Sabar ?
Allah SWT berfirman:
Artinya:Maka Bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu,
dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar
mereka.(QS.Al-Insan:24)
Ali bin Abi Thalib mengatakan:”Sabar
adalah kunci kesenangan,benteng dari kefakiran, menimbulkan keberanian;
kesudahan sabar adalah positif dan menyenangkan; sabar termasuk salah satu
sebab kemenangan.”[1]
Ibnu Kasir menjelaskan firman di
atas bahwa Allah swt menguatkan kepada Rasul-Nya dengan menurunkan kepada
beliau al-Qur’an yang agung dengan beberapa tahapan agar bersabar atas hukum
Tuhannya, yakni Aku muliakan kamu dengan apa yang Aku turunkan kepadamu maka
sabarlah kamu atas qadha’ dan takdir-Nya dan ketahuilah Dia akan menjagamu
dengan sebaik-baik penjagaan.[2]
1. Sabar Atas Cobaan Dunia
Salah satu dari bentuk sabar adalah
sabar atas cobaan dunia dan bencana zaman, seperti harta dan jabatan, keturunan
dan ilmu, bencana alam dan lain sebaigainya. Menyangkut hal ini ini, tak seorang
pun yang luput darinya. Baik muslim ataupun kafir, yang miskin atau pun yang
kaya, penguasa atau pun rakyat biasa. Sebab hal ini merupakan tabiat kehidupan
dan manusia. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari keresahan batin, penyakit
fisik, kehilangan orang-orang yang dicintai, kerugian harta benda, ganggungan
orang, kesengsaraan kehidupan dan tantangan zaman.
Imam al-Ghazali berkata:”Ketahuilah
bahwa sabar itu ada dua; salah satunya bersifat badani (fisik). Seperti
menanggung beban dengan badan (fisik) dan teguh terhadapnya; mungkin berupa
perbuatan seperti melaksanakan perbuatan-perbuatan yang berat; atau berupa
ibadat dan lain sebagainya; atau bersabar atas pukulan yang berat, sakit yang
kronis dan luka-luka yang menyakitkan.”[3]
Selanjutnya al-Ghazali berkata:”Yang
demikian itu akan menjadi terpuji jika sesuai dengan syari’at. Tetapi yang
lebih terpuji dan lebih sempurna adalah bentuk sabar ke dua: al-Shabru al-Nafsi
(kesabaran moral) dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntuan hawa nafsu.”[4]
Sabar yang bersifat fisik seperti
perintah beribadah atau tertimpa sakit merupakan cobaan bagi orang-orang yang
beriman, sehingga akan terlihat kuwalitas kesungguhan dan kebenaran imannya
atau kedustaan mereka. Dan lebih berat lagi sabar dalam menghadapi dorongan
nafsu seperti hubbud dunya, ujub, thoma’, bakhil, riya’, dan yang lainnya.
Allah SWT berfirman:
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ÌÏe±o0ur úïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ tûïÏ%©!$# !#sÎ) Nßg÷Fu;»|¹r& ×pt7ÅÁB (#þqä9$s% $¯RÎ) ¬! !$¯RÎ)ur Ïmøs9Î) tbqãèÅ_ºu ÇÊÎÏÈ
Artinya: Dan sungguh akan kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun.(QS. Al-Baqarah: 155-156)
Bentuk sabar inilah yang tidak
terpikirkan oleh kebanyakan orang. Dalam al-Qur’an, shabar ini dicontohkan oleh
sabarnya Nabi Ayyub atas penyakit dan kematian keluarganya; shabarnya Nabi Ya’qub
atas kepergian anaknya, Yusuf dan tipu daya anak-anaknya terhadapnya.
Setelah menyebutkan berbagai bencana
dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, ayat ini
memperkenalkan kelompok orang yang sabar ini, berikut kompetensinya, berhak
menerima kabar gembira. Jelaslah setiap orang biasa tidak tepat dianugerahi
keutamaan dan derajat ini. Karena itu, pahala tersebut, yaitu kabar gembira,
dikhususkan pada orang-orang yang kesabarannya bersumber dari sebuah fondasi
yang kuat. Kabar-kabar yang menggembirakan yang khusus ini dipenuhi karunia dan
rahmat yang khusus dari sisi Allah. Orang yang seperti ini adalah orang-orang
yang hatinya condong kepada Tuhannya dan ketika berhadapan dengan bencana
mereka berkata, Sesungguhnya kami milik
Allah, dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali.[5]
Allah SWT berfirman:
z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ãAqà)t $¨YtB#uä «!$$Î/ !#sÎ*sù yÏré& Îû «!$# @yèy_ spuZ÷FÏù Ĩ$¨Y9$# É>#xyèx. «!$# ûÈõs9ur uä!%y` ×óÇtR `ÏiB Îi/¢ £`ä9qà)us9 $¯RÎ) $¨Zà2 öNä3yètB 4 }§øs9urr& ª!$# zNn=÷ær'Î/ $yJÎ/ Îû Írßß¹ tûüÏJn=»yèø9$# ÇÊÉÈ £`yJn=÷èus9ur ª!$# úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä £`yJn=÷èus9ur úüÉ)Ïÿ»oYßJø9$# ÇÊÊÈ
Artinya: Dan di antara manusia
ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", Maka apabila ia
disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu
sebagai azab Allah dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka
pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah besertamu". bukankah
Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?. Dan Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui
orang-orang yang beriman: dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang
munafik.(QS. Al-Ankabut:10-11)
2. Sabar Dalam Taat Kepada Allah
swt
Di antara manusia ada yang masuk ke
dalam himpunan kaum mukminin, berpenampilan sebagaimana penampilan mereka dan
berbicara dengan bahasa mereka, tetapi apabila ditimpa mushibah dan cobaan
berat dalam menjalankan agamanya
berantakan kekuatannya. Terlepas ikatan-ikatannya dan berlepas diri dari
keimanan yang sebelumnya didakwahkannya. Sebagaimana firman diatas.
Dengan cobaan fisik ataupun mental,
orang-orang akan diketahui kwalitas keimanannya dan kesabarannya. Dan Allah swt
Maha Mengetahui mana orang-orang yang benar-benar imannya dan mana orang-orang yang
munafik.
Bagi orang-orang yang benar-benar
beriman kepada Allah swt dapat dipastikan mereka sadar bahwa semua cobaan yang
ditakdirkan-Nya mengandung hikmah dan pembelajaran sesuai dengan keadilan-Nya
harus disyukuri bila menyenangkan dan disabari jika tidak menyenangkan. Syukur
dan sabar adalah sifat yang dimiliki oleh orang-orang yang mengatakan dirinya
sebagai hamba Allah yang beriman kepada-Nya dan selalu berlindung dari
kejahatan makhluk dan berdo’a penuh harap kepada-Nya.
Allah SWT berfirman:
>§ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ çnôç7ôã$$sù ÷É9sÜô¹$#ur ¾ÏmÏ?y»t6ÏèÏ9 4 ö@yd ÞOn=÷ès? ¼çms9 $wÏJy ÇÏÎÈ
Artinya: Tuhan (yang menguasai)
langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan
berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang
yang sama dengan dia (yang patut disembah)?(QS. Maryam: 65)
Di dalam ayat ini, al-Qur’an memakai
bentuk kata,’ishthabir’ sebagai bentuk kata yang biasa ishbir, karena bentuk
kata ini menunjukkan arti”sangat” dalam melakukan sesuatu perbuatan. Ini tidak
lain karena jalan dalam menthaati Allah itu penuh dengan berbagai rintangan,
dari dalam ddiri ataupun dari luar.
Selain itu, terdapat makna spiritual
yang amat dalam sehingga menjadikan taat kepada Allah dan beribadah kepada-Nya
itu sangat susah dan berat bagi jiwa manusia.[6]
Allah SWT berfirman:
pÍhè ô`tB $oYù=yJym yìtB ?yqçR 4 ¼çm¯RÎ) c%x. #Yö6tã #Yqä3x© ÇÌÈ
Artinya: (yaitu) anak cucu dari orang-orang yang kami bawa bersama-sama
Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.(QS.Al-Isra’:3)
Nabi Nuh as adalah utusan Allah yang
tak pernah bosan menyeru kepada kaumnya untuk hanya beribadah kepada Allah
swt., tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, meskipun sedikit sekali yang mau beriman
kepada Allah swt. Dia dan orang-orang bersamanya tetap taat kepada Allah swt.
dan mensyukuri apa yang dianugerahkan kepadanya, bersyukur atas keselamatan
dari banjir yang besar.
Jika manusia telah berlebihan dalam
kedurhakaannya kepada Allah, maka bukan tidak mungkin azab didatangkan di dunia
ini juga. Bantuan Allah swt tetap kepada orang-orang yang beriman dan pandai
bersyukur. Nabi Nuh as adalah hamba Allah swt yang banyak bersyukur sebagaimana
firman di atas.
Allah SWT berfirman:
tA$s% #ÓyqßJ»t ÎoTÎ) y7çGøxÿsÜô¹$# n?tã Ĩ$¨Z9$# ÓÉL»n=»yÍÎ/ ÏJ»n=s3Î/ur õäÜsù !$tB y7çG÷s?#uä `ä.ur ÆÏiB tûïÌÅ3»¤±9$# ÇÊÍÍÈ
Artinya: Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya Aku memilih
(melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku
dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur."(QS.Al-A’raf:144)
Nabi Musa as adalah utusan Allah swt
dan memberikan kelebihan di antara manusia pada zamannya, diberi risalah ajaran
Tuhan dan dia diberi kemampuan berbicara dengan Tuhannya. Dengan kitab Taurat,
Nabi Musa as diperintahkan menghadap dan menaklukkan Fir’aun. Tetapi, karena
Fir’aun ingkar, Allah swt menenggelamkannya beserta para pengikutnya di laut
Merah. Allah swt tetap menyelamatkan Nabi Musa as dan orang-orang yang beriman
kepada-Nya.
ôs)s9ur $uZù=yör& 4yqãB !$oYÏF»t$t«Î/ ïcr& ólÌ÷zr& y7tBöqs% ÆÏB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# NèdöÅe2sur ÄN9r'Î/ «!$# 4 cÎ) Îû Ï9ºs ;M»tUy Èe@ä3Ïj9 9$¬7|¹ 9qä3x© ÇÎÈ
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Musa dengan membawa
ayat-ayat kami, (dan kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu
dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada
hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak
bersyukur.(QS.Ibrahim:5)
Di dalam menjalankan tugas
kerasulannya, Nabi Musa as memohon kepada Allah swt agar mengangkat Nabi Harun
as sebagai pembantu yang selalu mendampinginya dan do’anya dikabulkan oleh
Allah swt. Keberhasilan Nabi Musa as dalam mengajak kaumnya adalah kesabaran
dan syukurnya kepada Allah swt.
Meskipun demikian, karena
kedurhakaan sebagian kaumnya kepada Allah swt.,ummatnya diazab dengan
bermacam-macam cobaan, diantaranya disambar halilintar sebagaimana firman-Nya:”Dan (ingatlah) ketika kamu berkata:”Hai
Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan
terang,” karena itu kamu disambar halilintar sedangkan kamu menyaksikannya.
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.”
(QS.Al-Baqarah:55-56)
Allah SWT berfirman:
(#qãZÏètFó$#ur Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouÎ7s3s9 wÎ) n?tã tûüÏèϱ»sø:$# ÇÍÎÈ
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’. (QS.Al-Baqarah: 45)
Sebelum ayat ini, Allah swt
mengkhabarkan tentang orang-orang Yahudi dengan penuh sindiran, mengapa mereka
menyeru manusia untuk berbuat kebajikan sedangkan mereka sendiri tidak
melakukannya, padahal mereka membaca kitabnya.Menyeru kebaikan dan keimanan
kepada Nabi Muhammad saw. Tetapi mereka tidak iman kepada kenabian Muhammad
saw.
Kemudian ayat selanjutnya, meyeru
kepada kita untuk memohon, perlindungan dan pertolongan hanya kepada Allah swt
dengan kesabaran dan shalat sebagai
sarana untuk memperoleh keridhaan-Nya dalam menghadapi berbagai cobaan dan
ujian kehidupan dan jiwa manusia.
Muhammad Asy-Syaukani mengatakan:”Mohonlah
kepada Allah swt dengan mengendalikan dirimu dari syahwat-syahwat dan doronglah
baginya untuk ketaatan dengan menolak hal-hal yang makruh(dibenci agama),
dikatakan juga maksudnya khusus sabar dalam melaksanakan shalat.”[7]
Allah SWT berfirman:
ö@è% uqèd üÏ%©!$# ö/ä.r't±Sr& @yèy_ur â/ä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur ( WxÎ=s% $¨B tbrãä3ô±n@ ÇËÌÈ
Artinya: Katakanlah:
"Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati". (tetapi) amat sedikit kamu
bersyukur.(QS.Al-Mulk:23)
Dengan pendengaran, penglihatan dan
hati, semestinya manusia beriman dan bersyukur atas nikmat-nikmat tersebut.
Namun sudah menjadi ketetapan Tuhan dan kehendak-Nya, manusia ada yang
bersyukur dan ada pula yang kufur. Untuk itu, beruntunglah orang-orang yang
memilih jalan yang lurus dengan iman dan syukur kepada Tuhan.
Nabi Muhammad saw adalah utusan
Allah yang terakhir dan menjadi suri tauladan ummatnya dalam ibadah, kesabaran,
syukur, beramal sholeh, jihadnya dan prilaku terpuji lainnya. Dan salah satu
contoh rasa syukurnya kepada Allah swt adalah sebagaimana hadis Nabi saw yang
artinya:” Adalah Rasulullah saw berdiri
(sholat tahujjud) di malam hari sampai bengkak kedua kakinya, lalu aku berkata
kepadanya:”Mengapa engkau lakukan ini wahai Rasulullah saw, bukankah Allah swt
telah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang? Rasulullah saw menjawab:”
Apatah aku tidah boleh menjadi orang yang banyakt bersyukur (kepada-Nya) ?”
(HR. Muttafaqun alaih )
Dengan demikian, kesabaran hamba
Allah swt atas perintah dan larangan-Nya seta shalat yang khusyu’, syarat rukun
dipenuhi dan pesan bacaannya diamalkan dalam kehidupan keseharian merupakan
sarana untuk mendapatkan rahmat dan ridha-Nya.
Bersambung...
(1)
[1] Fadhlullah al-Ha’iri, Kata-Kta Mutiara ‘Ali bin Muthalib, hal.113.
[2] Ibnu Kasir, Tafsir Al-Qur’an
Al-Azhim,jilid 4. hal. 551
[3] Yusuf Qardhawi, Shabar, Suatu
Prinsip Gerakan Islam, Tafsir Tematik Al-Qur’an,(Jakarta: Rabbani Press,
1992), hal. 4
[4] Ibid. hal.4
[5] Kamal Faqih Imani, Tafsir
Nurul Qur’an,.jilid 2. hal. 15-16
[6] Yusur Qardhawi, Sababr, Suatu Prinsip Gerakan Islam, Tafsir
TematikAl-Qur’an,.hal. 72-73
[7] Muhammad Asy-Syaukani, Fath
al-Qadir, hal. 64
Tidak ada komentar:
Posting Komentar