PERINTAH SHALAT
SEBELUM ISRA’ MI’RAJ
Shalat sebelum Nabi Muhammad saw
قَالُوا
يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا
“Mereka berkata: “Hai Syu’aib,
apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh
bapak-bapak kami ?” (QS. Hud: 87)
فَاسْتَمِعْ
لِمَا يُوحَىٰ إِنَّنِي أَنَا اللَّـهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنَا
فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“maka dengarkanlah apa yang akan
diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS.
Thaha: 13, 14)
وَأَوْحَيْنَا
إِلَىٰ مُوسَىٰ وَأَخِيهِ أَن تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا
بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۗ
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan
saudaranya: ‘Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat
tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan
dirikanlah shalat’” (QS. Yunus: 87)
فَاسْتَغْفَرَ
رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
“maka ia meminta ampun kepada
Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat” (QS. Shad: 24)
Syari’at Shalat Sebelum Lima Waktu
Pertama, bahwa
syariat shalat sudah dikenal sebelum peristiwa isra’ mi’raj.
Pernah ada seseorang
yang bertanya kepada A’isyah tentang shalat malam Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau menjawab
أَلَيْسَ تَقْرَأُ هَذِهِ السُّورَةَ؟ يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ، إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ افْتَرَضَ قِيَامَ اللَّيْلِ فِي أَوَّلِ هَذِهِ السُّورَةِ،
فَقَامَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَوْلًا حَتَّى
انْتَفَخَتْ أَقْدَامُهُمْ، وَأَمْسَكَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَاتِمَتَهَا اثْنَيْ
عَشَرَ شَهْرًا، ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التَّخْفِيفَ فِي آخِرِ هَذِهِ
السُّورَةِ فَصَارَ قِيَامُ اللَّيْلِ تَطَوُّعًا بَعْدَ أَنْ كَانَ فَرِيضَةً
Pernahkah anda
membaca surat ini (surat Al-Muzammil)? Sesungguhnya Allah mewajibkan shalat
malam seperti di awal surat ini. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya melaksanakan shalat malam selama setahun, sampai kaki mereka
bengkak, dan Allah tidak turunkan ayat-ayat akhir surat ini selama 12 bulan.
Kemudian Allah menurunkan keringanan untuk shalat malam seperti disebutkan pada
akhir surat ini, sehingga shalat malam hukumnya anjuran, setelah sebelumnya
kewajiban. (HR. Nasai 1601, Ibnu Khuzaimah 1127).
Kemudian keterangan
lainnya juga terdapat dalam hadis panjang yang menceritakan dialog antara
Heraklius dengan Abu Sufyan, ketika dia mendapat surat dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Heraklius bertanya kepada Abu Sufyan,
“Apa yang
diperintahkan nabi itu kepada kalian?”
Jawab Abu Sufyan,
yang saat itu sedang berdagang di Syam,
يَقُولُ : اعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
، وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ ؛ وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّدْقِ
وَالْعَفَافِ وَالصِّلَةِ
Nabi itu mengajarkan, “Beribadahlah kepada Allah
semata dan jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, tinggalkan apa yang
menjadi ajaran nenek moyang kalian. Dia memerintahkan kami untuk shalat,
zakat, bersikap jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung silaturahim.” (HR.
Bukhari 7 dan Muslim 1773)
Ketika menjelaskan
hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan,
وهو يدل على أن النبي كان أهم ما يأمر به أمته الصلاة ، كما يأمرهم بالصدق
والعفاف ، ، واشتُهر ذلك حتى شاع بين الملل المخالفين له في دينه ، فإن أبا سفيان كان
حين قال ذلك مشركا ، وكان هرقل نصرانيا . ولم يزل منذ بُعث يأمر بالصدق والعفاف ، ولم
يزل يصلي أيضا قبل أن تفرض الصلاة
Kisah ini menunjukkan bahwa perintah terpenting
yang diserukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya adalah shalat,
sebagaimana beliau memerintahkan mereka untuk bersikap jujur, menjaga
kehormatan… Ajaran ini menjadi terkenal hingga tersebar ke berbagai
pengikut agama selain islam. Karena Abu Sufyan ketika dialog itu masih musyrik,
dan Heraklius beragama Nasrani. Dan sejak diutus beliau senantiasa
memerintahkan untuk bersikap jujur dan menjaga kehormatan, beliau juga
senantiasa shalat, sebelum shalat diwajibkan (shalat 5 waktu). (Fathul Bari Ibn
Rajab, 2/303).
Sebagian ulama
mengatakan, kewajiban shalat pertama kali adalah 2 rakaat di waktu
subuh dan 2 rakaat sore hari. Berdasarkan keterangan Qatadah –
seorang tabiin, muridnya Anas bin Malik
كان بدءُ الصيام أمِروا بثلاثة أيام من كل شهر ، وركعتين غدوة ، وركعتين
عشية
Puasa pertama kali
yang diperintahkan adalah puasa 3 hari setiap bulan, dan shalat 2 rakaat di
waktu pagi dan 2 rakaat di waktu sore. (Tafsir At-Thabari, 3/501).
Meskipun ada ulama
yang menolak keterangan Qatadah ini. Apapun itu, intinya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabat telah mengenal shalat sebelum peristiwa isra
mi’raj.
Kedua, tidak
ada keterangan yang jelas tentang tata cara shalat sebelum isra mi’raj.
Imam Ibnu Utsaimin
pernah ditanya tentang masalah ini, jawaban beliau,
الذي نعلمه أن الرسول صلى الله عليه وسلم كان يصلي قبل المعراج في الصباح
والمساء بكرة وعشياً، وكيف كان يصلي؟ الله أعلم. ولا شك أنه كان يصلي إما باجتهاد أو
بوحي، إن كان بوحي فهو منسوخ، وإن كان باجتهاد فقد تبين الشرع
Yang kami tahu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaksanakan shalat sebelum
peristiwa isra mi’raj, di pagi dan sore hari. Bagaimana cara beliau
shalat? Allahu a’lam, yang jelas beliau shalat. Bisa jadi tata caranya dengan
ijtihad mereka atau berdasarkan wahyu. Jika tata cara shalat yang beliau
kerjakan ketika itu, berdasarkan wahyu maka statusnya telah mansukh (dihapus)
[dengan tata cara shalat yang saat ini]. Jika berdasarkan ijtihad, syariat
telah menjelaskan tata cara shalat yang benar..
Hal yang sama juga
yang dipesankan dalam Fatawa Syabakah Islamiyah. Ketika menanggapi pertanyaan
semacam ini, majlis fatwa mengatakan,
فلم يرد فيما نعلم نقل صحيح ولا حسن يبين كيفية الصلاة التي كان رسول
الله صلى الله عليه وسلم يصليها قبل الإسراء والمعراج، وليس وراء العلم بذلك فائدة،
فنحن متعبدون بما أمرنا الله تعالى به وما استقر عليه الشرع بعد تمامه
Yang kami ketahui, tidak terdapat keterangan yang
shahih maupun hasan yang menjelaskan tata cara shalat yang dikerjakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum persitiwa isra’ mi’raj. Dan
tahu masalah ini tidak memberikan banyak manfaat. Karena kita beribadah kepada
Allah sesuai dengan apa yang Allah perintahkan untuk kita, dan yang sudah
ditetap dalam syariat setelah sempurna. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 41207).
Ketiga, tentang
shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjadi imam nabi-nabi yang
lain pada saat peristiwa isra mi’raj. Shalat apakah yang beliau lakukan?
Dari Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
kejadian isra’ mi’raj, diantara penggalannya,
ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ، فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ
“Kemudian aku masuk
masjid (Al-Aqsa) dan aku shalat 2 rakaat.” (HR. Muslim 162).
Syaikh Athiyah Shaqr pernah ditanya tentang shalat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjidil Aqsha, ketika peristiwa
isra’. Kemudian beliau membawakan keterangan dari kitab Al-Mawahib
Al-Laduniyah dengan syarah Az-Zurqani,
وقد اختُلف في هذه الصلاة، هل هي فرض أو نفل قال بعض العلماء إنَّها فرْض،
بناء على ما قاله النُّعماني، وقال البعض: إنها نفْل، وإذا قلنا: إنها فرْض، فأي صلاة
هي؟ قال بعضهم الأقرب أنها الصبْح، ويُحتمل أن تكون العشاء
Diperselisihkan
tentang shalat ini. apakah shalat wajib ataukah sunah. Sebagian ulama
mengatakan wajib, berdasarkan keterangan An-Nu’mani, dan sebagian mengatakan,
shalat sunah. Jika kita mengatakan itu wajib, lalu itu shalat apa? Sebagian
berpendapat, yang mendekati, itu shalat subuh, bisa juga shalat isya.. ada yang
mengatakan itu terjadi sebelum mi’raj (naik ke langit) dan ada yang mengatakan
terjadi sesudah mi’raj.
Kemudian beliau
membawakan keterangan As-Syami,
ليسا بشيء، سواء قلنا صلَّى بهم قبل العروج أم بعده؛ لأن أول صلاة صلاها
النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ من الخَمْس مُطلقًا الظُّهر بمكة باتفاق، ومن حمل الأوَّليَّة
على مكةَ فعليه الدليل
Pendapat-pendapat ini
tidak perlu dihiraukan, baik pendapat yang mengatakan shalat jamaah itu sebelum
mi’rajj atau sesudah mi’raj. Karena shalat wajib 5 waktu yang pertama kali
dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara mutlak adalah shalat zuhur
di Mekah dengan sepakat ulama. Dan siapa yang mengatakan ada shalat wajib
pertama sebelum di Mekah maka dia harus membawakan dalil..
Setelah cukup detail
membawakan rincian perselisihan, beliau mengakhiri dengan nasehat,
ومهما يكن من شيء فالخلاف في هذا الموضوع ليست له نتيجة عملية
“Apapun itu,
perselisihan dalam kasus semacam ini, tidak memiliki manfaat yang bisa
diamalkan.”
Kesimpulan: 1.Sebelum isra’ mi’raj Rasulullah saw
sudah diperintahkan shalat malam,pagi dan sore (2 rakaat) 2.caranya tidak dijelaskan 3.baru kewajiban
shalat 5 waktu.
Sumber: https://konsultasisyariah.com
jakarta 20/4/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar