Keluh Kesah ?
Allah SWT
berfirman:
#sÎ) çm¡¡tB ¤³9$# $Yãrây_ ÇËÉÈ
Artinya: Apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah. (Q.S. Al-Ma’arij: 20)
Demikian
lebih kurang Thabathaba’I yang kemudian menegaskan bahwa sebenarnya tidak ada
masalah dalam pernyataan ayat diatas bahwa manusia diciptakan menyandang
sifat-sifat yang disebut ayat diatas, karena sifat-sifat itu baru tercela
akibat ulah manusia yang menggunakan nikmat Allah itu tidak sesuai dengan yang
dikehendaki-Nya.[1]
Sebelum ayat
ini Allah swt menunjukkan kepada manusia bahwa mereka diciptakan dalam kadaan
keluh kesah lagi kikir, itulah sifat dasarnya sehingga siapapun orangnya
memiliki watak tersebut. Manusia dengan sifat dasarnya tersebut mudah berkeluh
kesah ketika ditimpa sesuatu yang tidak disukainya seperti kemiskinan, sakit,
rasa takut yang berlebihan dll. Takut kehilangan jabatan, takut jatuh miskin
dengan alasan yang tidak jelas.
Allah swt
menyeruh kepada hamba-hamba-Nya untuk menuntut ilmu, bekerja keras, beamal shalih
demi membekali diri untuk kehidupan masa depan yang berbahagia lahir-batin,
hasanah di dunia artinya pekerjaan dan perbuatannya baik menurut agama dan
hasanah di akhirat. Disamping bekal ilmu, harta dan tahta, yang lebih penting
adalah takwa kepada Allah swt.karena ketakwaan inilah sebaik-baik bekal, Allah SWT
berfiman:
3 (#rߨrts?ur cÎ*sù uöyz Ï#¨9$# 3uqø)G9$# 4 Èbqà)¨?$#ur Í<'ré'¯»t É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÐÈ
Artinya: …Berbekallah. Dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah hai oramg-orang yang nerakal.
(Q.S. Al-Baqarah: 197)
Ibnu Abbas
berkata:”Ahlul Yaman berhaji dengan tidak membawa bekal, mereka
mengatakan:”Kami orang-orang yang bertawakal”. Nyatanya saat mereka tiba di
Madinah, mereka meminta-minta kepada manusia. Maka Allah menurunkan firman-Nya
(tersebut diatas)”.[2]
Firman Allah
swt,”sebaik-baik bekal adalah takwa,”
berkata Atha’ al-Kharasani adalah bekal untuk akhirat. Rasulullah saw bersabda:”Barangsiapa yang berbekal di dunia niscaya
berguna di akhirat.”[3]
Maksud
sebaik-baik bekal adalah takwa, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan
Allah swt dalam kehidupan dunia ini dengan dasar iman dan mengikuti petunjuk
Rasulullah saw. Takwa lahir maksudnya mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah saw
dan takwa batin maksudnya bersih hati dengan dzikrullah dan mentauhidkan Allah swt
dalam beribadah.
Dengan bekal
takwa hamba-hamba Allah swt tidak mudah keluh kesah ketika tertimpa musibah,
baik menimpa kepada keluarganya ataupun dirinya sendiri umpanya sakit,
kesulitan rezki, bangkrut dari bisnisnya dan sebaliknya tidak sombong lagi angkuh
bilamana memperoleh kemudahan usaha atau kelapangan rezki atau mendapatkan
jabatan yang tinggi. Sebab bagi orang-orang yang beriman kadaannya sama saja
menyikapi musibah yang baik maupun yang jelek dengan sikap rasa syukur dan
sabar. Sehingga ujian atau cobaan bagi orang-orang yang beriman adalah sarana
untuk memperolah kemuliaan di sisi Allah swt manakala lulus menjalaninya.
Allah swt
menguji dan menimpahkan musibah kepada orang-orang yang beriman untuk diketahui
siapa diantara mereka yang bersungguh-sungguh di jalan-Nya dan sabar menerima
hukum-hukum-Nya, baik perintah maupun laramgan serta tabah menerima takdir
seperti sakit atau musibah lainnya.
Allah SWT
berfirman:
öNä3¯Ruqè=ö7uZs9ur 4Ó®Lym zOn=÷ètR tûïÏÎg»yfßJø9$# óOä3ZÏB tûïÎÉ9»¢Á9$#ur (#uqè=ö7tRur ö/ä.u$t6÷zr& ÇÌÊÈ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami benar-benar
menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang yang berjihad dan bersabar
dianatara kamu; dan agar Kami menyatakan ( baik buruknya) hal ikhwalmu. (Q.S.
Muhammad : 31)
Ayat diatas
jelas bahwa ujian-ujian yang yang didatangkan Allah swt bagi orang-orang yang
beriman adalah agar diketahui siapa diantara mereka yang benar-benar berjihad
di jalan-Nya dan bersungguh-sungguh sabar menerima keputusan-Nya. Jadi tidak
perlu berkeluh kesah dalam menghadapi musibah-musibah yang menimpa diri,
keluarga bahkan bangsa yang kita cintai ini, yang penting bagaimana usaha kita
untuk lebih berhati-hati dan memperbaiki diri serta mengambil pelajaran yang
baik dengan tetap momohon ampunan kepada-Nya.
Kami menguji
kalian dengan berperang (jihad) dan beban taklif yang berat, agar diketahui
orang-orang bersegera ikut perang dan sabar dalam menjalaninya dan agar Kami
menyatakan hal ikhwal kamu , tentang kebaikan atau kejelekan kamu.[4]
Al-Fadhil
bin ‘Iyadh jika membabaca ayat tersebut diatas ia menangis seraya berkata: “Ya
Allah jamganlah Engkau memberi cobaan kepada kami, maka sesungguhnya jika
Engkau menguji kami niscaya terlihat dan nampak aib kami.”[5]
Cobaan dan
ujian seperti banjir, tanah longsor dan musibah bangsa, gempa di Tasik, gempa
di Padang , gempa di Jambi atau sunami yang memakan kurban ribuan di Aceh dll
adalah kekuasaan Allah swt dan keserakahan manusia yang banyak berbuat dosa
maka sebagai mukmin haram hukumnya berkeluh kesah dan putus asa dari rahmat-Nya,
Semua yang terjadi ini adalah suratan takdir Tuhan atas segala sesuatu dan
Allah swt melarang berbuat kerusakan di muka bumi. Karena akibat keserakahan
manusia, banyak kerusakan di daratan maupun di lautan. Allah SWT berfirman:
wur (#qÝ¡t«÷($s? `ÏB Çy÷r§ «!$# ( ¼çm¯RÎ) w ߧt«÷($t `ÏB Çy÷r§ «!$# wÎ) ãPöqs)ø9$# tbrãÏÿ»s3ø9$#
Artinya: …dan janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, kecuali
kaum yang kafir. (Q.S. Yusuf: 87)
Ayat ini
melarang berbuat putus asa dari rahnat Allah swt, kecintaan dan sayang-Nya
Allah swt, sebab rahmat-Nya sangat luas. Hanya orang-orang yang ingkar dan
kufur yang putus asa akan rahmat Allah sawt karena mereka tidak menerima hukum
dan keputusan-Nya dengan mengabaikan norma-norma agama.
Saudara-saudara Yusuf merasa yakin bahwa Yusuf sudah mati,
jadi saran ayah mereka yang tua itu membuat mereka sangat tercengan. Dia
mengingatkan mereka hendaknya tidak berputus asa terhadap rahmat Tuhan, sebab
hal itu merupakan tanda kekufuran. Rahmat Allah bisa menghilangkan semua
kesulitan. Ya’qub mengatakan selanjutnya,”…dan
jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah kecuali kaum kafir.”[6]
Ali bin Abi
Thalib berkata:”Janganlah engkau berputus asa jika doamu lambat dikabulkan,
karena pemberian sesuai dengan kadar permintaan!”[7]
Allah SWT
melarang keras berbuat kerusakan di muka bumi ini sebagaimana firman-Nya dalam
Al-Qur’an:
wur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ) |MuH÷qu «!$# Ò=Ìs% ÆÏiB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÏÈ
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan
rasa takut(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan) . Sesungguhnya
rahmat Allah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-A’raf: 56)
Orang-orang
yang berbuat baik dengan ucapan dan perbuatan dan juga berdo’a dengan rasa
takut (tidak dikabulkan) dan harapan (diterima), juga seperti berikrar dan
ma’rifat, beriman kepada Allah, rasul-Nya dan hari akhir, meninggal sebelum
dhuhur dan termasuk orang-orang yang berbuat baik adalah 0rang yang banyak
berbuat baik (shahibul kabirah) yakni ahli shalat.[8]
Orang-orang
yang beriman tidak akan membuat kerusakan atas hidayah Allah tentunya karena
mereka mendapat bimbingan dari-Nya maka rahmat-Nya selalu meliputi kehidupannya
dengan selalu beramal sholeh.
By Abi Umar
(7/12/11/2014) bersambung...
[1] M.Quraish Shihab, TafsirAl-
Mishbah, volume 14.hal. 442
[2] Muqbil bin Hadi al-Wadi’I, Shahih
Asbabun Nuzul. hal.85
[3] Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an
Al-Azhim,. juz 1, hal. 239
[4] Muhammad An-Nawawi, Murah
Labib Tafsir An-Nawawi, jilid 2.hal. 302
[5] Muhammad ali Ash-Shabuni, Shafwat
at-Tafasir, hal. 213
[6] Kamal Faqih Imani, Tafsir
Nurul Qur’an,jilid 7.hal. 610
[7] Fadllullah al-Ha’iri, Kata-Kata
Mutiara ‘Ali bin Abi Thalib,.hal.142
[8] Muhammad An-Nawawi, Murah
Labib Tafsir an-Nawawi, jilid awal.hal.283
Tidak ada komentar:
Posting Komentar