ANAK
SHALIH/SHALIHAH
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia,
maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu
yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang shalih.” (HR. Muslim
no. 1631).
إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ
الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ
“Sesungguhnya yang paling baik
dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan
hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud no. 3528, An-Nasa’i
dalam Al-Kubra 4: 4, 6043, Tirmidzi no. 1358, dan Ibnu Majah no. 2290.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Hidayah Allah swt
مَنْ يَهْدِ
اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa
yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al
A’rof : 178)
فَإِنَّ اللَّهَ
يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ
حَسَرَاتٍ
“Maka sesungguhnya
Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena sedih terhadap mereka.”
(QS. Fathir : 8 )
وَلَوْ شِئْنَا
لَآَتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا
“Dan kalau Kami
menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk baginya.”
(QS. As Sajdah : 13)
وَلَوْ شَاءَ
رَبُّكَ لَآَمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا
“Dan jikalau
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya.”
(QS. Yunus : 99)
Menjadikan Keshalihan Anak
1-
Faktor Utama adalah Doa
Tanpa doa, sangat tak
mungkin tujuan mendapatkan anak shalih bisa terwujud. Karena keshalihan
didapati dengan taufik dan petunjuk Allah.
مَنْ
يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ
“Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa
yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS.
Al-A’rof : 178)
Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Robbi hablii minash shoolihiin”
[Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang
yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).
Doa Nabi Zakariya ‘alaihis
salaam,
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ
ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka
samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang
baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa] (QS. Ali Imron: 38).
Doa ‘Ibadurrahman
(hamba Allah yang beriman),
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Robbanaa hab lanaa min azwajinaa
wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa” [Ya Rabb kami,
anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa].
(QS. Al-Furqan: 74)
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ
شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ
الْمَظْلُومِ
“Ada tiga doa yang mustajab yang
tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan
doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud no. 1536, Ibnu Majah no.
3862 dan Tirmidzi no. 1905. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
2-
Orang Tua Harus Memperbaiki Diri dan Menjadi Shalih
Sa’id bin Al-Musayyib
pernah berkata pada anaknya,
لَأَزِيْدَنَّ
فِي صَلاَتِي مِنْ أَجْلِكَ
“Wahai anakku,
sungguh aku terus menambah shalatku ini karenamu (agar kamu menjadi shalih,
pen.).” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)
مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ إِلاَّ
حَفِظَهُ اللهُ فِي عَقِبِهِ وَعَقِبِ عَقِبِهِ
“Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus
memperhatikan kewajiban pada Allah, pen.), maka Allah akan senantiasa menjaga
anak dan keturunannya setelah itu.” (Jami’
Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)
3-
Pendidikan Agama Sejak Dini
Allah memerintahkan
pada kita untuk menjaga diri kita dan anak kita dari neraka sebagaimana
disebutkan dalam ayat,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS.
At-Tahrim: 6). Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir (7: 321), ‘Ali
mengatakan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah,
أَدِّبُوْهُمْ
وَعَلِّمُوْهُمْ
“Ajarilah adab dan
agama pada mereka.” Tentang shalat pun diperintahkan diajak dan diajarkan sejak
dini.
Tips Menasehati Anak
1.melakukan kesalahan : Menegur dengan halus. Saat menemukan
anak melakukan kesalahan berilah teguran dengan halus. Bila masih melakukan
kesalahan serupa, beri peringatan berupa sanksi. Misalnya; tidak boleh menonton
kartun kesukaannya selama sekian hari sebelum anak dapat berubah. Beri
pengertian bahwa sanksi ini semata-mata untuk kebaikan dirinya juga.
2. Mendengarkan penjelasan anak. Dengarkanlah penjelasan dari
anak mengapa melakukan kesalahan. ~ Meminta maaf Apabila kita telanjur marah
yang berlebihan, jangan gengsi untuk meminta maaf kepada anak. Katakan
kepadanya bahwa kita marah karena sayang. Beri pelukan dan ciuman hingga anak
merasa nyaman kembali bersama kita. Hal ini juga menjadi salah satu cara
mengajarkan kepada anak bagaimana cara memaafkan dengan sayang dan santun.
3. Beri pujian saat anak berbuat baik. Pujian terhadap
kebaikan yang dilakukan anak akan menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga dapat
memacu anak untuk dapat berbuat kebaikan di hari-hari berikutnya. ~ Beri
kepercayaan Kepercayaan dapat memperbaiki perilakunya. Selain itu dapat pula
mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Anak pun bisa
belajar menghargai diri sendiri dan merasa dirinya berharga.
Sumber: 1.https://rumaysho.com
2.http://www.kompasiana.com
Jakarta 21/4/2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar