Jumat, 10 Oktober 2014

NABI IBRAHIM AS: TELADAN UMAT



KETELADANAN NABI IBRAHIM AS

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ *وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ *قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ *إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاء الْمُبِينُ *وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخرين سَلاَمٌ على إِبْرَاهِيمَ كَذَلِكَ نَجْزِي المحسنين
"Wahai Ibrahim engkau telah membenarkan perintahKu melalui mimpimu Sesungguhnya dengan demikian akan membalas orang-orang yang berbuat baik, sesunggguhnya ini adalah ujian yang nyata dan kami tebus ismail dengan senbelihan hewan qurban yang besar. Dan kami jadikan teladan untuk orang-orang yang sesudahnya, keselamatan untuk Nabi Ibrahim, demikianlah kami membalas orang-orang yang berbuat baik".(Q.S. As-shafat 103-110)
Muqaddimah
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah menurunkan 313 rasul dan 124 ribu nabi. Diantara para rasul yang dijadikan teladan adalah Nabi Ibrahim as. Dalam menyongsong Idul Adlha ini sangat penting kita ingat kita sebut dan kita renungkan kembali kemudian kita teladani. Nabi Ibrahim as. selain beliau nabi pilihan yang mendapat gelar kholilullah (kekasih Allah) juga disebut Abul anbiya (bapak dari para Nabi) karena Nabi-nabi sesudah beliau adalah dari zduriyahnya (keturunannya) nabi-nabi bani Israil Nabi Ishaq, Ya`qub Yusuf Syuaib Harun, Musa sampai nabi Isa as. Dan demikian juga junjungan Nabi kita Muhammad saw bin Abdullah, bin Abdil Mutholib, bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoy bin Kilab, bin Murroh bin Ka`ab, bin Luay, bin Gholib, bin Fihir, (Fihri dilaqobi Quroisy) bin Malik bin Nadlor, bin Kinanah bin Khuzaimah, bin Mudrikah bin Ilyas, bin Mudlor bin Nizar bin Ma`ad bin `Adnan bin Nabi Isma`il bin Ibrahim AS.
Ibrahim as oleh Yahudi diklaim sebagai Yahudi, oleh kaum Nasrani diklaim sebagai pengikiut Nasran, dan kaum musyrikin mengklaim bahwa mereka mengikuti millah Ibrahim. Untuk menolak anggapan mereka Allah turunkan ayat kepada Nabi Muhammad saw yang bunyinya
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
"Ibrahim bukanlah Yahudi dan bukanlah Nasrani akan tetapi dia adalah yang bersih dan muslim dan dia bukan orang yang mensekutukan Allah" (QS. Ali Imran: 67)
Ibrahim dan Isma’il as
Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail Dalam Melaksanakan Perintah Allah. “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. “ (QS. Al-Hajj: 27)
Menjelang akhir bulan Dzulqa’dah dan selama beberapa hari di bulan Zulhijjah, setiap tahunnya jutaan Islam dari berbagai penjuru berkumpul di tanah suci untuk menunaikan rangkaian ibadah haji dengan niat dan tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi panggilan Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang untuk mengunjungi rumah-Nya yang suci dan disucikan.
Para jama’ah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia ini adalah sebagian ummat Islam yang dengan izin Allah mampu memenuhi panggilan-Nya yang diserukan melalui lisan Nabi Ibrahim Alaihis Salaam
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru vang jauh. ” (QS. Al-Hajj: 27)
Di seluruh penjuru dunia, umat Islam dengan berbagai latar belakang bangsa dan negara, tetap dapat menghayati perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai bentuk cinta dan pengabdian yang tulus kepada Allah. Nabi Ibrahim As dalam lintas sejarah perjuangannya mendapatkan ujian dari Allah berupa belum diberikannya keturunan setelah bertahun-tahun menikah dengan Sarah.
Nabi Ibrahim pun mengalami kegalauan dalam hati yang antara lain tercermin dalam doa dipanjatkannya ke Hadirat Allah (QS. As Shoffat: 100-101). “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh”.
Doa ini kemudian dikabulkan oleh Allah, dengan lahirnya seorang putra, yaitu lahirnya Nabi Ismail melalui Hajar, istri Ibrahim yang kedua “Maka Kami beri Dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.”
Cobaan yang diberikan Allah bagi Nabi Ibrahim dan keluarganya kembali datang melalui sebuah perintah yang sangat berat, yaitu menyembelih sang putra, padahal usianya masih muda. Sang putra pun menunjukkan tingkat keimanan yang tmggi sehingga mengikhlaskan dirinya untuk memenuhi perintah Allah melalui mimpi Ayahandanya.
Hal ini antara lain terekam dalam firman Allah dalam Surat al-Shaffat 102: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Hati Nabi Ibrahim As sebagai seorang ayah tentulah terasa pedih saat mengorbankan anaknya bahwa apa yang diperintahkan Allah merupakan ujian dan pasti akan berakhir pada kebaikan dan kebahagiaan. Al-Qur’an surat al-Shaffaat ayat 103 sampai 109 menggambarkan kondisi tersebut :
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyalalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia. “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.
Keteladan Ibrahim as
Pertama Keteladanan dan keberaniannya ketika ingin mereformasi merubah masyarakatnya dan penguasanya dari penyembahan kepada materi, benda dan berhala-berhala kepada mengesakan Allah SWT. kalimat tauhid/kalimatul ikhlas laa ilaaha illallah bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Terlebih dahulu Ibrahim As. Menyampaikannya kepada ayahnya, dengan bahasa yang santun beliau sampaikan pemahaman
Hati Nabi Ibrahim As sebagai seorang ayah tentulah terasa pedih saat mengorbankan anaknya bahwa apa yang diperintahkan Allah merupakan ujian dan pasti akan berakhir pada kebaikan dan kebahagiaan. Al-Qur’an surat al-Shaffaat ayat 103 sampai 109 menggambarkan kondisi tersebut :
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyalalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia. “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. (Yaitu) “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.
Kedua Ketaatanya menjalankan perintah Allah swt. Untuk menyembelih Ismail as. Putra tercinta yang didamba-dambakan dalam doanya: Robbi hab lii minassholihin. Ketatan Ibrahim itu di abadikan oleh Allah dalam al-Qur'an
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ *وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ *قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ *إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاء الْمُبِينُ *وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخرين سَلاَمٌ على إِبْرَاهِيمَ كَذَلِكَ نَجْزِي المحسنين
"Wahai Ibrahim engkau telah membenarkan perintahKu melalui mimpimu Sesungguhnya dengan demikian akan membalas orang-orang yang berbuat baik, sesunggguhnya ini adalah ujian yang nyata dan kami tebus ismail dengan senbelihan hewan qurban yang besar. Dan kami jadikan teladan untuk orang-orang yang sesudahnya, keselamatan untuk Nabi Ibrahim, demikianlah kami membalas orang-orang yang berbuat baik".(Q.S. As-shafat 103-110)
Ketiga, Keteladanan Ibrahim as. ketika diperintah Allah swt agar mereknstrusi kembali ka`bah Baitullah yang pertama dibangun dimuka bumi. Nabi Ibrahim bersama Ismail membangun kembali ka`bah sesuai dengan petunjuk Allah, dan sesudah selesai membangun Allah perintahkan Ibrahim agar memanggil ummat manusia untuk berhaji. Hingga kini ibadah Haji merupakan sebuah mu'tamar internasional yang mempertemukan umat muslim sejagad raya dari berbagai ras, suku dan bangsa dengan beragam macam bahasa.
Dan masih banyak sebenarnya teladan yang bisa diambil dari sirah Nabi Ibrahim ini. Namun karena keterbatasan tempat maka tidak bisa untuk disampaikan semuanya, diantaranya yang terpenting adalah ketegasan beliau terhadap kemusyrikan dan kekafiran. Seperti yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat Az-Zurkhruf 26-27.

Pelajaran yang bisa diambil
a. Seseorang tidak boleh melakukan kesyirikan/ kebid’ahan hanya dengan alasan lingkungan, karena telah ada Al Qur’an dan As Sunnah sebagai petunjuk.
b. Seseorang da’i dituntut memiliki sifat yang cerdas, kritis, peka terhadap lingkungan, bisa bertukar pendapat dengan baik dan pemberani.
c. Kecerdasan dan intelektualitas bukan penghalang bagi seseorang untuk berlaku taat kepada Allah. Bahkan akal harus tunduk terhadap wahyu.
d. Hikmah dari perintah penyembelihan nabi Ismail adalah disyariatkanya ibadah kurban.
e. Tegas terhadap kemusyrikan dan kekafiran adalah sikap yang harus dimiliki setiap muslim.
Jakarta 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman