MEMILIH PEMIMPIN ?
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى
اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa’: 59)
Rasulullah SAW. bersabda:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه, أن رسول الله ص م,
قال: (كلكم راع فمسئول عن رعيته, فالأمير الذي علي الناس راع وهو مسئول عنهم,
والرجل راع علي أهل بيته وهو مسئول عنهم, والمرأة راعية علي بيت بعلها وولده وهي
مسئولة عنهم, والعبد راع علي مال سيده وهو مسئول عنه, ألافكلكم راع وكلكم مسئول عن
رعيته) اخرجه البخاري
Dari
Abdullah bin Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Masing-masing kamu
adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.
Seorang amir (Presiden) yang memimpin masyarakat adalah pemimpin yang akan
dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang laki-laki
(suami) adalah pemimpin atas ahli (keluarga) di rumahnya, dia akan dimintai
pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang perempuan (isteri)
adalah pemimpin atas rumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dia akan dimintai
pertanggung jawaban kepemimpinannya atas mereka. Seorang hamba adalah pemimpin
atas harta tuannya, dia akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinannya atas
harta itu. Ketahuailah masing-masing kamu adalah pemimpin dan masing-masing
kamu akan dimintai pertanggung jawaban kepemimpinan atas yang dipimpinnya”.
(HR. Bukhari)
Muqaddimah
Dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya pemimpin. Di dalam
kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala keluarga, begitu
pula halnya di masjid sehingga shalat berjamaah bisa dilaksanakan dengan adanya
orang yang bertindak sebagai imam, bahkan perjalanan yang dilakukan oleh tiga
orang muslim, harus mengangkat salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin perjalanan.
Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat,
baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar. Untuk tujuan memperbaiki
kehidupan yang lebih baik, seorang muslim tidak boleh mengelak dari tugas
kepemimpinan, Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa yang diserahi kekuasaan
urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang
yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat
(HR. Ahmad).
Kepemimpinan adalah unsur yang tidak bisa dihindari
dalam hidup ini. Sudah merupakan fitrah manusia untuk selalu membentuk sebuah
komunitas. Dan dalam sebuah komunitas selalu dibutuhkan seorang pemimpin.
Pemimpin adalah orang yang dijadikan rujukan ketika komunitas tersebut.
Pemimpin adalah orang yang memberikan visi dan tujuan. Dalam suatu kelompok
katakanlah organisasi, bila tidak mempunyai tujuan sama saja dengan membubarkan
organsasi tersebut. Hal terebut bahkan berlangsung sampai kedalam tataran
Negara. Dan hanya pemimpinlah yang mampu mengatur dan mengarahkan semua itu.
Dan sejarah teori kepemimpinan menjelaskan bahwa kepemimpinan yang dicontohkan
islam adalah model terbaik. Model kepemimpina yang disebut sebagai Prophetic
leadership yang contoh nyatanya adalah orang teragung sepanjang sejarah
kemanusiaan yaitu Rasullullah SAW.
Tanggal 9 April 2014, rakyat
Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi memilih wakil rakyat yang akan
duduk di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat. Banyak Partai dengan beragam latar
belakang ideologi dan haluan menawarkan beragam Caleg (Calon Legislatif)
sebagai calon pemimpin yang akan mewakili dan menyuarakan kepentingan rakyat di
lembaga legislatif Dewan Perwakilan Rakyat.
Selesai memilih wakil rakyat yang
duduk di lembaga legislatif, rakyat Indonesia akan melanjutkan memilih pasangan
Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemimpin bangsa yang akan memimpin
perjalanan seluruh rakyat dan bangsa Indonesia dalam 5 (lima) tahun ke depan.
Para calon pemimpin, baik yang akan
duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif mengampanyekan diri sebagai
pemimpin terbaik yang layak dipilih masyarakat untuk membawa bangsa dan negara
maju dan makmur di masa depan.
Bagaimanakah Islam memandang tentang
Pemimpin dan Kepemimpinan, serta seperti apakah pemimpin yang baik itu?
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan diartikan sebagai
kemampuan seseorang sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect), pengakuan
(recognition), kepercayaan (trust), ketaatan (obedience), dan kesetiaan
(loyalty) untuk memimpin kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju
cita-cita[3].
Secara sederhana, apabila berkumpul
tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka “mengajak”
teman-temannya untuk melakukan sesuatu seperti: nonton film, berman sepek bola,
dan lain-lain, orang tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada
unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya.
Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan
merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang
kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
1] Koontz &
O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok
orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan
kelompoknya.
2] Wexley &
Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih
berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
3] Georger R.
Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia
berusaha mencapai tujuan bersama.
4] Pendapat
lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi
orang atau sekelompok orang.
Dari keempat
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandangan yang dilihat oleh
para ahli tersebut adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan bersama.
. Petunjuk Allah Dalam Memilih Pemimpin
Karena alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk menentukan pilihan
pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di atas, dengan memperhatikan petunjuk
Allah dalam memilih pemimpin, ialah:
1. Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria Pemimpin
Tersebut di Atas.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ
فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Maidah: 51)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat
agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang
telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik).
Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.
(Al-Maidah: 57)
2. Pilihlah Pemimpin Yang
Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan Jangan Memilih Pemimpin Yang Mendorong
Bermaksiat Kepada-Nya Meskipun Ia Keluarga Kita.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
ءَابَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّوا الْكُفْرَ عَلَى
الْإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu
pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan
siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim. (At-Taubah: 23).
Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan
penyesalan dikemudian hari:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا
وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
Dan mereka berkata:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
(al-Ahzab: 67)
Sifat-sifat Pemimpin yang Ideal
Tidak diragukan lagi bahwa Muhammad
Rasululloh Saw adalah sosok manusia yang paling ideal, sempurna dalam segala
hal. Beliau bukan hanya seorang nabi dan rasul pilihan, juga sebagai kepala
rumah tangga yang harmonis bagi keluarga-keluarganya, sahabat yang baik bagi
sesamanya, guru yang berhasil bagi murid-muridnya, teladan bagi ummatnya,
panglima yang berwibawa bagi prajuritnya dan pemimpin yang besar bagi kaumnya.
Segala akhlak mulia ada padanya,
sehingga Allah sebagai Pencipta pun memujinya,
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung.
Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Keberhasilan beliau sebagai
Pemimpin, dilandasi sifat-sifat / kriteria-kriteria pemimpin yang ideal:
1) Bertaqwa
kepada Allah Swt
Sebagai syarat
muthlak sebagai pemimpin. yang telah menjadi karakter kepribadiannya.
2) Amanah
Artinya jujur,
tidak pernah berdusta, menepati janji, berani mengatakan yang haq, bertindak
adil dan profesional. Sifat ini harus menetap pada seseorang jauh sebelum dia
menjadi pemimpin.
Sebagaimana
diungkapkan dalam hadits:
وعن أبي أمامة قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم : " لا إيمان لمن لا أمانة له ، والذي نفسي بيده لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا " . رواه الطبراني
3) Shiddiq
Membenarkan dan
meyakini apa saja yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya sekalipun tidak dapat
difahami oleh akal. Tokoh pemimpin berkarakter ini, adalah Abu Bakar Ashiddiq.
Seorang Shidiq
sanggup berkata jujur, berani menyampaikan al-haq dengan segala resikonya,
walaupun ia harus terusir dari negerinya. Sabda Rasulullah Saw,
عن أبي الدرداء "من فر بدينه من أرض إلى أرض مخافة الفتنة على نفسه ودينه كتب عند الله صديقا فإذا مات قبضه الله ـ عز وجل ـ شهيدا" فيه مجاشع يضع.
4) Fathonah
Artinya pintar,
cerdas, cermat, cepat mengambil keputusan, tepat menentukan tindakan, mampu
membaca keadaan, dan memahami segala permasalahan.
5) Tabligh
Artinya
menyampaikan, Pemimpin sebagai informan tentang segala sesuatu yang penting
diketahui oleh umat. Khususnya mengenai pesan-pesan agama.
6) Tegas dan
Teguh Pendirian
Dalam urusan
tauhid dan al-Haq dari Allah seorang pemimpin tidak boleh lemah dan ragu.
Rasulullah selalu tegas dalam membela agama Islam, tidak tergoda dengan rayuan dan
sogokan.
Hai nabi,
perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah
terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya
tempat kembali[10].
7) Lemah Lembut
Rasululloh Saw
terkenal dengan sifatnya yang peramah, bukan pemarah, halus tutur katanya,
tidak menyinggung perasaan orang lain. Allah mengabadikannya dalam Q.S Al-Fath:
Muhammad itu
adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.
8) Pemaaf
Manusia tidak
terlepas dari kesalahan dan dosa, apalagi prajurit, staf atau rakyat biasa,
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Rasulullah sangat pemaaf
walaupun kesalahan sebagian sahabat-sahabatnya sangat fatal yang mengakibatkan
kaum Muslimin kalah perang di Uhud, dengan besar hati beliau memaafkan
sahabatnya dan memohon ampunan bagi mereka.
9) Senang
bermusyawarah
Musyawarah
bukan untuk memaksakan kehendak, menolak usulan, otoriter dan merasa benar
sendiri.
10) Bertawakal
kepada Allah
Kemudian
apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Tawakal artinya
menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah bersungguh-sungguh menyusun
rencana yang dianggap matang.
11) Adil
12) Sabar
13) Bertanggung
jawab
Kriteria Pemimpin Dalam Islam
Banyak sekali
ayat al-Qur’an dan Hadis menyebutkan bagaimana hendaknya setiap orang yang Nabi
katakan sebagai pemimpin baik bagi diri dan keluarganya, dan terlebih mereka
yang menyatakan diri siap sebagai pemimpin bagi masyarakat, bersikap dan
berperilaku dalam kehidupan mereka sehari-hari, di antaranya adalah:
1. Mengajak Bertaqwa Kepada Allah
وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا
وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ
الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan
kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah
mereka selalu menyembah. (Al-Anbiya’: 73)
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا
وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat Kami. (As-Sajdah: 24)
2.
Adil Kepada Semua Orang Dan Tidak Pandang Bulu
يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ
فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ
سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ
شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka
bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (Shad: 26)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ
بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ
وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا
فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا
فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa
yang kamu kerjaan. (An-Nisa’: 135)
3.
Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ
الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imron: 110)
4.
Menjadi Suri Tauladan Yang Baik Bagi Masyarakat
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ
كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21)
5.
Mendorong Kerja Sama Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Bersama
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا
تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al-Maidah: 2)
6.
Mengukuhkan Tali Persaudaraan dan Kesatuan dan Persatuan
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا
تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ
عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ
اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk. (Ali Imron: 103)
7.
Akomodatif, Pemaaf, Merangkul Semua Golongan dan Mengedepankan Musyawarah Dalam
Setiap Mengambil Keputusan Penting Untuk Masyarakat
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ
كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ
عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
(Ali Imron: 159)
8.
Jujur dan Amanat
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ
نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (An-Nisa’ : 58)
Nabi SAW.
bersabda:
وعن ابوهريرة قال:قال رسول الله ص م :ثلاثة لا يكلمهم الله يوم
القيامةولايزكيهم ولاينظراليهم ولهم عذاب أليم: شيخ زان, وملك كذاب, وعائل مستكبر.
رواه مسلم
Dari Abu Hurairah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tiga
golongan, Allah tidak akan berbicara, mensucikan dan melihat kepada
mereka, dan bagi merekalah siksa yang pedih; orang tua pezina, pemimpin yang
suka bohong dan orang miskin yang sombong. (HR. Muslim).
9.
Berwawasan Dan Berpengetahuan Luas dan Mencintai Ilmu Pengetahuan
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah:
11)
10. Teguh
Pendirian, Tegar dan Sabar Dalam Menghadapi Ujian
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Huud:
112)
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
dari rasul-rasul telah bersabar. (al-Ahqaf: 35)
Tanggung Jawab Pemimpin
Begitu berat
tanggung jawab setiap pemimpin, ia harus siap dan dapat mewujudkan perilaku
yang termuat dalam kriteria di atas dalam hidup kesehariannya. Sehingga
tercipta suatu kondisi dimana pemimpin mencintai dan memperjuangkan kepentingan
rakyat, dan karenanya semua rakyatpun mencintai dan mendukung kepemimpinannya.
Rasulullah
bersabda:
عن عَوْفَ بْنَ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ
الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ
عَلَيْكُمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ
وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قُلْنَا أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ يَا رَسُولَ
اللَّهِ عِنْدَ ذَلِكَ قَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ أَلَا مَنْ
وُلِّيَ عَلَيْهِ وَالٍ فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ
فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ
طَاعَةٍ . رواه مسلم واحمد والدرامى
Dari Auf bin Malik al-Asyja’i ia berkata, aku telah mendengar
Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu
semua mencintainya dan mereka semua mencintaimu, kamu semua mendoakan
kesejahteraan buat mereka, dan mereka mendoakan kesejahteraan buat kamu. Dan
sejelek-jelek pemimpinmu adalah orang-orang yang kamu semua membenci mereka dan
mereka membenci kamu, kamu semua melaknati mereka dan mereka melaknati kamu”.
Kami bertanya: “Ya Rasulullah apakah tidak sebaiknya kita singkirkan mereka?
Rasul menjawab: “Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat. Ketahuilah,
barang siapa yang diberi kekuasaan, lalu masyarakat melihatnya menjalankan
suatu perbuatan yang bermaksiat kepada Allah, hendaklah masyarakat membenci
perbuatan penguasa yang bermaksiat ke pada Allah itu, dan janganlah ia menarik
diri dari ketaatan (pada yang baik). (HR. Muslim, Ahmad, dan Ad-Daromi).
Karena beratnya
menciptakan kondisi kepemimpinan seperti di atas, Rasulullah SAW. melarang
sahabatnya meminta-minta untuk menjadi pemimpin, khawatir sulit merealisasikan
tanggung jawab ini.
Rasulullah SAW.
bersabda:
عن عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ
سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ
وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا
وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ
عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ . رواه البخاري
Dari Abdurrahman bin Samrah berkata; telah bersabda Nabi SAW.: “Wahai
Abdurrahman bin Samrah, janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin, karena
sesungguhnya, jika engkau diberi jabatan karena meminta maka engkau akan
dibebani sebagai wakil atas jabatan itu, dan jika diberi jabatan dengan tanpa
meminta, maka engkau akan ditolong dalam menjalankan tugas itu. Dan jika engkau
bersumpah, lalu engkau melihat bahwa yang berlawanan dengan sumpah itu lebih
baik, maka bayarlah kifarat atas sumpahmu, dan kerjakanlah apa yang engkau
pandang lebih baik”. (HR. Bukhari).
Dalam
melaksanakan tanggung jawabnya, pemimpin hendaknya ikhlas dalam rangka
beribadah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berkomitmen untuk tidak mengkhianati
amanat yang diembannya. Ia tidak boleh melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme
yang mencederai tanggung jawab yang harus dipikulnya.
Rasulullah SAW.
bersabda:
عن أبى هريرة قال (لعن رسول الله ص م الراشي والمرتشي في
الحكم) رواه احمد والاربعة, وحسنه الترمذي,وصححه ابن حبان.
Dari Abi Hurairah RA.
Berkata: “Rasulullah SAW. melaknat penyuap dan penerima suap dalam perkara
hukum” HR. Ahmad dan al-Arba’ah. Imam Tarmidzi menganggap hadis ini hasan, dan
Ibn Hiban menganggapnya shoheh.
Kewajiban Rakyat Terhadap Pemimpin
Sebagai rakyat
tugasnya adalah taat kepada perintah pemimpin sepanjang perintah itu dalam
rangka mewujudkan tanggung jawabnya yang tertuang dalam kriteria disebutkan di
atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah SWT.
Berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى
اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah
dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(An-Nisa’: 59)
Batas ketaatan
rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat wajib mentaati semua perintah
pemimpin selama pemimpin itu memerintahkan taqwa kepada Allah, sedangkan bila
perintah itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban untuk
mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi munkar ialah mencegah
pemerintah dari menjalankan perbuatan maksiat tersebut.
وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ
Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang
yang melewati batas, (asy-syuara: 151)
By Abi Naufal .Jakarta
21 maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar