MENGHIDUPKAN NISFU SYA’BAN ?
فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Aku tidak pernah sama sekali melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh
selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang
lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no.
1969 dan Muslim no. 1156)
“Sesungguhnya
Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan
mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR
Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Muqaddimah
Nisfu Sya’ban adalah hari peringatan Islam yang jatuh pada pertengahan
bulan Sya’ban. Dalam kalangan Islam, Nisfu Sya’ban diperingati menjelang bulan
Ramadhan. Pada malam ini biasanya diisi dengan pembacaan Surat Yaasiin tiga
kali berjamaah dengan niat semoga diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak
dan barokah, serta ditetapkan imannya.
Peringatan Nisfu Sya’ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya’ban diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.
Peringatan Nisfu Sya’ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja. Al-Azhar sebagai yayasan pendidikan tertua di Mesir bahkan di seluruh dunia selalu memperingati malam yang sangat mulia ini. Hal ini karena diyakini pada malam tersebut Allah akan memberikan keputusan tentang nasib seseorang selama setahun ke depan. Keutamaan malam nisfu Sya’ban diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.
Imam Ghazali
mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat
(pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT
memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14,
seluruh syafaat itu diberikan secara penuh.
Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.
Amalan Sya’ban ?
Salamah bin
Kahil berkata,
كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ
القُرَّاء
“Dahulu
bulan Sya’ban disebut pula dengan bulan
membaca Al Qur’an.”
وَكَانَ عَمْرٌو بْنِ قَيْسٍ إِذَا
دَخَلَ شَهْرُ شَعْبَانَ أَغْلَقَ حَانَوَتَهُ وَتَفْرُغُ لِقِرَاءَةِ القُرْآنِ
‘Amr bin
Qois ketika memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya dan lebih
menyibukkan diri dengan Al Qur’an.
Abu Bakr Al
Balkhi berkata,
شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ،
وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ
الزَّرْعِ
“Bulan Rajab
saatnya menanam. Bulan Sya’ban
saatnya menyiram tanaman dan bulan
Ramadhan saatnya menuai hasil.”
(Lihat Fatwa
Al-Islam Sual wa Jawab no. 92748)
Keutamaan Nisfu Sya’ban ?
1.Diriwayatkan
dari Siti A’isyah ra berkata, :”“Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau
bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena
curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah
Rasulullah usai salat beliau berkata: “Hai A’isyah engkau tidak dapat bagian?”.
Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak
(menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu
beliau bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang
lebih tahu”, jawabku. “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi
hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi
kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang
yang dengki” (H.R. Baihaqi) .
2.Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
3.Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)
4.Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
2.Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
3.Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)
4.Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika malam nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Keistimewaan Sya’ban ?
Memang benar
bahwa secara umum bulan Sya’ban punya kekhususan tersendiri. Keterangan itu
kita dapat dari hadits-hadits yang shahih, yang merupakan keterangan valid dari
Rasulullah SAW.
1. Amal Hamba Diangkat ke Langit
Dalam banyak
riwayat disebutkan bahwa Sya'ban merupakan bulan di mana amal shalih setiap
hamba akan diangkat ke langit.
Salah satu
dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW berkut ini:
Dari Usamah
bin Zaid berkata, saya bertanya, “Wahai Rasulullah saw, saya tidak melihat
engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban.” Rasul saw
bersabda, "Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan
Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya
suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa.” (HR Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu
Huzaimah)
2. Starting
Point Persiapan
Ramadhan
Di samping
itu bulan sya’ban yang letaknya persis sebelum Ramadhan seolah menjadi starting point untuk menyambut
kedatangan bulan Ramadhan. Sehingga isyaratnya adalah kita perlu menyiapkan
bekal ibadah untuk menyambut bulan Ramadhan.
Dalam hal
mempersiapkan hati atau sisi ruhiyah, Rasulullah saw. mencontohkan kepada
umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang
diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:
Saya tidak
melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan
saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada
bulan Sya’ban. (HR
Muslim).
Hukum Menghidupkan Nisfu Sya’ban ?
Kemudian al
Qasthalani mengatakan bahwa para ulama Syam telah berselisih tentang
menghidupkan malam itu kedalam dua pendapat. Pertama : Dianjurkan untuk
menghidupkan malam itu dengan berjama’ah di masjid. Khalid bin Ma’dan, Luqman
bin ‘Amir dan yang lainnya mengenakan pakaian terbaiknya, menggunakan wangi-wangian
dan menghidupkan malamnya di masjid. Hal ini disetujui oleh Ishaq bin Rohawaih.
Dia mengatakan bahwa menghidupkan malam itu di masjid dengan cara berjama’ah
tidaklah bid’ah, dinukil dari Harab al Karmaniy didalam kitab Masa’ilnya. Kedua
: Dimakruhkan berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat, berdoa akan tetapi
tidak dimakruhkan apabila seseorang melaksanakan shalat sendirian, ini adalah
pendapat al Auza’i seorang imam dan orang faqih dari Ahli Syam.
Tidak
diketahui pendapat Imam Ahmad tentang malam nisfu sya’ban ini, terdapat dua
riwayat darinya tentang anjuran melakukan shalat pada malam itu. Dua riwayat
itu adalah tentang melakukan shalat di dua malam hari raya. Satu riwayat tidak
menganjurkan untuk melakukannya dengan berjama’ah. Hal itu dikarenakan tidaklah
berasal dari Nabi saw maupun para sahabatnya. Dan satu riwayat yang
menganjurkannya berdasarkan perbuatan Abdurrahman bin Zaid al Aswad dan dia
dari kalangan tabi’in.
Demikian
pula didalam melakukan shalat dimalam nisfu sya’ban tidaklah sedikit pun
berasal dari Nabi saw maupun para sahabatnya. Perbuatan ini berasal dari
sekelompok tabi’in khususnya para fuqaha Ahli Syam. (Fatawa al Azhar juz X hal
31)
Didalam
kitab “al Mausu’ah al Fiqhiyah” juz II hal 254 disebutkan bahwa jumhur ulama
memakruhkan berkumpul untuk menghidupkan malam nisfu sya’ban, ini adalah
pendapat para ulama Hanafi dan Maliki. Dan mereka menegaskan bahwa berkumpul
untuk itu adalah sautu perbuatan bid’ah menurut para imam yang melarangnya,
yaitu ‘Atho bin Abi Robah dan Ibnu Malikah.
Ibnu Rajab rahimahullah
mengatakan, “Mengenai shalat malam di malam Nisfu Sya’ban, maka tidak ada satu
pun dalil dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan juga para sahabatnya. Namun terdapat riwayat dari sekelompok
tabi’in (para ulama negeri Syam) yang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan
shalat.”
Agungnya Nisfu Sya’ban ?
Syaikh‘Abdul Qadir al-Jailaniy berkata, “Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul Qodr.” (Kalaam Habiib ‘Alwiy bin Syahaab)
Berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, “Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)
Ibnu Taimiyah, (syeikh rujukannya wahabi & salafy) mengkhususkan amalan sholat pada nishfu Sya’ban dan memujinya: Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa pada jilid 24 halaman 131 mengenai amalan Nishfu Sya’ban sebagai berikut:
Artinya: “Apabila seorang itu menunaikan sholat pada malam Nishfu Sya’ban secara individu atau berjamaah secara khusus sebagaimana yang dilakukan oleh sebilangan masyarakat Islam maka hal itu adalah Baik”.
Syaikh‘Abdul Qadir al-Jailaniy berkata, “Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul Qodr.” (Kalaam Habiib ‘Alwiy bin Syahaab)
Berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, “Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallaaha wa malaaikatahuu yushalluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)
Ibnu Taimiyah, (syeikh rujukannya wahabi & salafy) mengkhususkan amalan sholat pada nishfu Sya’ban dan memujinya: Berkata Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa pada jilid 24 halaman 131 mengenai amalan Nishfu Sya’ban sebagai berikut:
Artinya: “Apabila seorang itu menunaikan sholat pada malam Nishfu Sya’ban secara individu atau berjamaah secara khusus sebagaimana yang dilakukan oleh sebilangan masyarakat Islam maka hal itu adalah Baik”.
Sumber:1.http://andysyahalam.blogspot.com
2http://www.eramuslim.com
3.http://www.rumahfiqih.com
JAKARTA 1/6/2015
artikelnya keren banget gan :)
BalasHapushttp://obatgondok.toko-gumilar.com/