bersemangatlah untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan jangan lemah. Apabila menimpa akan kamu sesuatu (daripada perkara yang tidak disukai) janganlah engkau berkata : 'Seandainya aku melakukan ini nescaya akan begini dan begitu', akan tetapi katakanlah : 'Allah telah menetapkan dan apa yang Dia inginkan Dia akan lakukan', kerana sesungguhnya kalimat 'seandainya' itu membuka kepada amalan syaitan".
(Hadis Riwayat Muslim)

6. Melihat "kelebihan" bukan kekurangan diri.
  • Lihatlah orang yang di bawah dari segi kehidupan dunia, misalnya dalam kurniaan rezeki kerana dengan begitu kita tidak akan meremehkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita.
Rasulullah saw bersabda yang bermaksud : "Lihatlah orang yang di bawah kamu dan jangan melihat orang yang di atas kamu kerana dengan (melihat ke bawah) lebih mudah untuk kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada kamu."
(Hadis Riwayat Bukhari Dan Muslim)
7. Jangan mengharap ucapan terima kasih manusia.
  • Ketika melakukan sesuatu kebaikan, jangan mengharapkan ucapan terima kasih ataupun balasan manusia. Berharaplah hanya kepada Allah.
  • Kata bijak pandai, jangan mengharapkan ucapan terima kasih kerana umumnya manusia tidak pandai berterima kasih.
  • Malah ada hukama' berkata, "Sekiranya kita mengharapkan ucapan terima kasih daripada manusia nescaya kita akan menjadi orang yang sakit jiwa."
Firman Allah swt : "Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu hanyalah kerana Allah semata-mata, kami tidak berkehendakkan sebarang balasan daripada kamu atau ucapan terima kasih." (Surah Al-Insan : 9)
Ikhtitam
Al Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”
Malik bin Dinar mengatakan, “Tidak ada kelezatan selezat mengingat Allah.”
Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.’” Wallahu a’laam.
Sumber:1.http://mencarimardhatillah-ansarullah.blogspot.com
2.http://www.kompasiana.com
3.https://muslim.or.id
Jakarta 10/9/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman