PERJALANAN RUH
MANUSIA
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ الرُّوحِ قُلْ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu termasuk
urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu kecuali
sedikit.”
يُثَبِّتُ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَفِي الْآخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..” (QS. Ibrahim: 27)
Muqaddimah
Sesungguhnya hamba yang beriman ketika hendak
meninggalkan dunia dan menuju akhirat, turunlah malaikat dari langit, wajahnya
putih, wajahnya seperti matahari. Mereka membawa kafan dari surga dan hanuth (minyak wangi) dari
surga. Merekapun duduk di sekitar mayit sejauh mata memandang. Kemudian
datanglah malaikat maut ‘alaihis salam. Dia duduk di samping kepalanya, dan
mengatakan, ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan
ridha-Nya.’ Keluarlah ruh itu dari jasad, sebagaimana tetesan air keluar dari
mulut ceret, dan langsung dipegang malaikat maut. Para malaikat yang lain tidak
meninggalkan walaupun sekejap, dan mereka langsung mengambilnya dari malaikat
maut.
Mereka memberinya kafan dan hanuth itu. Keluarlah ruh itu dengan
sangat wangi seperti bau parfum paling wangi yang pernah ada di bumi. Para
malaikat inipun naik membawa ruh itu. Setiap kali ketemu dengan malaikat yang
lain, mereka akan bertanya: ‘Ruh siapakah yang baik ini?’ Mereka menjawab,
‘Fulan bin Polan’ – dengan nama terbaik yang pernah dia gunakan di dunia –.
Hingga sampai di langit dunia. Mereka minta agar pintu langit dibukakan, lalu
dibukakan. Mereka naik menuju langit berikutnya, dan diikuti para malaikat
langit dunia. Hingga sampai di langit ketujuh. Kemudian Allah berfirman, ‘Tulis
catatan amal hamba-Ku di Illiyin.’
“Tahukah kamu Apakah ‘Illiyyin
itu? (yaitu) kitab yang bertulis, Disaksikan oleh para malaikat”
“Kembalikan hamba-Ku ke bumi, karena dari bumi Aku ciptakan
mereka, ke bumi Aku kembalikan mereka, dan dari bumi Aku bangkitkan mereka
untuk kedua kalinya.” Maka dikembalikanlah ruhnya ke jasadnya. Kemudian mayit
mendengar suara sandal orang yang mengantarkan jenazahnya sewaktu mereka pulang
setelah pemakaman.
Kemudian datanglah dua malaikat yang keras gertakannya. (dalam
riwayat lain: warnanya hitam biru) Lalu mereka menggertaknya, dan mendudukkan
si mayit.
Mereka bertanya: ‘Siapa Rabmu?’ Si mukmin menjawab, ‘Rabku Allah.’
‘Apa agamamu?’, tanya malaikat. ‘Agamaku islam’ jawab si mukmin. ‘Siapakah
orang yang diutus di tengah kalian?’ Si Mukmin menjawab, ‘Dia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’
Sang malaikat bertanya lagi, ‘Bagaimana amalmu?’ Jawab Mukmin, ‘Saya membaca
kitab Allah, saya mengimaninya dan membenarkannya.’
Pertanyaan malaikat: ‘Siapa Rabmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?’
Inilah ujian terakhir yang akan diterima seorang mukmin. Allah memberikan
keteguhan bagi mukmin untuk menjawabnya, seperti firman-Nya,
يُثَبِّتُ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَفِي الْآخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..” (QS. Ibrahim: 27)
Sehingga dia bisa menjawab: Rabku Allah, agamaku islam, Nabiku
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tiba-tiba ada suara dari atas, “Hambaku benar, bentangkan untuknya
surga, beri pakaian surga, bukakan pintu surga untuknya.” Diapun mendapatkan
angin surga dan wanginya surga, dan kuburannya diluaskan sejauh mata memandang.
Kemudian datanglah orang yang wajahnya sangat bagus, pakaiannya
bagus, baunya wangi. Dia mengatakan, ‘Kabar gembira dengan sesuatu yang
menyenangkanmu. Kabar gembira dengan ridha Allah dan surga nan penuh kenikmatan
abadi. Inilah hari yang dulu kamu dijanjikan.’ Si mayit dengan keheranan
bertanya, ‘Semoga Allah juga memberi kabar gembira untuk anda. Siapa anda, wajah
anda mendatangkan kebaikan?’ Orang yang berwajah bagus ini menjawab, ‘Saya amal
sholehmu.’ [suhnahallah.., amal
shaleh yang menemani kita di kesepian, menemani kita di kuburan]
Kemudian dibukakan untuknya pintu surga dan pintu neraka. Ketika
melihat ke neraka, disampaikan kepadanya: ‘Itulah tempatmu jika kamu bermaksiat
kepada Allah. Dan Allah gantikan kamu dengan tempat yang itu.’ Kemudian si
mayit menoleh ke arah surga.
Melihat janji surga, si mayit berdoa: ‘Wahai Rabku, segerakanlah
kiamat, agar aku bisa berjumpa kembali ke keluarga dan hartaku.’ Lalu
disampaikan kepadanya: ‘Tenanglah.’...(HR Ahmad)
Kaadaan Ruh Usai Meninggal
Di antara informasi yang telah sampai kepada kita dari baginda
Rasulullah SAW berkaitan dengan ruh ini, di antaranya adalah:
1. Ruh orang beriman seperti burung terbang berwarna kehijauan,
tinggal di dalam sesuatu yang mirip kubah cahaya yang terbuat dari bahan
seperti emas di bawah ‘Arasyi. Nabi SAW bersabda tentang para syuhada yang
gugur dalam perang Uhud:
(جعل الله أرواحهم فى أجوافِ طيرٍ خضرٍ تَرِدُ أنهارَ الجنةِ وتأكل ثمارَها وَتَأْوِيْ إلى قناديل من ذهب في ظلال العرش)
(جعل الله أرواحهم فى أجوافِ طيرٍ خضرٍ تَرِدُ أنهارَ الجنةِ وتأكل ثمارَها وَتَأْوِيْ إلى قناديل من ذهب في ظلال العرش)
“Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna
kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya,
dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis
Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim).
2. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui orang yang
menziarahi kuburnya. Nabi SAW bersabda:
(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
(ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)
“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang
dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam
untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih
riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan
At-Tamhid).
3. Orang yang telah meninggal dunia saling kunjung-mengunjungi
antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw bersabda:
(سألت أم هانئ رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: أنتزاور إذا متنا ويرى بعضنا بعض يا رسول الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يكون النَسَمُ طيرا تعلق بالشجر حتي إذا كان يوم القيامة دخلت كل نفس فى جسدها).
(سألت أم هانئ رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: أنتزاور إذا متنا ويرى بعضنا بعض يا رسول الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يكون النَسَمُ طيرا تعلق بالشجر حتي إذا كان يوم القيامة دخلت كل نفس فى جسدها).
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan
saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang
lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi
seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang
hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad
dan Thabrani dengan sanad baik).
4. Orang yang telah meninggal dunia merasa senang kepada orang
yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang yang tidak menziarahinya.
Nabi SAW bersabda:
(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
(ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)
“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk
kepadanya (untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya
hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah
dalam kitab Al-Qubûr).
5. Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan
perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan
dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas
amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:
إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata: “Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.” (HR. Ahmad dalam musnadnya).
تعرض
الأعمال يوم الإثنين ويوم الخميس على الله، وتعرض على الأنبياء وعلى الآباء
والأمهات يوم الجمعة فيفرحون بحسناتهم وتزداد وجوههم بياضا وإشراقا فاتقوا الله
ولا تؤذوا أمواتكم)
“Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
“Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis, dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah bersinar terang. Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Nawâdirul Ushûl).
6. Orang-orang beriman hidup di dalam surga bersama anak-cucu dan
keturuanan mereka yang shaleh.
)وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait denga apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)
7. Orang mukmin dapat melihat Allah SWT bagaikan melihat bulan purnama.
(عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا) رواه البخاري ومسلم.
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada hari kiamat? Rasulullah SAW menjawab, “Apakah kalian ada kendala melihat matahari di sianghari yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Rasulullah kembali berkata, “Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam purnama yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Raulullah SAW melanjutkan, “Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian melihat matahari atau bulan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
)وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
“Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait denga apa yang telah dia kerjakan.” (At-Thur: 21)
7. Orang mukmin dapat melihat Allah SWT bagaikan melihat bulan purnama.
(عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ هَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ فِي الظَّهِيرَةِ لَيْسَتْ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَهَلْ تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ فِي سَحَابَةٍ قَالُوا لَا قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلَّا كَمَا تُضَارُّونَ فِي رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا) رواه البخاري ومسلم.
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada hari kiamat? Rasulullah SAW menjawab, “Apakah kalian ada kendala melihat matahari di sianghari yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Rasulullah kembali berkata, “Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam purnama yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Raulullah SAW melanjutkan, “Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak ada kendala melihat tuhan kalian kecuali seperti kalian melihat matahari atau bulan itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ikhtitam
Hadis
tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang menziarahinya tidak
berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam tanah. Bukan seperti itu,
melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus dengan jasadnya. Di mana jika ada
yang mengucapkan salam untuknya, dia akan menjawabnya. Ruh berada di suatu alam
yang bernama alam Barzakh di suatu tempat yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam
ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah
yang mengetahui lika-liku dan detail-detailnya.
Sumber:1.https://salwintt.wordpress.com
2.https://konsultasisyariah.com
Jakarta 27/4/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar