Selasa, 16 Desember 2014

MENYEKUTUKAN ALLAH SWT




PENYIMPANGAN AQIDAH MASA KINI ?


48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.(An-Nisa’:48)

وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الأَئِمَةِ  الْمُضلِّيْنَ

“Yang aku khawatirkan akan menimpa umatku, justru adalah para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Daud : Kitab Fitan No. 3710)

Muqaddimah

Sebenarnya Islam adalah agama yang lurus dan murni yaitu agama yang suci serta terhindar dari pada hal-hal yang kotor, yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang berupa sekumpulan wahyu Allah untuk mengatur tatanan kehidupan manusia di dunia ini. Namun walaupun begitu ternyata masih saja bentuk-bentuk penyimpangan akidah berkembang dalam kehidupan.

Di negri kita penyimpangan akidah bukanlah persoalan dan kasus baru yang kita jumpai. Bahkan ia telah ada sejak negri ini merebut kemerdekaannya dan terbebas dari belenggu penjajahan. Seperti masuknya faham dan ajaran (komunis atheis) yang disisipkan oleh partai yang saat itu legal bahkan sempat memiliki masa yang cukup diperhitungkan (baca: PKI, pen.). Tapi tampaknya penyimpangan terhadap akidah akan terus berlangsung sampai kapan pun dalam negri kita, bahkan ia akan menjadi persoalan atau kasus yang akhirnya dianggap biasa dan sah-sah saja, hingga tidak peduli jika mereka atau keluarga mereka sendiri telah masuk dan terjerumus ke dalam lembah kesesatan tersebut.

Dan belakangan ini kita saksikan banyak sekali bermunculan aliran-aliran sesat dan menyesatkan yang sangat meresahkan umat dan menodai ajaran Islam serta merusak akidah yang benar, seperti kasus nabi palsu; Lia Eden, al-Qiyadah al-Islamiyah, dan baru-baru ini kasus lama yang muncul kembali yakni kasus kelompok dan ajaran sesat Ahmadiyah yang menimbulkan pro-kontra di antara umat Islam bahkan sampai menyebabkan terjadinya insiden Monas yang sangat miris dan sangat disayangkan karena faktanya pertikaian yang terjadi adalah antara umat Islam itu sendiri.

Padahal faham dan ajaran yang dianut oleh kelompok ini jelas-jelas telah menodai ajaran Islam dan menyimpang dari akidah Islam yang benar, tapi anehnya masih saja ada sebagian umat Islam dan tokoh-tokoh Islam yang turut membela dan memperjuangkannya. -Allah yahdihim- dan ironisnya ternyata sebagian umat Islam/ ormas Islam yang mendukung aksi penolakan dibubarkannya Ahmadiyah disinyalir mendapat sokongan dana dari agen yahudi (yang membawa misi zionisme).

Perlu kita ketahui bahwa penyimpangan terhadap akidah dalam Islam merupakan persoalan yang sangat besar dan tidak dapat dianggap sepele karena dapat menyebabkan para pelakunya dan orang-orang yang mendukung berlangsungnya penyimpangan terhadapnya keluar dari agama Islam itu sendiri (baca: murtad, pen.).

Akidah (baca: Akidah yang shahih, pen.) dalam Islam merupakan perkara yang sangat menentukan kehidupan dan kebahagian seseorang di dunia dan terlebih di akhirat kelak. Karena Akidah yang shahih merupakan landasan/ asas agama Islam dan menjadi syarat mutlak sah dan diterimanya amal yang dilakukan oleh seorang muslim. Dan manusia tanpa akidah yang benar akan selalu dihantui dan menjadi mangsa keragu-raguan yang akan menutup pandangannya untuk menggapai kebahagian hidup yang hakiki dan sebaliknya dia akan menjalani kehidupan yang sempit lagi menyiksa meskipun ia hidup bergelimangan harta dan memiliki fasilitas-fasilitas hidup yang serba mewah.

Ruang Lingkup Aqidah

Apa yang akan kita pelajari dalam akidah ini? Ulama telah membagi ruang lingkup pembahasan akidah ke dalam 4 (empat) pembahasan, yaitu:

  1. Ilahiyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan masalah ketuhanan utamanya pembahasan tentang Allah.
  2. Nubuwwat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan utusan-utusan Allah, yaitu para nabi dan para rasul Allah.
  3. Ruhaniyat, yaitu pembahasan yang berkenaan dengan makhluk gaib, seperti Jin, Malaikat, dan Iblis.
  4. Sam’iyyat, yaitu pembahasan yang bekenaan dengan alam ghaib, seperti alam kubur, akhirat, surge, neraka, dan lain-lain.

Dosa-dosa Besar Dalam Islam

1.Syirik

Syirik kata dasarnya adalah syarika yang berarti ‘jadilah ia berteman atau bersekutu’ (shᾱra syarīkan) kemudian ditambah awalan hamzah menjadi asyraka yang berarti menyekutukan atau menjadikan sesuatu (yang satu) menjadi dua (ja’ala syarīkan). Dalam islam syirik di artikan dengan keyakinan Tuhan banyak. Dalam Tauhid, syirik di ma’nakan sebagai suatu keyakinan bahwa terdapat kekuatan lain bersama Allah dalam pelaksanaan taqdir dan pengaturan alam.

48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
Baginda Rasulullah juga pernah bersabda yang diantaranya ditakhrij al-Bukhārī sebagai berikut: عن آنس بن مالك عَنِ النبي يقول : أَكْبَرُالْكَبَائِرِ اَلْإشْرَاكُ بِاللِه …… الج dari Anas bin Mālik dari Nabi beliau bersabda: ‘dosa-dosa yng paling besar itu adalah syirik kepada Allah…..

Sedangkan asbāb al-Nuzūl ayat 48 nya, yang didikemukakan oleh Ibnu Abi Hātim dan al-Thabarani bersumber dari Abi Ayyub al-Anshari ia berkata, “ ada seorang laki-laki yang datang menghadap Nabi SAW, dan berkata : “sesungguhnya saya punya keponakan yang tidak mau menghentikan berbuat haram. Rasulullah bersabda: “agama apa yang dia peluk”? Ia menjawab: “ dia mau salat dan mengesakan Allah” Rasul bersabda:” suruhlah ia meninggalkan agamanya, kalau tidak mau suruhlah membeli agamanya”. Kemudian laki-laki itu melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah itu. Setelah disampaikan, keponakannya itu menolak dan enggan melaksanakan. Lalu ia datang menghadap Nabi lagi dan berkata: “sudah saya sampaikan apa yang engkau perintahkan, tetapi ia masih saying agamanya”. Maka turunlah ayat tersebut.

Kemudian diantara perbuatan-perbuatan yang dinilai syirik adalah sebabai berikut: a. Bersumpah kepada selain Allah, sebagaimana yang telah disabdakan oleh baginda Rasulullah SAW sebagai berikut: عن ابن عمرقال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ حَلَفَ بِشَيْئٍ دُوْنَ اللهِ تَعَالَى فَقَدْ أَشْرَكَ
Dari Ibnu Umar ia berkata, telah bersabda nabi SAW: barang siapa yang bersumpah dengan seuatu selain Allah, maka sungguh ia telah syirik”.

b. Menggantung Jimat, Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadis, عن عقبة بن عامر قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ عَلَّقَ تَمِيْمَةً فقدْ أَشْرَكَ.
Dari Uqbah bin Amir, telah bersabda Rasulullah SAW, “siapa yang menggantungkan jimat maka ia telah syirik”.

c. Rukyah dan Pelet, kedua hal ini juga tergolong kepada syirik, sebagaimana yang telah dituturkan Nabi SAW, عن زينب امرأة عبدالله, عن عبدالله قال سمعت رسول الله يقول: إنَّ الرُّقَّى وَالتَّمَائِمَ وَالتَّوَلَةَ شِرْكٌ.
Dari zainab isteri Abdullah dari Abdullah ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda: “ sesungguhnya rukyah, jimat, dan pelet itu adalah syirik”.

d. Menyembelih untuk selain Allah, ada orang yang pergi kepada tukang sihir supaya dia mengobati penyakitnya. Tukang sihir tersebut meminta seekor hewan darinya dengan sifat-sifat tertentu (ayam hitam mulus tidak ada warna putihnya, misalnya) dan sejenisnya. Kemudian dia menyembelihnya dan melumurkan darahnya pada orang yang sakit, untuk meminta keridhaan Jin. Ini diharamkan dan pelakunya dilaknat.
Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah SAW, dalam hadis yang diriwayatkan Muslim, عن على بن أبى طالب, قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغيرِاللهِ “….الخ.
Dari Ali bin Abi Thālib ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”.

e. Sihir dan perdukunan, tidak diragukan lagi bahwa kedua hal ini merupakan perbuatan syirik yang melibatkan Jin dan Setan sebagai teman dan pembantu mereka. Mengenai sihir Nabi menyatakan dalam sebuah hadis yang berbunyi: عن أبي هُرَيْرَةَ رضي اللهُ عنه عن اللنبيِ صلى الله عليه وسلم يقول: مَنْ سَحَرَ فقدْ أشْرَكَ.
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW beliau bersabda: barang siapa yang melakukan sihir maka sungguh ia telah syirik.

f. Keyakinan Terhadap Bintang, sebagian orang membuka surat kabar untuk melihat keberuntungan hari ini “Bintang anda (Zodiak)”. Ia melihat tanggal lahir dan bintangnya, kemudian ia memperhatikan yang ditulis peramal untuknya tentang keberuntungannya hari ini lalu ia terkesan mempercayainya. Semua ini adalah kemusyrikan dan tidak diperbolehkan. Seperti sabda Nabi SAW, أن ابا مالك الأشعري, ان النبي صلى الله عليه وسلم يقول أرْبَعٌ فِي أُمَّتِيْ مِنْ اَمْرِ الْجَا هِلِيَّة لاَ يَتْرَكُوْ نَهُنَّ ,……. وَاْلإسْتِسْقَاءُ بالنُّجُوْمِ. bahwasanya Abu Mālik al-Asyarī menceritakan: bahwa Nabi SAW bersabda, empat hal yang ada pada ummatku dari perkara jahiliyyah yang tidak mereka tinggalkan,. Memintakan hujan kepada bintang-bintang”.

Tradisi yang Menyimpang

• Nyekar (ziarah) kubur untuk memohon restu atau bantuan (sesambat) dari para ahlil kubur sebelum melaksanakan hajat.

• Mandi kembang 7 rupa sebelum melaksanakan pernikahan.

• Menggantungkan gunting atau pisau lipat pada baju wanita hamil.

• Memberi kalung benang hitam (suwuk) pada anak balita.

• Melekatkan wafak , rajah , atau jimat di pintu rumah.

• Menyajikan bahan makanan diatas rumah yang sedang dibangun, seperti beras atau padi, kelapa, tebu dan lain sebagainya.

• Melarang kaum wanita untuk memakan brutu (ekor) ayam atau itik.

• Melarang kaum wanita yang menjahit pada malam hari.

• Memberikan sesajen kepada Dewi Sri (dewi padi) selepas panen.

• Memberikan sesajen kepada Nyi Roro Kidul setahun sekali dalam upacara pesta pantai untuk mendapatkan keselamatan dari murkanya.

• Mengosongkan kamar 13 disetiap hotel atau motel di tepian pantai selatan untuk penginapan ratu laut selatan.

Sabda Nabi Muhammad Sallallahu'alai wa Sallam :

لاَطَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ. _ رواه البخاري

“Tidak ada keta’atan kepada siapapun untuk berbuat durhaka terhadap pencipta”

Sabdanya yang lain :

فَـإِنَّكَ لَوْمُتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَاأَفْلَحْتَ أَبَـدًا. _ رواه أحمد

“Maka seandainya kamu mati, sedangkan ia (jimat itu) masih melekat pada tubuhmu selamanya kamu tidak akan beruntung.”

Firman Allah Ta’ala :

وَإِذَا قِيْلَ لـَهُمُ اتَّبِعُوْا مَاأَنْزَلَ اللهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَاأَلْفَيْنَـاعَلَيْهِ ءَابَآءَنَـا أَوَلَوْاكَانَ ءَابَـآؤُهُمْ لاَيَعْقِلُوْنَ شَـيْئًا وَلاَيَهْتَـدُوْنَ

“Dan jika dikatakan kepada mereka; ikutilah segala yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mereka berkata akan tetapi kami akan mengikuti segala apa yang telah diperbuat oleh nenek moyang kami, walaupun nenek moyang mereka sebenarnya tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak pernah mendapat petunjuk (dari Allah).”

Sebab Akibat Penyimpangan

Secara garis besar, penyimpangan yang terjadi dalam bidang aqidah memiliki beberapa sebab yang melatarbelakanginya. Menurut Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan menjelaskan paling tidak ada 7 sebab seseorang terjatuh dalam penyimpangan Aqidah :

Pertama; Ketidak tahuan aqidah yang benar. Ketidaktahuan ini terjadi kerena mereka enggan dan tidak menaruh perhatian persoalan aqidah. Karena berbagai alasan, mereka tidak mau mempelajari aqidah yang benar. Sebagai akibatnya, mereka tidak mampu mengajarkan aqidah yang benar kepada anak-anak, keluarga, dan generasi penerus mereka. Akhirnya muncullah dibelakang mereka satu generasi yang tumbuh dalam kebodohan terhadap hakikat aqidah.

Seorang tidak mengetahui aqidah islam yang benar dan lurus, secara otomatis juga tidak mengetahui dan tidak bisa membedakan perkara-perkara yang bertentangan dengan aqidah islam. Akibatnya, kebenaran dan kebatilan bercampur aduk menjadi satu. Amat wajar bila akhirnya mereka menganggap kebenaran sebagai kebatilan dan menganggap kebatilan sebagai sesuatu yang benar.

Kedua, fanatisme buta terhadap ada istiadat nenek moyang dan berpegang teguh dengan tradisi  kolot mereka, meskipun mereka jelas-jelas mengetahui bahwa tradisi dan budaya tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka lebih bangga mengikuti budaya yang salah daripada mengikuti hidayah Allah yang datang kepada mereka. Allah Swt berfirman : “Dan jika dikatakan kepada mereka: “Ikutilah wahyu yang diturunkan oleh Allah!” Mereka menjawab, “Kami lebih memilih untuk mengikuti tradisi nenek moyang kami. (Apakah mereka akan tetap mengikuti tradisi nenek moyang mereka), sekalipun nenek moyang mereka tidak bisa berpikir dan tidak mendapat petunjuk?” (QS. Al-Baqarah : 170).

Ketiga, Taklid buta terhadap semua perkataan manusia tanpa menggunakan ilmu  yang benar dan petunjuk wahyu. Segala pendapat dan keyakinan yang diajarkan oleh guru-guru dan pemimpin-pemimpin diikuti begitu saja, tanpa menimbang kesesuaiannya dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketaatan secara membabi buta ini sangat bertentangan dengan perintah Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk memberdayakan akal dalam rangka memahami ayat-ayat Allah yang bersifat syar’iyah (Al-Qur’an dan As-Sunnah) maupun kauniyah (alam semesta). Dst. Wallah A’lam Bish Shawab

Jakarta 17/12/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman