MERAIH PAKET RAMADHAN ?
فَمَنْ شَهِدَ
مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
”Karena itu,
barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut.” (QS. Al Baqarah: 185)
صُومُوا
لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ وَانْسُكُوا لَهَا فَإِنْ غُمَّ
عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا ثَلَاثِينَ فَإِنْ شَهِدَ شَاهِدَانِ فَصُومُوا وَأَفْطِرُوا
“Berpuasalah
kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah
kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian,
sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan
berbukalah kalian.”[3] Dalam hadits ini dipersyaratkan dua
orang saksi ketika melihat hilal Ramadhan dan Syawal. Namun untuk hilal
Ramadhan cukup dengan satu saksi karena hadits ini dikhususkan dengan hadits
Ibnu ‘Umar yang telah lewat.[4]
فَإِنْ غُمَّ
عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ
“Jika mendung
(sehingga kalian tidak bisa melihat hilal), maka sempurnakanlah bilangan
bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” Di sini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak mengatakan, “Tanyakanlah pada ahli hisab”. Hikmah kenapa mesti
menggenapkan 30 hari adalah supaya tidak ada peselisihihan di tengah-tengah
mereka.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” [Al-Baqarah: 183]
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...” [Al-Baqarah: 185]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ
الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ
وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى
مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Pada malam
pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu,
pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pun pintu yang terbuka dan
pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, ketika itu
ada yang menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada
ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah”. Allah
memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan
Ramadhan”.
Hadits
tentang Ramadhan dan Pusa ?
إِذَا
جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
”Apabila
Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun
dibelenggu.”
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang
berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka
dosanya di masa lalu pasti diampuni.”Pengampunan dosa di sini bisa
diperoleh jika seseorang menjaga diri dari batasan-batasan Allah dan hal-hal
yang semestinya dijaga.
Begitu pula pada
amalan shalat tarawih, di dalamnya juga terdapat pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Barangsiapa yang
menghidupkan malam lailatul qadar dengan amalan shalat, juga akan mendapatkan
pengampunan dosa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari
Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[ Adapun
pengampunan dosa dalam hadits-hadits di atas, dimaksudkan untuk dosa-dosa kecil
sebagaimana pendapat mayoritas ulama.
مَنْ
صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang
berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka
dosanya di masa lalu pasti diampuni.”Pengampunan dosa di sini bisa
diperoleh jika seseorang menjaga diri dari batasan-batasan Allah dan hal-hal
yang semestinya dijaga.
Begitu pula pada
amalan shalat tarawih, di dalamnya juga terdapat pengampunan dosa. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Barangsiapa yang
menghidupkan malam lailatul qadar dengan amalan shalat, juga akan mendapatkan
pengampunan dosa sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari
Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
بني الإسلام على خمس:
شهادة أن لا إله إلا الله، وأن محمداً رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج بيت الله الحرام من استطاع إليه سبيلاً
“Islam di bangun di atas lima (rukun) : Persaksian bahwa tidak ada yang
diibadahi dengan benar selain Allah, dan bahwasanya Muhammad utusan Allah,
Menegakan sholat, menunaikan zakat, Puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke
baitullah al-haram bagi yang memiliki kemampuan untuk sampai ke sana.” (HR.
Bukhori No. 8 dan Muslim No. 16)
عَنِ ابْنِ حَجَرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ الله صَلىَّ الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
أْلإِيْمَانُ مَعْرِفَةٌ بِاْلقَلْبِ وَقَوْلٌ بِالِّلسَانِ وَعَمَلٌ بِاْلأَرْكَانِ (رواه ابن ماجه والطبراني)
Artinya: “Dari Ibnu Hajar Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: Rasulullah SAW
telah bersabda: Iman adalah Pengetahuan hati, pengucapan lisan dan pengamalan
dengan anggota badan” (H.R. Ibnu Majah dan At-Tabrani).
كُلُّ
عَمَلِ
ابْنِ
آدَمَ
يُضَاعَفُ
الْحَسَنَةُ
عَشْرُ
أَمْثَالِهَا
إِلَى
سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ،
قَالَ
اللهُ
عَزَّ
وَجَلَّ
: إِلاَّ
الصَّوْمَ،
فَإِنَّهُ
لِى
وَأَنَا
أَجْزِى
بِهِ،
يَدَعُ
شَهْوَتَهُ
وَطَعَامَهُ
مِنْ
أَجْلِي
“Seluruh amal manusia
dilipatgandakan satu kebaikan dibalas dengan sepuluh hingga tujuh ratus kali
lipat. Allah U berkata : “Kecuali amalan Shaum. Sesungguhnya dia hanya
untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. Dia meninggalkan syahwat dan
makannya ikhlash karena Aku.” [Muslim]
(( وَمَنْ
صَامَ
رَمَضَانَ
إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ
لَهُ
مَا
تَقَدَّمَ
مِنْ
ذَنْبِهِ
))
“Barangsiapa berpuasa
Ramadhan karena dorongan iman dan mengharap (pahala) maka pasti Allah ampuni
dosa-dosanya yang telah lalu . [Muttafaqun ‘alaihi]
﴿
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ [آل عمران: 102] .
“Wahai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Alloh sebenar-benarnya takwa, dan
janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan memeluk agama
Islam.”(Ali Imran:102)
اِتَّقُوْا اللَّهَ وَصَلُّوْا خَمْسَكُمْ، وَصُوْمُوْا شَهْرَكُمْ، وَأَدَّوْا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَأَطِيْعُوا أُمَرَاءَكُمْ، تَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
”Bertaqwalah
kalian kepada Allah, shalatlah yang lima waktu, puasalah di bulan kalian,
tunaikan zakat harta kalian, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian akan
memasuki surga Tuhan kalian.” (Tirmidzi di Kitab Shalat, hadits hasan
shahih).
Makna Taqwa ?
Ahli tafsir di
kalangan para sahabat, yakni Ibnu Abbas t
mengartikannya sebagai berikut:
أن
يطاع
فلا
يعصى
وأن
يشكر
فلا
يكفر
وأن
يذكر
فلا
ينسى
ويقال
أطيعوا
الله
كما
ينبغي
“Mematuhi
Allah sehingga tidak bermaksiat, bersyukur kepada Allah sehingga tidak kufur
nikmat dan mengingat Allah sehingga tidak melupakan-Nya. Sebagian juga
mengartikannya sebagai mentaati Allah sebagaimana mestinya.”
اِتَّقُوْا اللَّهَ وَصَلُّوْا خَمْسَكُمْ، وَصُوْمُوْا شَهْرَكُمْ، وَأَدَّوْا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ، وَأَطِيْعُوا أُمَرَاءَكُمْ، تَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
”Bertaqwalah
kalian kepada Allah, shalatlah yang lima waktu, puasalah di bulan kalian,
tunaikan zakat harta kalian, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian akan
memasuki surga Tuhan kalian.” (Tirmidzi di Kitab Shalat, hadits hasan
shahih).
(( الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ
وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لِمَا
بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ )) رواه مسلم.
6.“Shalat lima waktu, shalat Jum’at ke shalat
jum’at lainnya dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang
dilakukan di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan.” (HR.
Muslim).
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَالتَّقُوْا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ (١٠)
“Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.” (QS al-Hujurat [49]: 10)
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-Ku bertanya kepada-Mu (wahai Muhammad) tentang Aku, maka (sampaikanlah) sesungguhnya Aku dekat, Aku menjawab permohonan doa yang dipanjatkan kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu mendapatkan petunjuk” [al-Baqarah/2:186]
“Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu berbuka.” (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud)
يَقُولُ اللَّه عَزَّوَجَلَّ : يَقُولُ أَنَّا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِيْ وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِيْ
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Aku (akan) sebagaimana hamba-Ku menyangka tentang-Ku, dan Aku akan bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku”[23]
QS. 'Ali `Imran [3] :
133
۞ وَسَارِعُوٓا۟
إِلَىٰ
مَغْفِرَةٍ
مِّن
رَّبِّكُمْ
وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا
ٱلسَّمَٰوَٰتُ
وَٱلْأَرْضُ
أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
QS. At-Taghabun [64]
: 16
فَٱتَّقُوا۟
ٱللَّهَ
مَا
ٱسْتَطَعْتُمْ
وَٱسْمَعُوا۟
وَأَطِيعُوا۟
وَأَنفِقُوا۟
خَيْرًا
لِّأَنفُسِكُمْ
ۗ
وَمَن
يُوقَ
شُحَّ
نَفْسِهِۦ
فَأُو۟لَٰٓئِكَ
هُمُ
ٱلْمُفْلِحُونَ
Maka bertakwalah kamu
kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah
nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-An’am : 153)
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang
berakal. (Al-Baqarah : 197)
قَالَ
اللَّهُ
: كُلُّ
عَمَلِ
ابْنِ
آدَمَ
لَهُ
إِلاَّ
الصِّيَامَ
،
فَإِنَّهُ
لِى
،
وَأَنَا
أَجْزِى
بِهِ
. وَالصِّيَامُ
جُنَّةٌ
،
وَإِذَا
كَانَ
يَوْمُ
صَوْمِ
أَحَدِكُمْ
،
فَلاَ
يَرْفُثْ
وَلاَ
يَصْخَبْ
،
فَإِنْ
سَابَّهُ
أَحَدٌ
،
أَوْ
قَاتَلَهُ
فَلْيَقُلْ
إِنِّى
امْرُؤٌ
صَائِمٌ
. وَالَّذِى
نَفْسُ
مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ
لَخُلُوفُ
فَمِ
الصَّائِمِ
أَطْيَبُ
عِنْدَ
اللَّهِ
مِنْ
رِيحِ
الْمِسْكِ
،
لِلصَّائِمِ
فَرْحَتَانِ
يَفْرَحُهُمَا
إِذَا
أَفْطَرَ
فَرِحَ
،
وَإِذَا
لَقِىَ
رَبَّهُ
فَرِحَ
بِصَوْمِهِ
“Allah
berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah
untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah
seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula
berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka
katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi
Allah pada hari kiamat daripada bau misk/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa
ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan bukanya dan ketika
bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR. Bukhari dan Muslim)
الصِّيَامُ
وَالْقُرْآنُ
يَشْفَعَانِ
لِلْعَبْدِ
يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
يَقُولُ
الصِّيَامُ
أَىْ
رَبِّ
مَنَعْتُهُ
الطَّعَامَ
وَالشَّهَوَاتِ
بِالنَّهَارِ
فَشَفِّعْنِى
فِيهِ. وَيَقُولُ
الْقُرْآنُ
مَنَعْتُهُ
النَّوْمَ
بِاللَّيْلِ
فَشَفِّعْنِى
فِيهِ. قَالَ فَيُشَفَّعَانِ
“Puasa dan
Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat
nanti. Puasa akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan
nafsu syahwat, karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’.
Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari,
karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau
bersabda, ‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim,
Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul
Zawaid)
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ.
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-i’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, (amalan ini terus dilakukannya-pent) hingga Allah mewafatkannya. Kemudian istri-istri beliau meneruskan amal ber-i’tikaf sepeninggalnya.” [HR Bukhari]
فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً.
“Apabila datang bulan Ramadhan, maka laksanakanlah ‘umrah kamu, sesungguhnya ‘umrah pada bulan Ramadhan nilainya setara dengan Haji.”
Hukum Wanita Tarawih ?
Shalat Taraweh
hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan). Dan yang lebih
utama bagi para wanita dalam qiyamul lail adalah melakukannya di rumah.
Berdasarkan sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam:
لا
تَمْنَعُوا
نِسَاءَكُمْ
الْمَسَاجِدَ
وَبُيُوتُهُنَّ
خَيْرٌ
لَهُنَّ. (رواه أبو
داود
في
سننه
باب
ما
جاء
في
خروج
النساء
إلى
المسجد
: باب
التشديد
في
ذلك
. وهو
في
صحيح
الجامع
7458)
“Jangan kalian
melarang isteri-isteri kalian ke masjid. Akan tetapi rumah-rumah mereka lebih
baik bagi mereka.” (HR. Abu Daud, dalam sunannya, tercantum dalam kitab Shahih
Al-Jami, 7458)
Jumlah
Rakaat dalam Shalat Tarawih ?
Pendapat
Pertama:
Kemudian untuk jumlah
rakaat dalam shalat tarawih adalah 11 rakaat berdasarkan:
1. Hadits yang
diriwayatkan dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, beliau bertanya pada ‘Aisyah
tentang sifat shalat Rasulullah n pada bulan Ramadhan, beliau menjawab:
مَا
كَانَ
يَزِيْدُ
فِيْ
رَمَضَانَ
وَلاَ
فِيْ
غَيْرِهِ
عَلَى
إِحْدَى
عَشْرَةَ
رَكْعَةً
…
“Tidaklah
(Rasulullah) melebihkan (jumlah rakaat) pada bulan Ramadhan dan tidak pula pada
selain bulan Ramadhan dari 11 rakaat.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari)
Pendapat Kedua:
Jumlah rakaatnya 20
dan 3 witir (2 rakaat salam lalu 1 rakaat salam)
1. Dari Yazid bin
Ruman beliau berkata:
كَانَ
النَّاسُ
يَقُوْمُوْنَ
فِيْ
زَمَانِ
عُمَرَ
بْنِ
الْخَطَّابِ
فِيْ
رَمَضَانَ
بِثَلاَثٍ
وَعِشْرِيْنَ
رَكْعَةً
“Manusia menegakkan
(shalat tarawih) di bulan Ramadhan pada masa ‘Umar bin Al-Khaththab 23 rakaat.”
(HR. Al-Imam Malik, lihat Al-Muwaththa Ma’a Syarh Az-Zarqaani, 1/362 no. 250)
Kok ayat Al-Qurannya banyak terbalik apa karena font?
BalasHapus