MEMAHAMI TAKDIR
MANUSIA ?
)كُلُّ نَفْسٍ
ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوَكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا
تُرْجَعُونَ( -الأنبياء: 35 -.
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan”.
){وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ
مَرَدَّ لَهُ( -الرعد:11-.
“Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
(لاَ يَرُدُّ
الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ، وَلاَ يُزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ)
-الترمذي-
“Tidak ada
yang mampu menolak takdir Allah kecuali doa”.
Muqaddimah
Satu riwayat juga disebutkan bahwa tatkala
Umar bin Khattab dan rombongannya melakukan perjalanan ke suatu tempat di
Syiria, dan beliau tiba-tiba dikabarkan bahwa tempat yang dituju sedang dilanda
penyakit wabak, (penyakit menular), kemudian Umar bermusyawarah dengan
rombongan untuk mencari jalan keluar (way out ), lantas Umar dan rombongan
sepakat untuk membatalkan perjalanan tersebut dan kembali ke Madinah, kemudian
salah seorang sahabat yang bernama Abu Ubaidah tiba-tiba memprotes keputusan
Umar yang tidak ingin melanjutkan perjalanan:
فَقَالَ أَبُو
عُبَيْدَة بْن الْجَرَّاحِ: أَفِرَارًا
مِنْ قَدَرِ اللَّهِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: “لَوْ غَيْرُكَ قَالَهَا يَا أَبَا عُبَيْدَةَ
– وَكَانَ عُمَرُ يَكْرَهُ خِلاَفَهُ – نَعَمْ نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ إِلَى
قَدَرِ اللَّهِ”.
Abu Ubaidah
bin al-jarrah berkata““Apakah kita hendak lari menghindari taqdir Allah?” Umar
menjawab: “Benar, kita menghindari suatu taqdir Allah dan menuju taqdir Allah
yang lain”.
Kerahasiaan
ini ditegaskan dalam firman Allah:
)وَعِندَهُ
مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي
ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ( -الأنعام: 59-.
“Dan pada
sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali
Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan
tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak
jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
Dalam
masalah ajal kematian, Allah telah menegaskan dalam firmanNya:
)إِنَّ اللَّهَ
عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ
تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ( -لقمان: 34-.
“Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan
mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
)وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ
يَسْتَقْدِمُونَ( -الأعراف: 34-.
“Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu (kematian); maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula)
memajukannya”.
(مَنْ سَرَّهُ
أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأُ لَهُ فِي أَثْرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ) -البخاري-
“Siapa saja
yang ingin dimudahkan rezqinya, dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah
menyambung silaturrahim”.
)يَا رَسُوْلَ
اللهِ أَرَأَيْتَ رِقًى نَسْتَرْقِيْهَا وَدَوَاءٌ نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةٍ
نَتَّقِيْهَا، هَلْ تَرُدٌّ مِنْ قَدْرِ اللهِ شَيْئًا ؟ قَالَ: هِيَ مِنْ قَدْرِ
اللهِ( -الترمذي-.
“Ya
Rasulallah bagaimana pandangan engkau terhadap Ruqyah-ruqyah yang kami gunakan
untuk jampi, obat-obatan yang kami gunakan untuk mengobati penyakit,
perlindungan-perlindungan yang kami gunakan untuk menghindari dari sesuatu,
apakah itu semua bisa menolak takdir ALLAH ?Jawab Rasulullah saw : Semua itu
adalah (juga) takdir ALLAH”.
Takdir ?
Takdir atau qadha dan
qadar ada dua macam yaitu takdir muallaq dan takdir mubrom.
Takdir Mubrom adalah takdir azali yang tidak bisa berubah. Takdir inilah yang sudah tertulis di Lauh Mahfudz.
Takdir Muallaq adalah takdir yang berada di buku yang dipegang malaikat. Takdir muallaq dapat berubah. Takdir ini yang dimaksud dalam QS Ar-Ra'd :30 "Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)"
QS Al-Hadid :22
ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها، إن ذلك على الله يسير
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
- QS Ash-Shaffat :96
Takdir Mubrom adalah takdir azali yang tidak bisa berubah. Takdir inilah yang sudah tertulis di Lauh Mahfudz.
Takdir Muallaq adalah takdir yang berada di buku yang dipegang malaikat. Takdir muallaq dapat berubah. Takdir ini yang dimaksud dalam QS Ar-Ra'd :30 "Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)"
QS Al-Hadid :22
ما أصاب من مصيبة في الأرض ولا في أنفسكم إلا في كتاب من قبل أن نبرأها، إن ذلك على الله يسير
Artinya: Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
- QS Ash-Shaffat :96
وَاللَّهُ
خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu"
)إِنَّ اللّهَ
لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ( -الرعد: 11-.
“Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri”.
Hadits Bukhari & Muslim
أن
النبي صلى الله عليه وسلم قال: من سره أن يبسط له في رزقه ويُنسأ له في أثره،
فليصل رحمه.
Artinya: Bangsiapa yang ingin dipermudah rizkinya..., maka lakukan silaturrahmi (menyambung kekerabatan)
- Hadits riwayat Tirmidzi
إن
صلة الرحم محبة في الأهل، مثراة في المال، منسأة في الأجل .
Artinya: Silaturahim itu disukai dalam keluarga, memperbanyak harta, dan memperpanjang usia
- Hadits riwayat Tirmidzi
صلة
الرحم وحسن الجوار يعمران الديار ويزيدان في الأعمار.
Artinya: Silaturrahmi dan menjalin hubungan baik dengan tetangga itu memakmurkan rumah dan menambah umur
Pembagian Takdir ?
Takdir Allâh Azza wa Jalla ada dua macam :
Pertama : Takdir (yang bersifat) umum dan meliputi semua makhluk yang tertulis dalam Lauhul Mahfûzh. Karena Allâh Azza wa Jalla telah menuliskan di dalamnya ketetapan takdir segala sesuatu sampai hari Kiamat tiba. Dasarnya riwayat dalam Sunan Abu Dawud rahimahullah dari ‘Ubâdah bin Shâmit Radhiyallahu anhu dia berkata, "Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, '(Makhluk) yang Allâh ciptakan pertama kali adalah al-qalam (pena). Kemudian Allâh berfirman kepadanya, “Tulislah!” . Maka dia bertanya, "Wahai Rabb-ku, apa yang akan aku tulis?" Allâh berfirman, “Tulislah ketetapan takdir segala sesuatu sampai terjadinya hari Kiamat.”[18]
Kedua : Takdir (khusus) yang memerinci takdir umum. Ini terbagi menjadi 3 macam takdir :
1. Takdir (sepanjang) umur (ketetapan takdir sepanjang hidup setiap makhluk), sebagaimana yang disebutkan dalam hadits (riwayat) Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu [19] tentang ketentuan takdir yang dituliskan bagi janin ketika dalam kandungan ibunya, berupa ketetapan ajal, rezki, amal perbuatan, celaka atau bahagia.
2. Takdir tahunan, yaitu takdir yang di tetapkan (oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala) pada saat lailatul qadr tentang kejadian-kejadian sepanjang tahun. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ ﴿٣﴾ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤
Sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur’an pada suatu malam yang diberkahi (lailatul qadr) dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu ditetapkan dengan terperinci segala urusan (ketetapan takdir sepanjang tahun[20] ) yang muhkam (tidak bisa berubah) [ad-Dukhân/44:3-4].
3. Takdir harian, yaitu takdir yang di tetapkan (oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala ) tentang kejadian-kejadian dalam sehari, berupa kematian, kehidupan (kelahiran), kemuliaan, kehinaan, dan lain sebagainya[21] . Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ
Setiap hari Dia (mengatur) urusan (semua makhluk-Nya) [ar-Rahmaan/55:29][22]
Takdir Muaallaq?
Adapun
langkah untuk merubah takdir (nasib) yang mu’allaq adalah sebagai berikut:
1) Berusaha,
yaitu dengan melakukan aksi terhadap apa saja yang diinginkan terjadi perubahan
atasnya.
2) Berdo’a,
yaitu memanjatkan harapan kepada Allah terhadap maksud yang diinginkan
diqabulkan olehNya.
3) Tawakkal,
yaitu menunggu keputusan, hasil daripada usaha dan doa yang diminta.
Setelah hal di atas dilakukan, maka kita tinggal menunggu ketentuan Allah yang disebut dengan (takdir). Dan untuk menambahkan keyakinan kita terhadap perubahan takdir mu’allaq, ada baiknya kita renungi bersama ayat di bawah ini:
Setelah hal di atas dilakukan, maka kita tinggal menunggu ketentuan Allah yang disebut dengan (takdir). Dan untuk menambahkan keyakinan kita terhadap perubahan takdir mu’allaq, ada baiknya kita renungi bersama ayat di bawah ini:
)يَمْحُو اللّهُ
مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ( -الرعد: 39-
“Allah
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki),
dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)”.
Ikhtitam
(لاَ يَرُدُّ
الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ، وَلاَ يُزِيْدُ فِى الْعُمْرِ إِلاَّ الْبِرُّ)
-الترمذي-
“Tidak ada
yang mampu menolak takdir Allah kecuali doa”.
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ﴿٥﴾ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ ﴿٦﴾ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ ﴿٧﴾ وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ﴿٨﴾ وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ﴿٩﴾ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ ﴿١٠
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allâh) dan bertakwa (kepada-Nya), dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan memudahkan baginya (jalan) yang mudah (kebaikan). Dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (berpaling dari petunjuk-Nya), serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar (keburukan) [al-Lail/92:5-10]
Sumber:1.http://almanhaj.or.id
2.http://www.alkhoirot.net 3.http://www.eramuslim.com
Jakarta 29/9/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar