MEMAHAMI TAKDIR
ALLAH SWT
- QS Al-Hadid :22
ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها، إن ذلك على الله يسير
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
Muqaddimah
Ridha kepada takdir hukumnya wajib, karena hal ini termasuk kesempurnaan
ridha terhadap sifat rububiyah
Allah. Setiap mukmin wajib ridha pada ketetapan (qadha’) Allah. Akan tetapi, haruslah dibedakan antara
ketetapan dan objek penetapan. Objek penetapan tidaklah disebut ketetapan (qadha’), karena ketetapan adalah
perbuatan Allah dan objek penetapan adalah hasil perbuatan Allah. Kita wajib
ridha kepada ketetapan (qadha’)
yang merupakan perbuatan Allah. Selamanya, kita tidak boleh marah kepada
ketetapan-Nya, bagaimana pun adanya.
Adapun objek penetapan ada beberapa macam. Pertama, obyek
penetapan yang haram diridhai. Kedua, objek penetapan yang wajib diridhai.
Ketiga, objek penetapan yang boleh diridhai.
Tentang dosa, misalnya, dosa-dosa merupakan hal yang ditetapkan
Allah. Akan tetapi, seseorang haram meridhai dosa-dosa, sekali pun dia ada
karena ketetapan Allah. Ketika memandang dosa-dosa sebagai suatu hal yang telah
ditetapkan Allah, seseorang wajib meridhainya dengan mengatakan, “Allah itu
Mahabijaksana. Sekiranya bukan karena hikmah-Nya yang telah berlaku mengenai hal
ini, tentu seseorang tidak akan melakukan dosa.” Akan tetapi, dari sisi objek
penetapan, yaitu dosa kepada Allah, wajib tidak diridhai. Jadi, Anda wajib
berusaha melenyapkan dosa dari diri anda atau dari orang lain.
Kedua, objek penetapan yang wajib diridhai, seperti terhadap
hal-hal yang wajib secara syar’i.
Hal ini karena Allah telah menetapkan adanya dan menetapkan pula secara syar’i. Oleh karena itu, hal ini
wajib diridhai sebagai suatu ketetapan dan objek penetapan.
Ketiga, objek penetapan yang boleh diridhai dan wajib bersabar
menghadapinya, yaitu terhadap suatu musibah yang menimpa seseorang. Suatu
musibah yang menimpa seseorang -menurut kebanyakan ahli ilmu- boleh diridhai,
bukan wajib. Akan tetapi, sabar menghadapinya adalah wajib.
PERBUATAN MANUSIA ADALAH TAKDIR ALLAH
- ٍَQS Yunus :61
وما يعزب عن ربك مثقال ذرة في الأرض ولا في السماء، ولا أصغر من ذلك ولا أكبر إلا في كتاب مبين
Artinya: Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
- QS Al-Hadid :22
ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها، إن ذلك على الله يسير
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
- QS Ash-Shaffat :96
- ٍَQS Yunus :61
وما يعزب عن ربك مثقال ذرة في الأرض ولا في السماء، ولا أصغر من ذلك ولا أكبر إلا في كتاب مبين
Artinya: Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
- QS Al-Hadid :22
ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها، إن ذلك على الله يسير
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
- QS Ash-Shaffat :96
وَاللَّهُ
خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu"
TAKDIR DAPAT BERUBAH APABILA ALLAH BERKEHENDAK
- QS Ar-Ra'd 38-39
لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ* يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ
وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ.
Artinya: Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang
tertentu). Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang
Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).
- QS Ar-Ra'd :11
إِنَّ اللَّـهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
- Hadits riwayt Tirmidzi
- Hadits riwayt Tirmidzi
لا يرد القضاء
إلا الدعاء، ولا يزيد في العمر إلا البر.
Artinya: Takdir tidak bisa ditolak kecuali dengan doa. Umur tidak bisa bertambah kecuali dengan amal kebaikan.
- Hadits Bukhari & Muslim
أن النبي صلى
الله عليه وسلم قال: من سره أن يبسط له في رزقه ويُنسأ له في أثره، فليصل رحمه.
Artinya: Bangsiapa yang ingin dipermudah rizkinya..., maka lakukan silaturrahmi (menyambung kekerabatan)
- Hadits riwayat Tirmidzi
إن صلة الرحم
محبة في الأهل، مثراة في المال، منسأة في الأجل .
Artinya: Silaturahim itu disukai dalam keluarga, memperbanyak harta, dan memperpanjang usia
- Hadits riwayat Tirmidzi
صلة الرحم وحسن
الجوار يعمران الديار ويزيدان في الأعمار.
Artinya: Silaturrahmi dan menjalin hubungan baik dengan tetangga itu memakmurkan rumah dan menambah umur
PENDAPAT ULAMA TENTANG TAKDIR
Pendapat para ulama Ahlussunnah Wal Jamaah tentang takdir (qadha qadar) dari ulama salaf (klasik) sampai ulama kontemporer.
IBNU HAJAR AL-ASQALANI
Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Fathul Bari
إن الذي سبق في
علم الله لا يتغير ولا يتبدل، وإن الذي يجوز عليه التغير والتبديل ما يبدو للناس
من عمل العامل، ولا يبعد أن يتعلق ذلك بما في علم الحفظة الموكلين بالآدمي فيقع فيه
المحو والإثبات كالزيادة في العمر والنقص
Artinya: Perkara yang sudah lalu dalam ilmu Allah tidak akan dapat berubah. Yang boleh dan bisa berubah dan berganti adalah sesuatu yang tampak pada manusia yakni perbuatan pelaku. Hal itu tidak jauh hubungannya dengan ilmu malaikat hafadzah (penjaga) yang diwakilkan (diutus) pada manusia. Maka terjadilah penghilangan (pengurangan) dan ketetapan seperti bertambah atau berkurangnya usia seseorang.
IBNU TAIMIYAH
إن الله يكتب للعبد أجلا في صحف الملائكة فإذا وصل رحمه زاد في ذلك المكتوب، وإن عمل ما يوجب النقص نقص من ذلك المكتوب... وهذا معنى ما روى عن عمر أنه قال: اللهم إن كنت كتبتني شقيا فامحني واكتبني سعيدا، فإنك تمحو ما تشاء وتثبت ـ والله سبحانه عالم بما كان وما يكون، وما لم يكن لو كان كيف كان يكون، فهو يعلم ما كتبه له وما يزيده إياه بعد ذلك، والملائكة لا علم لهم إلا ما علمهم الله، والله يعلم الأشياء قبل كونها وبعد كونها، فلهذا قال العلماء: إن المحو والإثبات في صحف الملائكة، وأما علم الله سبحانه فلا يختلف ولا يبدو له ما لم يكن عالما به، فلا محو فيه ولا إثبات، وأما اللوح المحفوظ: فهل فيه محو وإثبات؟ على قولين، والله سبحانه وتعالى أعلم
Artinya: Allah menulis usia seseorang pada buku catatan malaikat. Apabila orang itu melakukan silaturrahim maka bertambahlah usia yang tertulis, apabila melakukan sesuatu yang dapat mengurangi umur, maka berkurangnya usia yang tertulis. Inilah makna hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab di mana ia berkata (berdoa): "Ya Allah apabila engkau menulisku sebagai orang yang celaka maka hapuslah dan tulislah aku sebagai orang yang beruntung. Sesungguhnya engkau dapat menghapus dan menetapkan apapun yang Engkau kehendaki."
Allah mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi dan apa yang tidak terjadi. Kalau sudah terjadi dan bagaimana kejadiannya. Allah tahu apa yang ditulis atau ditentukan pada seseorang dan apa yang ditambahkan padanya setelah itu. Sedangkan malaikat tidak tahu itu kecuali apa yang sudah diberitahu Allah. Allah tahu semuanya sebelum dan sesudah adanya. Itulah sebabnya ulama berkata: Penghapusan dan penetapan berada dalam buku malaikat. Adapun ilmu Allah maka tidak berbeda. Tidak ada yang tidak diketahui Allah karena itu maka tidak ada penghapusan dan penetapan. Adapun Lauh Madfudz: Apakah ada penghapusan dan penetapan? Ada dua pendapat dalam soal ini.
IMAM THOHAWI
Imam Thahawi dalam Tafsir Al-Tahawi menguraikan soal takdir sebagai berikut:
Takdir adalah setiap sesuatu yang berjalan dengan takdir atau ketetapan dan kehendak Allah. Kehendak Allah itu lestari. Dan tidak ada kehendak bagi manusia kecuali atas kehendak Allah. Apa yang dikehendaki Allah maka terjadi, apa yang tidak dikehendaki tidak terjadi. Tidak ada yang bisa mencegah pada takdir-Nya. Tidak ada yang dapat menandingi hukumnya. Dan tidak ada yang dapat mengalahkan perintahNya.
Iman pada takdir ada empat tingkatan:
1. Iman pada ilmu Allah yang qadim (dahulu)
2. Iman pada tulisan Allah di Lauhul Mahfudz
3. Iman pada kehendak Allah yang terjadi dan kemampuan (qudrat0 Allah yang menyeluruh.
4. Iman pada kemampuan Allah mewujudkan setiap makhluk. Dia-lah Sang Pencipta sedang yang lainnya adalah yang dicipta (makhluk).
Memperdalam tentang takdir tidak boleh, Rasulullah telah melarang kita. Asal dari takdir adalah rahasia Allah atas makhluknya yang tidak diketahui malaikat dan Rasulnya.
Mendalami soal takdir ini akan merugikan, dan melewati batas. Hati-hatilah dari hal itu agar tidak terjadi kebingungan berfikir dan was-was. Allah telah mempersimpit ilmu tentang takdir pada makhluknya dan melarang manusia dari mencarinya sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Anbiya' :23 "لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ" Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.
TAKDIR BISA BERUBAH ATAU TIDAK?
Dalam menafsiri QS Ar-Ra'd ayat 39 para Sahabat berbeda pendapat terutama antara Ibnu Abbas dan Umar dan Ibnu Mas'ud. Umar dan Ibnu Mas'ud punya pendapat yang menyejukkan di mana merke menyatakan bahwa takdir itu bisa berubah dengan ijin dengan kehendak Allah. Ini pandangan yang selaras dengan firman Allah dalam QS Al-Ra'd ayat 11.
Husain bin Mas'ud dalam Tafsir Al-Baghawi 4/325 mengutip kedua pendapat tersebut:
وقال ابن عباس : يمحو الله ما يشاء ويثبت إلا الرزق والأجل والسعادة والشقاوة .
وروينا عن حذيفة بن أسيد ، عن النبي صلى الله عليه وسلم : " يدخل الملك على النطفة بعدما تستقر في الرحم بأربعين ، أو خمس وأربعين ليلة ، فيقول : يا رب أشقي أم سعيد ؟ فيكتبان ، فيقول : أي رب ، أذكر أم أنثى ؟ فيكتبان ، ويكتب عمله وأثره ، وأجله ، ورزقه ، ثم تطوى الصحف فلا يزاد فيها ، ولا ينقص " .
وعن عمر ، وابن مسعود - رضي الله عنهما - أنهما قالا يمحو السعادة ، والشقاوة أيضا ، ويمحو الرزق والأجل ويثبت ما يشاء
وروي عن عمر رضي الله عنه أنه كان يطوف بالبيت وهو يبكي ويقول : اللهم إن كنت كتبتني في أهل السعادة فأثبتني فيها ، وإن كنت كتبت علي الشقاوة فامحني ، وأثبتني في أهل السعادة والمغفرة ، فإنك تمحو ما تشاء وتثبت وعندك أم الكتاب . ومثله عن ابن مسعود .
وفي بعض الآثار : أن الرجل يكون قد بقي من عمره ثلاثون سنة فيقطع رحمه فترد إلى ثلاثة أيام ، والرجل يكون قد بقي من عمره ثلاثة أيام فيصل رحمه فيمد إلى ثلاثين سنة .
Artinya: Ibnu Abbad berkata, "Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki) kecuali rizki, ajal, bahagia dan derita. Kami meriwayatkan dari Hudzaifah bin Usaid dari Nabi: "Malaikat masuk pada sperma setelah menetap di rahim selama 40 atau 45 malam. Lalu bertanya: Ya Tuhan, apakah ia menderita atau bahagia? Lalu keduanya ditulis. Malaikat bertanya lagi: Perempuan atau laki-laki? Lalu ditulis. Lalu ditulis juga amalnya, jejaknya, ajalnya, rejekinya. Lalu buku itu ditutup, tidak ditambah dan tidak dikurangi."
Dari Umar dan Ibnu Mas'ud keduanya berkata: Allah menghapus bahagia dan derita. Dan menghapus rejeki dan ajal dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.
Diriwayatkan dari Umar bahwa ia pernah bertawaf di Baitullah sambil menangi dan berdoa: Ya Allah apabila Engkau menulisku termasuk orang yang berbahagia maka tetapkanlah. Apabila Engkau menulis aku sebagai orang yang menderita, maka hapuskanlah. Tetapkanlah aku sebagai orang yang beruntung dan diampuni karena Engkau dapat menghapus apa yang Engkau kehendaki dan menetapkan. Di sisiMu induk kitab. (Hadits yang serupa dari Ibnu Mas'ud).
Dalam sebagian Atsar (perkataan Sahabat) diriwayatkan: Seorang laki-laki sisa umurnya 30 tahun. Lalu dia memutskan silaturrahim maka dipanjangkan usianya menjadi tiga hari. Laki-laki lain usianya tersisa 3 hari, tapi ia rajin bersilaturrahim maka umurnya diperpanjang menjadi 30 tahun.
Dalam menafsiri QS Ar-Ra'd ayat 39 para Sahabat berbeda pendapat terutama antara Ibnu Abbas dan Umar dan Ibnu Mas'ud. Umar dan Ibnu Mas'ud punya pendapat yang menyejukkan di mana merke menyatakan bahwa takdir itu bisa berubah dengan ijin dengan kehendak Allah. Ini pandangan yang selaras dengan firman Allah dalam QS Al-Ra'd ayat 11.
Husain bin Mas'ud dalam Tafsir Al-Baghawi 4/325 mengutip kedua pendapat tersebut:
وقال ابن عباس : يمحو الله ما يشاء ويثبت إلا الرزق والأجل والسعادة والشقاوة .
وروينا عن حذيفة بن أسيد ، عن النبي صلى الله عليه وسلم : " يدخل الملك على النطفة بعدما تستقر في الرحم بأربعين ، أو خمس وأربعين ليلة ، فيقول : يا رب أشقي أم سعيد ؟ فيكتبان ، فيقول : أي رب ، أذكر أم أنثى ؟ فيكتبان ، ويكتب عمله وأثره ، وأجله ، ورزقه ، ثم تطوى الصحف فلا يزاد فيها ، ولا ينقص " .
وعن عمر ، وابن مسعود - رضي الله عنهما - أنهما قالا يمحو السعادة ، والشقاوة أيضا ، ويمحو الرزق والأجل ويثبت ما يشاء
وروي عن عمر رضي الله عنه أنه كان يطوف بالبيت وهو يبكي ويقول : اللهم إن كنت كتبتني في أهل السعادة فأثبتني فيها ، وإن كنت كتبت علي الشقاوة فامحني ، وأثبتني في أهل السعادة والمغفرة ، فإنك تمحو ما تشاء وتثبت وعندك أم الكتاب . ومثله عن ابن مسعود .
وفي بعض الآثار : أن الرجل يكون قد بقي من عمره ثلاثون سنة فيقطع رحمه فترد إلى ثلاثة أيام ، والرجل يكون قد بقي من عمره ثلاثة أيام فيصل رحمه فيمد إلى ثلاثين سنة .
Artinya: Ibnu Abbad berkata, "Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki) kecuali rizki, ajal, bahagia dan derita. Kami meriwayatkan dari Hudzaifah bin Usaid dari Nabi: "Malaikat masuk pada sperma setelah menetap di rahim selama 40 atau 45 malam. Lalu bertanya: Ya Tuhan, apakah ia menderita atau bahagia? Lalu keduanya ditulis. Malaikat bertanya lagi: Perempuan atau laki-laki? Lalu ditulis. Lalu ditulis juga amalnya, jejaknya, ajalnya, rejekinya. Lalu buku itu ditutup, tidak ditambah dan tidak dikurangi."
Dari Umar dan Ibnu Mas'ud keduanya berkata: Allah menghapus bahagia dan derita. Dan menghapus rejeki dan ajal dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.
Diriwayatkan dari Umar bahwa ia pernah bertawaf di Baitullah sambil menangi dan berdoa: Ya Allah apabila Engkau menulisku termasuk orang yang berbahagia maka tetapkanlah. Apabila Engkau menulis aku sebagai orang yang menderita, maka hapuskanlah. Tetapkanlah aku sebagai orang yang beruntung dan diampuni karena Engkau dapat menghapus apa yang Engkau kehendaki dan menetapkan. Di sisiMu induk kitab. (Hadits yang serupa dari Ibnu Mas'ud).
Dalam sebagian Atsar (perkataan Sahabat) diriwayatkan: Seorang laki-laki sisa umurnya 30 tahun. Lalu dia memutskan silaturrahim maka dipanjangkan usianya menjadi tiga hari. Laki-laki lain usianya tersisa 3 hari, tapi ia rajin bersilaturrahim maka umurnya diperpanjang menjadi 30 tahun.
Macam-Macam Takdir
Pembaca yang
dirahmati Allah, perlu kita ketahui bahwa takdir ada beberapa macam:
[1] Takdir Azali.
Yakni ketetapan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi ketika Allah Ta’ala
menciptakan qolam (pena). Allah berfirman,
قُل
لَّن يُصِيبَنَآ إِلاَّ مَاكَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ
فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ {51}
“Katakanlah:
“Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah
untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang
beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah:51)
Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallaam bersabda, “… Allah telah menetapkan takdir untuk
setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”[6]
[2] Takdir Kitaabah.
Yakni pencatatan perjanjian ketika manusia ditanya oleh Allah:”Bukankah Aku
Tuhan kalian?”. Allah Ta’ala berfirman,
} وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا
بَلَى شَهِدْنَآ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ {172} أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ ءَابَآؤُنَا مِن قَبْلُ
وَكُنَّا ذُرِّيَةً مِّن بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنًا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ
{173}
“Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku
ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”.
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan:
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)”. atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang
tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah
anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan
membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” (QS. Al
A’raaf 172-173).
[3] Takdir ‘Umri.
Yakni ketetapan Allah ketika penciptaan nutfah di dalam rahim, telah ditentukan
jenis kelaminnya, ajal, amal, susah senangnya, dan rizkinya. Semuanya telah
ditetapkan, tidak akan bertambah dan tidak berkurang. Allah Ta’ala
berfirman,
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِناَّ خَلَقْنَاكُم مِّن
تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ
وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي اْلأَرْحَامِ مَانَشَآءُ
إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أُشُدَّكُمْ
وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ
لِكَيْلاَ يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى اْلأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ
أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ
بَهِيجٍ {5}
“Hai manusia, jika
kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al Hajj:5)
[5] Takdir Hauli.
Yakni takdir yang Allah tetapkan pada malam lailatul qadar, Allah menetapkan
segala sesuatu yang terjadi dalam satu tahun. Allah berfirman,
حم
{1} وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ {2} إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ
إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ {3} فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ {4} أَمْرًا
مِّنْ عِندِنَآ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ {5}
“Haa miim . Demi
Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada
malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah , (yaitu) urusan yang
besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul”
(QS. Ad Dukhaan:1-5)
[5] Takdir Yaumi.
Yakni pnentuan terjadinya takdir pada waktu yang telah ditakdirkan
sbelumnya. Allah berfirman,
يَسْئَلُهُ
مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ {29}
“Semua yang ada di
langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan .
“ (QS. Ar Rahmaan: 29). Ibnu Jarir meriwayatkan dari Munib bin Abdillah bin
Munib Al Azdiy dari bapaknya berkata, “Rasulullah membaca firman Allah “
Setiap waktu Dia dalam kesibukan”, maka kami bertanya: Wahai Rasulullah
apakah kesibukan yang dimaksud?. Rasulullah bersabda :” Allah mengampuni
dosa, menghilangkan kesusahan, dan meninggikan suara serta merendahkan suara
yang lain”
Ikhtitam
Keimanan yang benar
terhadap takdir akan membuahkan hal-hal penting, di antaranya sebagai berikut :
Pertama:
Hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan berbagai sebab, dan tidak
bersandar kepada sebab itu sendiri. Karena segala sesuatu tergantung pada takdir
Allah.
Kedua:
Seseorang tidak sombong terhadap dirinya sendiri ketika tercapai tujuannya,
karena keberhasilan yang ia dapatkan merupakan nikmat dari Allah, berupa
sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan yang memang telah ditakdirkan oleh Allah.
Kekaguman terhadap dirinya sendiri akan melupakan dirinya untuk mensyukuri
nikmat tersebut.
Ketiga:
Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa dirinya,
sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau ketika
mendapatkan sesuatu yang dibencinya. Sebab semuanya itu terjadi dengan
ketentuan Allah. Allah berfirman,
مَآأَصَابَ
مِن مُّصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن
قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {22} لِكَيْلاَ تَأْسَوْا
عَلَى مَافَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَآ ءَاتَاكُمْ …{23}
“Tiada suatu bencana
pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)
supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu…”
(QS. Al Hadiid:22-23).[13]
Sumber:http://www.alkhoirot.net
https://muslim.or.id
jakarta 4/4/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar