Jumat, 13 Februari 2015

MANISNYA IMAN





MEMAKNAI KEIMANAN ?


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ.
“Katakanlah wahai Muhammad, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Ali ‘Imran: 31)
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ)). (رواه البخاري ومسلم وهذا لفظ مسلم).
Dari Anas ra, dari Nabi saw. bersabda, “Tiga perkara jika kalian memilikinya, maka akan didapati manisnya iman. (Pertama) orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya. (Kedua) agar mencintai seseorang semata-mata karena Allah swt. (Ketiga), tidak senang kembali kapada kekufuran setelah diselamatkan oleh Allah swt, sebagaimana ketidak-senangannya dilempar ke dalam api neraka.” (HR Bukhar Muslim dengan redaksi Muslim)
Muqaddimah
“Katakanlah: “Jika bapa-bapak, anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (surat At-Taubah : 24)
عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ((ذَاقَ طَعْمَ الإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً)) (رواه مسلم).
Dari Al-Abbas bin Abdil Muttalib, bahwasanya ia mendengar Rasulallah saw. bersabda, “Telah merasakan lezatnya iman seseorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai dinnya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)
Nabi saw bicara tentang iman ?
عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قاَلَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلِايْمَانِ :اَلاْنِفْاَقُ مِنَ اُلاِقْتَارِ ، وَإِنْصَافُ النَّاسِ مِنْ نَفْسِكَ ، وَبذْلُ السَّلاَمِ لِلْعَالَمِ (رواه عبد الرزاق) علقه البخاري في (كتاب الايمان)
Amar bin Yasir berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya ia merasakan manisnya keimanan, berinfak dari kekikiran, bersikap adil terhadap manusia dari dirinya, dan mengupayakan keselamatan (salam) bagi alam.” (Diriwayatkan Abdurazzaq, Bukhari mencantumkannya di kitab Al-Iman).
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ يَجِدْ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلاِيْمَانِ : تَرْكُ اْلمِرَاءِ فيِ الْحَقِّ ، وَاْلكِذْبُ فِي اْلمُزَاحَةِ ، وَيَعْلَمُ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ ، وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَهُ. (رواه عبد الرزاق)
Ibnu Mas’ud juga berkata, “Ada tiga hal yang barangsiapa berada di dalamnya akan merasakan manisnya iman, menghindari perdebatan dalam hal kebenaran, tidak berdusta dalam bercanda, dan menyadari bahwa apa yang akan menimpanya bukan karena kesalahannya dan apa kesalahannya tidak menyebabkan ia tertimpa (musibah).” (Diriwayatkan Abdurrazzaq).
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ?anhu, dia berkata, " Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, artinya,

"Ada tiga hal, yang jika tiga hal itu ada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman. (Yaitu); Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya; Mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah; Benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya, sebagaimana bencinya jika dicampakkan ke dalam api." (Muttafaq ?alaih)

Rawi Hadits

Dia seorang sahabat Nabi yang mulia, Abu Hamzah Anas bin Malik bin an-Nadlar an-Najjari al-Khazraji radhiyallahu ?anhu. Seorang imam, ahli baca al-Qur'an, mufti, muhaddits, riwayatul Islam dan sekaligus pelayan Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam. Al-Imam adz-Dzahabi mengatakan, "Dia mendampingi Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam dengan begitu sempurna, dan senantiasa menyertai Rasul semenjak beliau hijrah ke Madinah. Berkali-kali dia mengikuti perang beserta Nabi shallallahu ?alaihi wasallam dan merupakan salah seorang yang ikut berbai'at di bawah pohon (bai?atul ?aqabah)."

Anas radhiyallahu ?anhu berkata, "Aku melayani Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah memukulku, tidak pernah mencelaku dan tidak pernah bermuka masam di hadapanku." Rasulullah mendoakan Anas agar dikaruniai harta dan anak yang banyak dan doa beliau dikabulkan Allah. Disebutkan bahwa putra-putri Anas pada masa menjelang wafat mencapai lebih dari seratus orang. Beliau meninggal pada tahun 91 atau 92 hijriyah. Beliau adalah sahabat Nabi shallallahu ?alaihi wasallam yang paling akhir meninggal dunia, dan ketika beliau wafat, maka bersedihlah semua orang sehingga dikatakan, "Separuh ilmu telah pergi".
Hakikat Iman ?
1.Iman bukan sekadar keyakinan atau pengakuan semata. Al-Hasan al-Bashri t berkata,
لَيْسَ الْإِيْمَانُ بِالتَّحَلِّي وَلَا باِلتَّمَنِّي وَلَكِنْ مَا وَقَرَ فِي الْقَلْبِ وَصَدَّقَتْهُ الْأَعْمَالُ
Sesungguhnya iman bukanlah angan-angan atau pengakuan semata, namun iman adalah keyakinan yang tertancap dalam hati dan dibuktikan dengan amalan-amalan.” (Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam az-Zuhd dan al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman [1/80])
2.Hadits Anas z diriwayatkan pula oleh para imam ahlul hadits lain dengan beberapa perbedaan lafadz.
Al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra, demikian pula an-Nasai, meriwayatkan dengan lafadz,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ وَطَعْمَهُ: أَنْ يَكُونَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ فِي اللهِ وَأَنْ يَبْغُضَ فِي اللهِ، وَأَنْ تُوقَدَ نَارٌ عَظِيمَةٌ فَيَقَعَ فِيهَا أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُشْرِكَ بِاللهِ شَيْئًا
“Tiga hal yang jika ada pada seseorang, ia akan merasakan manis dan lezatnya iman: (1) Allah l dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya; (2) ia mencintai karena Allah l dan membenci karena Allah l; dan (3) seandainya api yang sangat besar dinyalakan lalu ia dilemparkan ke dalamnya, itu lebih ia sukai daripada menyekutukan Allah l.”
3.Sahabat Ubadah bin ash-Shamit z pernah berwasiat kepada putranya,
يَا بُنَيَّ، إِنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ حَقِيقَةِ الْإِيمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ n يَقُولُ : إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ: رَبِّ، وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ. يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ n يَقُولُ: مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي.
Wahai anakku, sungguh engkau tidak akan mendapatkan kelezatan hakikat iman hingga engkau meyakini bahwasanya apa yang telah ditakdirkan oleh Allah l akan menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa yang ditakdirkan tidak menimpamu tidak mungkin mengenai dirimu. Aku mendengar Rasulullah n bersabda, “Sesungguhnya, yang pertama kali diciptakan oleh Allah l adalah qalam (pena), lalu Allah l berfirman kepadanya, ‘Tulislah!’ Pena berkata, ‘Wahai Rabbku, apa yang aku tulis?’ Allah l berfirman, ‘Tulislah takdir-takdir segala sesuatu hingga tegak hari kiamat’.”
Wahai anakku, sungguh aku mendengar Rasulullah n bersabda, “Barang siapa mati tidak di atas keimanan kepada takdir, ia bukan dari golonganku.” (Sunan Abu Dawud no. 4078, dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)
4.Ammar bin Yasir z, salah seorang sahabat peraih janji surga berkata,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: الْإِنْفَاقُ مِنَ الْإِقْتَارِ، وَإِنْصَافُ النَّاسِ مِنْ نَفْسِكَ، وَبَذْلُ السَّلَامِ لِلْعَالَمِ
“Tiga hal yang jika ada pada seseorang, ia akan merasakan manisnya iman: berinfak di masa sempit, bertindak adil kepada manusia, dan menebarkan salam kepada manusia.” (Riwayat Abdurrazaq dalam al-Mushannaf no. 19439 dari Ma’mar, dari Abu Ishaq, dari Shilah bin Zufar, dari Ammar bin Yasir z)
5.Abdullah bin Mas’ud al-Hudzali z berkata,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ يَجِدُ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: تَرْكُ الْمِرَاءِ فِي الْحَقِّ، وَالْكَذِبِ فِي الْمِزَاحَةِ، وَيَعْلَمُ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ
“Tiga hal yang jika itu ada pada seseorang, niscaya ia akan meraih manisnya iman: meninggalkan perdebatan dalam keadaan ia benar, meninggalkan dusta meskipun dalam gurauan, serta ia yakin bahwa apa yang ditakdirkan pasti tidak akan luput darinya, dan apa yang tidak ditakdirkan tidak akan menimpanya.” (Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dalam al-Kabir [9/157 no. 8790] dan Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf no. 20082)
6.Rasulullah n bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak akan sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.”
7.Cinta dan benci karena Allah l adalah tali iman yang paling kokoh, sebagaimana ditunjukkan oleh sabda Rasulullah n,
أَوْثَقُ عُرَى الْإِيْمَانِ الْمُوَالَاةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
“Tali iman yang paling kokoh adalah memberikan loyalitas karena Allah l, memusuhi karena Allah l, mencintai karena Allah l, dan membenci karena Allah l.” (HR. ath-Thabarani dari Ibnu Abbas c, dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah [2/734 no. 998])
Ikhtitam
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ
“Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami teladan yang membimbing dan mendapatkan bimbingan.”
Amin!
Sumbar:1.Al-Qur’an Hadits 2.http://asysyariah.com
Jakarta 13/2/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Majelis Ulama Indonesia

Dunia Islam

Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan

Total Tayangan Halaman