MANUSIA Lemah ?
Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An-Nisa’: 28)
Artinya: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An-Nisa’: 28)
Allah swt menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk baik
jasmani maupun ruhani sehingga ia dberikan kelebihan dibanding dengan makhluk
lainnya. Dengan kelebihan itulah manusia diwajibkan hanya beribadah kepada-Nya
dan tidak menyekutukan dengan sesuatu serta sebagi khalifah di muka bumi ini.
Meskipun demikian, manusia juga banyak kelemahan dan kekhilafan akibat perbuatannya
sendiri dan mengabaikan hidayah Allah swt, melalui firman-firman-Nya dan
kekuasaan-Nya serta petunjuk Rasulullah saw dalam menjalani hidup ini.
Allah SWT berfirman:
ßÌã
ª!$#
br&
y#Ïeÿsä
öNä3Ytã
4
t,Î=äzur
ß`»|¡RM}$#
$ZÿÏè|Ê
ÇËÑÈ
Artinya:
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia dijadikan bersifat
lemah. (Q.S. An-Nisa’: 28)
Ibnu Thawus
mengatakan tentang ayat ini:”manusia dijadikan bersifat lemah dalam perkara
wanita.”[1]
Maksud bersifat lemah dalam ayat ini adalah manusia lemah
menghadapi keinginannya sendiri ingin kaya dengan cara jalan pintas, tanpa
mengindahkan norma-norma agama, mengabaikan halal-haram. Muhammad Ali Ashabuni
menafsirkan bersifat lemah yang dimaksud: “manusia lemah mengendalikan hawa nafsu,
tidak sabar menahan syahwat-syahwatnya lalu Allah swt memperingati jangan
sampai memakan barang dengan cara yang batil.”[2]
Firman ini menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam kadaan
lemah, boleh jadi lemah menghadapi keserkahannya, kesombongannya, kezhalimannya
atau syahwatnya. Tidak mudah mengendalikan hawa nafsunya seperti sifat mau
menang sendiri, paling benar yang lain salah dan lain sebagainya.
Sangat berbahaya jika manusia menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhan, suka dan sering melakukan perbuatan yang tercela seperti berbohong,
tidak jujur, khianat , gampang marah, mudah iri hati, dendam dan masih banyak
perbuatan-perbuatan yang terlarang. Kesombongan juga akibat dari menuruti hawa
nafsunya, jangan seperti iblis yang disuruh sujud dalam menghormat ta’zhim
kepada nabi Adam as lantas ia enggan akan perintah Allah swt sehingga ia
dikutuk sampai hari kiamat.
Allah SWT berfirman:
|M÷uätsùr&
Ç`tB
xsªB$#
¼çmyg»s9Î)
çm1uqyd
ã&©#|Êr&ur
ª!$#
4n?tã
5Où=Ïæ
tLsêyzur
4n?tã
¾ÏmÏèøÿx
¾ÏmÎ7ù=s%ur
@yèy_ur
4n?tã
¾ÍnÎ|Çt/
Zouq»t±Ïî
`yJsù
ÏmÏöku
.`ÏB
Ï÷èt/
«!$#
4
xsùr&
tbrã©.xs?
ÇËÌÈ
Artinya:
Maka pernahkah kamu orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan
Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah mengunci mati
pendengarannya dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka
siapakah yang memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat) . Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S. Al-Jatsiyah: 23)
Maksud hawa nafsunya sebagai Tuhan adalah orang-orang yang
berpaling dari Tuhan dan mengikuti keinginan hawa nafsunya umpama masih
melakukan hal-hal yang makruh dalam agama seperti kecanduan merokok. Dalam
kitab al-Bahr al-Muhid diktakan: “ Manusia yang mengikuti seruan hawa nafsu, maka ia
seakan-akan menyembahnya sebagaimana seseorang beribadah kepada Tuhannya.”[3]
Ayat tersebut diatas jelas ada sebagian manusia yang dibiarkan
Allah swt kesesatannya meskipun mereka punya pendengaran, hati dan mata karena
akibat menuruti hawa nafsunya yang liar dan bahkan hawa nafsunya dijadikan
sesembahan artinya siap diperintah untuk melakukan perbuatan tertentu meskipun
perbuatan itu tidak terpuji seperti berselingkuh, korupsi berbuat kezhaliman.
Hamba – hamba Allah swt yang beriman
kepada Allah swt dan hari pembalasan niscaya akan menjaga Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang sebagai Tuhannya dan siap menerima petunjuk-nya
dalam kehidupan yang fana ini.
Akibat hawa nafsunya yang tidak bagus maka sebagian manusia sering
melakukan perusakan alam, bisa dalam rumah tangga, tetangga bahkan di
tengah-tengah masyarakat seperti berjudi, minuman keras, mengkonsumsi narkoba,
melakukan korupsi baik secara pribadi maupun bersama-sama sehingga bisa
mengakibatkan kerusakan yang mencakup rusak lahir-batin.
Allah SWT berfirman:
tygsß
ß$|¡xÿø9$#
Îû
Îhy9ø9$#
Ìóst7ø9$#ur
$yJÎ/
ôMt6|¡x.
Ï÷r&
Ĩ$¨Z9$#
Nßgs)ÉãÏ9
uÙ÷èt/
Ï%©!$#
(#qè=ÏHxå
öNßg¯=yès9
tbqãèÅ_öt
ÇÍÊÈ
Artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan lautan disebabkan karena perbuatan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari( akibat) perbuatan mereka.
Agar mereka kembali (kejalan yang benar). ( Q.S. Ar-Rum: 41)
Ayat diatas
mengisyaratkan bahwa kerusakan yang terjadi dapat berdampak lebih buruk. Tetapi
rahmat Allah masih menyentuh manusia, karena Dia baru mencicipka, bukan
menimpakan kepada mereka. Di sisi lain, dampak tersebut baru akibat sebagian
dosa mereka. Dosa yang lain boleh jadi
diampuni Allah , dan boleh jadi juga ditangguhkansiksanya ke hari yang lain.[4]
Kerusakan di daratan ataupun di lautan karena sebab manusia yang
serakah dan selalu melanggar agama akan bisa menimpa dirinya dan orang lain.
Oleh karena itu harus diminta pertanggung jawaban oleh yang punya wewenang dan
di hari pembalasan nanti Allah swt yang mengadili apa yang pernah dilakukan.
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
(
xsù
(#qãèÎ7Fs?
#uqolù;$#
br&
(#qä9Ï÷ès?
4 ÇÊÌÎÈ
Artinya:
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran….(Q.S. An-Nisa’: 135)
Maka janganlah hawa nafsu dan kefanatikanmu menyebabkan kamu tidak
berbuat adil dalam memutuskan perkara, namun putuskan denga penuh keadilan
dalam kondisi apapun (terhadap keluarga).[5]
Akibat mengikuti hawa nafsu maka seseorang bisa semakin jauh dari
petunjuk dan kebenaran. Oleh karena itu, hamba Allah swt senantiasa akan
mendahulukan petunjuk ilahi dalam mengambil tindakan kesehariannya sesuai
perintah agama. Keinginannya tunduk pada kehendak dan kuasa Allah swt dalam
menyikapi kehidupan dunia.
Allah SWT berfirman:
wur
ÆìÎ7®Ks?
3uqygø9$#
y7¯=ÅÒãsù
`tã
È@Î6y
«!$#
4
¨bÎ)
tûïÏ%©!$#
tbq=ÅÒt
`tã
È@Î6y
«!$#
öNßgs9
Ò>#xtã
7Ïx©
$yJÎ/
(#qݡnS
tPöqt
É>$|¡Ïtø:$#
ÇËÏÈ
Artinya: dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, ketika mereka melupakan hari perhitungan. (Q.S. Shad: 26)
Berkata al-Suddi tentang firman diatas,”…akan mendapat azab yang
berat” akibat mereka mengabaikan wasiat diatas (berhukum dengan yang benar) justru
mengikuti hawa nafsu mereka, ketika melupakan hari perhitungan.[6]
Firman Allah swt diatas melarang manusia mengikuti hawa nafsu yang
sesat dari kebenaran seperti perbuatan zina, mengadu-domba, memfitnah dan
larangan lainnya. Memang manusia bersifat lemah menghadapi hawa nafsunyam
tetapi bila berusaha mensucikan hati dengan iman dan dzikrullah serta akhlak
yang mulia dapat dipastikan jiwanya akan kuat sehingga mendorong berbuat
kebajikan kepada dirinya dan orang lain serta akan terhindar dari perbuatan maksiat
atas pertolongan-Nya.
By Abi Umar (8/12/11/2014) bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar