WUQUF DAN PUASA
ARAFAH ?
Kemudian mereka bertanya kepada beliau, sehingga Rasulullah SAW memerintah mereka seraya menyeru, "Haji adalah (hadir) di Arafah." (HR. Tirmidzi).
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ
السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ
عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Artinya:“Puasa
‘Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun
akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang
lalu.” (H.R. Muslim)
Muqaddimah
مَا مِنْ يَوْمٍ
أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ، مِنْ يَوْمِ
عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ، فَيَقُولُ:
مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ؟
“Tidak ada
hari dimana Allah paling banyak membebaskan hamba dari neraka selain hari
Arafah. Dia mendekati mereka, lalu dia banggakan mereka di hadapan para
malaikat, dengan berfirman: Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim no. 1348).
خَيْرُ
الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
”Sebaik-baik
doa adalah doa hari arafah.” (HR.
Turmudzi 3585 dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib no. 1536)
Nabi saw bersabda: “Do’a yang paling utama
adalah di hari Arafah, dan sebaik-baik apa yang aku dan para nabi sebelumku
baca pada hari itu, adalah...
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر
Lâ Ilâha Illallâh Wahdahu Lâ Syarîkalahu, Lahulmulku Wa Lahulhamdu, Wahuwa ‘Alâ Kulli Syaiin Qadîr. “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر
Lâ Ilâha Illallâh Wahdahu Lâ Syarîkalahu, Lahulmulku Wa Lahulhamdu, Wahuwa ‘Alâ Kulli Syaiin Qadîr. “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Arafah adalah
tempat di wilayah Makkah Al-Mukarramah yang menjadi berkumpulnya para jamaah
haji dari seluruh dunia. Hadir Arafah merupakan salah satu rukun haji, sehingga
tidak sah ibadah haji seseorang jika tidak hadir di Arafah.
Abdurrahman bin Ya'mar meriwayatkan bahwasanya sekelompok manusia dari suku Najd mendatangi Rasulullah SAW pada saat beliau di Arafah.
Kemudian mereka bertanya kepada beliau, sehingga Rasulullah SAW memerintah mereka seraya menyeru, "Haji adalah (hadir) di Arafah." (HR. Tirmidzi).
Arafah menjadi hari kesembilan di bulan Dzulhijjah. Arafah yang berarti mengetahui, memiliki pengertian bahwa mimpi yang terjadi pada Ibrahim AS adalah benar berasal dari Allah SWT. Sebelumnya, Ibrahim mengalami fase keraguan (hari tarwiyah) apakah mimpinya berasal dari Tuhan atau tidak.
Abdurrahman bin Ya'mar meriwayatkan bahwasanya sekelompok manusia dari suku Najd mendatangi Rasulullah SAW pada saat beliau di Arafah.
Kemudian mereka bertanya kepada beliau, sehingga Rasulullah SAW memerintah mereka seraya menyeru, "Haji adalah (hadir) di Arafah." (HR. Tirmidzi).
Arafah menjadi hari kesembilan di bulan Dzulhijjah. Arafah yang berarti mengetahui, memiliki pengertian bahwa mimpi yang terjadi pada Ibrahim AS adalah benar berasal dari Allah SWT. Sebelumnya, Ibrahim mengalami fase keraguan (hari tarwiyah) apakah mimpinya berasal dari Tuhan atau tidak.
Arafah merupakan miniatur Alam
Mahsyar, tempat seluruh manusia dibangkitkan dari alam kubur untuk dihitung
amal kebaikan dan keburukannya (hisab). Maka pengertian Arafah memberikan
kesadaran bagi manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesamanya dan alam
semesta, sehingga mereka mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk kehidupan
abadinya di akhirat.
Dari Jabir RA,
Rasulullah SAW bersabda, "Jika hari Arafah tiba, Allah SWT turun ke langit
dunia dan berfirman kepada para malaikat, ‘Lihatkan kepada para hamba-Ku,
mereka datang kepada-Ku dengan bersusah payah, mereka datang dari berbagai penjuru
yang jauh. Saksikanlah! Bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosa mereka.’
Para Malaikat berkata, ‘Wahai Tuhanku, (diantara manusia itu) ada lelaki yang senantiasa mensucikanmu, mengagungkanmu dan lain sebagainya.’ Allah SWT berfirman, ‘Aku telah ampuni dosa-dosa mereka.’ Rasulullah SAW bersabda, "Maka sungguh tiada hari yang lebih besar pembebasannya dari api neraka dari pada hari Arafah." (HR. Ibnu Huzaimah).
Para Malaikat berkata, ‘Wahai Tuhanku, (diantara manusia itu) ada lelaki yang senantiasa mensucikanmu, mengagungkanmu dan lain sebagainya.’ Allah SWT berfirman, ‘Aku telah ampuni dosa-dosa mereka.’ Rasulullah SAW bersabda, "Maka sungguh tiada hari yang lebih besar pembebasannya dari api neraka dari pada hari Arafah." (HR. Ibnu Huzaimah).
Wuquf Arafah ?
Di Padang
Arafah, dewasa ini, tengah berlangsung pertemuan akbar. Arafah penuh berkah,
rahmat dan ampunan. Di tempat itupula berlangsung pertemuan jemaah dari seluruh
dunia. Semua ingin mendapat ridho Allah dan mpunannya, sebagai haji mabrur,
katanya.
Haji adalah
Arafah. Bahkan yang sakit harus ke Arafah, sebab yang menunaikan ibadah
haji wajib wukuf di Arafah, ia menjelaskan.
KH Abdullah
Syukri Zarkasyi
mengingatkan pula bahwa taqwa ada di dalam hati. Namun perlu dijabarkan dengan
lisan, berkata yang benar dan baik disertai mengerti dengan pikiran.
Mengapa
wuquf, shalat, puasa. Hal ini juga perlu dimengerti akal manusia. Namun pikiran
atau akal manusia sangat terbatas dan kadang menyesatkan manusia, katanya.
Untuk itulah
perlu adanya mata iman, sehingga manusia tidak berhusnuzon terhadap
Allah. Sebab, Allah maha suci, kuasa atas segalanya dan maha besar.
Dijelaskannya,
taqwa dengan hati, dengan lisan, dengan pikiran, dengan seluruh anggota badan
dan dengan perbuatan merupakan dari penjabaran dari taqwa yang benar.
Wuquf di
Arafah sangat dahsyat, sambungya. Sekitar empat juta lebih manusia mau bersusah
payah datang dari jauh, penuh dengan pengorbanan harta, tenaga, pikiran,
perasaan dan penuh dosa. Bahkan yang sakit pun ikut wuquf di Arafah.
Setiap
tahun, dengan segala kesusahan, jumlah umat Islam yang datang terus
bertambah. Semua mencari ridho Allah dan ampunan. Di sini Allah mudah
mengampuni manusia, sesuai sabda Rasulullah SAW.
"Tiada hari yang paling banyak Allah membebaskan hambanya dari siksaan api
neraka, daripada hari Arafah. Sesungguhnya Allah SWT
akan mendekat, kemudian membanggakan para hambanya itu kepada malaikat seraya
berkata: Lihatlah wahai para malaikat, apa yang dikehendaki para hamba-Ku
ini."
"Ini
karena rahmat Allah lebih luas dari dosa kita," katanya, mengutip Sabda
Nabi Muhammad SAW. Dosa apa saja diampuni Allah,
kecuali syirik. Demikian kebesaran Allah, Rahman, Rahim, Maha Pengampun, Maha
Penyayang, Maha Pemurah dan dapat mengabulkan doa dan Maha Segalanya, ia
menjelaskan.
Puasa Arafah ?
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ
السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ
عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
Artinya:“Puasa
‘Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun
akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang
lalu.” (H.R. Muslim)
Al-Imam An-Nawawi
(w.676 H) Rahimahullah ketika
menjelaskan hadits ini mengatakan, hadits-hadits semacam ini mempunyai dua
penafsiran :
Pertama, menghapus dosa-dosa kecil dengan syarat ia tidak melakukan dosa
besar. Jika ada dosa besar, maka tidak akan menghapus apapun, baik dosa besar
ataupun dosa kecil.
Kedua, Dan ini adalah pendapat yang lebih rajih (mendekati kebenaran lagi terpilih), yakni shaum
Arafah akan menghapus setiap dosa kecil. Maksudnya adalah bahwa Allah
Ta’ala mengampuni seluruh dosanya kecuali dosa besar. Al-Qadhi ‘Iyadh (w. 544
H) Rahimahullahu
mengatakan, apa yang disebutkan dalam hadits-hadits ini berbicara tentang
pengampunan terhadap dosa-dosa kecil, selain dosa besar. Inilah madzhab
Ahlus-Sunnah, karena dosa besar hanya bisa dihapus dengan taubat atau rahmat
Allah Ta’ala.
Waktu Puasa ‘Arafah ?
Terjadi ikhtilaf dikalangan para
‘Ulama mengenai hal ini, yakni waktu melaksanakan puasa
‘Arafah. Sebagian ulama memahami bahwa ibadah ini dan juga ibadah Qurban (‘Idul Adha) tergantung pada
sebab terlihatnya bulan Dzulhijjah, sebagaimana hal yang sama
dalam menentukan permulaan Ramadhan dan Syawwal.
Sementara
itu, ulama lain berpendapat bahwa ibadah ini mengikuti ibadah haji di tanah
Haram yang merupakan bentuk solidaritas para hujjaj. Dan dalam hal ini, pendapat kedua lebih
mendekati kebenaran, hal itu didasarkan oleh beberapa alasan berikut :
Pertama, Telah dijelaskan sebelumnya bahwa puasa
‘Arafah disunnahkan hanya bagi mereka yang tidak melaksanakan wuquf di
‘Arafah. Ini mengandung pengertian bahwa puasa ‘Arafah ini terkait dengan
pelaksanaan ibadah haji/ wuquf. Jika para hujjaj telah wuquf, maka pada waktu itulah
disyari’atkannya melaksanakan puasa ‘Arafah bagi mereka yang tidak
melaksanakan haji.
Dalam
nash-nash tidak pernah disebutkan puasa di hari kesembilan, namun hanya
disebutkan puasa ‘Arafah. Berbeda halnya dengan puasa ‘Asyuura yang disebutkan
tanggal-nya secara spesifik.
Rasulullah
bersabda,
عَبْد اللهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: حِينَ
صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ
بِصِيَامِهِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ
وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِذَا
كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ»
قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya:“Dari
‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallaahu ‘Anhuma, ia berkata :“Ketika Rasulullah
Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa di hari ‘Asyura dan
memerintahkannya, para shahabat berkata : ‘Sesungguhnya ia adalah hari yang
diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani’. Maka beliau Shallallaahu
‘Alaihi Wasallam bersabda:‘Tahun depan, insya Allah, kita akan berpuasa di
hari kesembilan”. Ibnu ‘Abbas berkata : “Sebelum tiba tahun depan,
Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.” (H.R. Muslim)
Dan juga
sabda Rasulullah,
عن ابْنَ عَبَّاسٍ، يَقُولُ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ : خَالِفُوا
الْيَهُودَ ، وَصُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ .
Artinya:“Dari
Ibnu ‘Abbaas ia berkata tentang puasa ‘Asyura’ : “Selisihilah orang-orang
Yahudi dan berpuasalah di hari kesembilan dan kesepuluh” (H.R. Al-Baihaqy)
Kedua, telah
bersabda Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam,
فِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّوْنَ،
وَعَرَفَةُ يَوْمَ تُعَرِّفُوْنَ
Artinya:“Berbuka
kalian adalah di hari kalian berbuka, penyembelihan kalian adalah di hari
kalian menyembelih, dan ‘Arafah kalian adalah di hari kalian melakukan wuquf di
‘Arafah” (H.R Asy-Syafi’iy dan
Al-Baihaqy dari Atha’)
Mengenai
hadits ini, Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata,“Telah berkata
ulama’ madzhab Syafi’iyyah, “Tidaklah hari
berbuka (‘Idul fitri) itu mempunyai pengertian hari pertama bulan Syawwal
secara ‘muthlaq. Ia adalah
hari dimana orang-orang berbuka padanya dengan dalil hadits ini (yaitu : ‘Berbuka kalian di hari kalian berbuka’).
Begitu pula
dengan hari penyembelihan (Yaumun-Nahr/’Idul-Adha). Begitu
pula dengan hari ‘Arafah, ia adalah hari yang nampak bagi orang-orang
bahwasannya hari itu adalah hari ‘Arafah, sama saja apakah itu hari kesembilan
atau hari kesepuluh. Al-Imam Asy-Syaafi’iy Rahimahullah berkata tentang hadits
ini : Maka dengan inilah kami berpendapat.”
Jadi jelas perbedaannya bahwa puasa ‘Arafah
tidak tergantung pada urutan hari dalam bulan Dzulhijjah, namun bergantung pada
pelaksanaan wuquf di ‘Arafah.
Sumber:1.http://www.kemenag.go.id
2.http://mirajnews.com
3.http://www.republika.co.id
Jakarta 18/9/2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar